Hari ini Arfa dan teman-temannya termasuk Fina, sedang duduk di lab komputer. Mereka sedang asik mengerjakan beberapa lembar latihan soal yang diberikan oleh Pak Ardi kemarin.
Pasalnya, siang ini mereka akan mengikuti audisi olimpiade yang diselenggarakan via online. Dan kebetulan mereka mendapat sesi ketiga yaitu jam 10.30 WIB.
Jadi sambil menunggu giliran mereka, Pak Ardi memberikan perintah untuk menyelesaikan semua soal yang ia berikan hari ini. Ya... Itung-itung agar menyibukkan mereka supaya tak berleye-leye di basecamp, karena hari ini mereka dibebaskan dari kelas.
"Eee-Bara, aku boleh tanya nggak?" ucap Fina memecah keheningan.
Sontak Bara yang sedari tadi asik bermain nalar dengan soal-soal didepannya langsung menoleh pada Fina. "iya, tanya apa?"
"Ini nih." Fina menyodorkan kertas soalnya pada Bara. "aku udah coba pakai cara A sama B tapi tetep nggak ketemu hasilnya. Kira-kira aku salah di bagian mananya ya?"
Bara terdiam sejenak melihat kertas jawaban yang diberikan Fina. Lalu sedetik kemudian seulas senyum terukir dibibirnya. "
"Yang ini." Bara memberikan kertas itu pada Fina, lalu menunjuk jawaban Fina yang ia maksud dengan bulpen yang ada di tanganya. Pria itu dengan telaten menjelaskan penyelesaian soal pada gadis disampingnya. "ini tuh seharusnya ditambah bukan dikali, terus hasilnya ditaruh disamping sini bukan dibawah. Jadi kalau gini, hasilnya_"
Sedangkan gadis itu hanya mengangguk sambil membulatkan mulutnya berbentuk O.
"Faham?"
"Iya." Fina tersenyum manis.
Setelah itu mereka kembali mengerjakan soalnya masing-masing dengan hening yang menyelimuti.
*****
Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas. Kini hanya tersisa Aira dan Ziva disana. Kedua gadis itu masih sibuk merapikan dan memasukkan buku-bukunya kedalam tas.
"Sumpah ya Ra, tadi tuh soal yang nomer tiga susah banget. Otak gue sampek mau pecah tau nggak." keluh Ziva.
"Aa.. Lebay lo, soal gitu doang. Apanya yang susah coba?" balas Aira.
"What?! Lebay?! Lebay dari mananya sih Ra? Orang udah jelas-jelas Akmal aja bilang susah kok!" rutuk Ziva.
Aira menoleh menatap Ziva lalu mendengus sedikit sebal. Sengja tak menjawab karena tak ingin perdebatan nya dengan Ziva semakin memanjang.
"Oh iya Ra, ke kantin yuk? Laper nih!" ajak Ziva setelah semua bukunya masuk ke dalam tas.
"Boleh, yuk!" jawab Aira tersenyum.
Saat tengah berjalan di koridor, beberapa gadis menghalangi jalan Aira dan Ziva.
"Permisi, kita mau lewat!" ucap Aira pada gadis-gadis itu.
"Eitt!! Nggak semudah itu." ucap salah seorang gadis itu sambil merentangkan tangannya membuat Aira semakin tak bisa lewat.
Aira menghela nafas, berusaha setenang mungkin menghadapi mereka. "kalian mau apa sih?" tanya Aira karena sudah jelas pasti mereka ingin nencari masalah dengannya.
"Gue denger beberapa hari yang lalu lo nyolot dan nantangin Arfa." ucap gadis bersurai coklat itu. "lo pikir lo siapa berani ngomong kayak gitu ke dia?!"
Aira berdecih. "Oh, ternyata dia pengecut banget ya? Karna takut sama anceman gue, jadi dia ngirim lo buat ngelabrak gue. Gitu?"
"Ra mendingan kita nggak usah berurusan deh sama mereka!" bisik Ziva dari belakang Aira.
![](https://img.wattpad.com/cover/300140279-288-k203281.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZATARFA (On Going)
Fiksi Remaja"perihal masa putih abu-abu yang tak akan pernah terlupakan" ••••• Zunaira Linka Alivia. "Gue? Suka sama salah satu dari mereka? No way!!" ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• Zatarfa Cadfael Adijaya. "Gue bakal dapetin apapun yang gue mau, termasu...