AWAL DARI KISAH MANIS YANG TAK TERLUPAKAN

34 4 0
                                    

"UPACARA BENDERA HARI SENIN TANGGAL 28 SEPTEMBER TAHUN 2022, SEGERA DIMULAI!"

Suara nyaring tersebut membuat seluruh siswa dan guru sontak menutup mulutnya rapat-rapat.

Upacara bendera di Drita E-Combit Hight School dimulai. Semua murid, guru, serta staf mengikutinya dengan tertib. Hari ini matahari bersinar terang sekali, menyebabkan beberapa siswi pingsan dan harus dibawa ke UKS.

Hari ini hari pertama Evellyn masuk ke sekolah Aira, untungnya ia bisa satu kelas dengan Aira, jadi Aira bisa mengawasi gadis itu lebih mudah sesuai perintah pamannya.

"Huh! panas banget sih! Ini bapak tua nggak bisa apa disingkat aja pidatonya! Bisa ikutan pingsan ini gue lama-lama!" gerutu Evellyn. Gadis itu memang tidak bisa menutup mulutnya sedari tadi.

"Sshht!! Lo bisa nggak sih diem? Ngedumel aja dari tadi! Kalau ketahuan pengawas mampus lo bakal dijemur disini sampek jam istirahat." ucap Aira yang sudah tak tahan mendengar ocehan sepupunya itu.

Sontak gadis yang ditegur pun melipat bibirnya kedalam. Ia langsung bergidik ngeri saat mendengar ucapan dari sang empunya.

Upacara selesai tepat pukul 07.25 WIB.

Karena jam pelajaran pertama dimulai 07.40 WIB, jadi para siswa mendapat jam bebas selama lima belas menit. Biasanya waktu singkat ini digunakan oleh para siswa untuk makan di kantin, mengobrol dikelas, dan tak jarang juga untuk mengerjakan PR yang belum selesai.

"Huhh! Akhirnya bisa duduk juga dikelas!" ucap Evellin sambil menyandarkan punggungya di bangku samping Aira.

Air menggeleng melihat tingkah gadis disampingnya.

"Sumpah, itu bapak botak kalau pidato panjang amat. Nggak liat apa ini siswa nya udah pada kering kayak ikan asin!" lanjutnya masih menggerutu. "kayaknya di Bali upacara nggak selama ini deh, iya kan?"

"Perasaan lo aja kali. Lo kan sering nge-skip upacara pas di Bali." ujar Aira menanggapi pertanyaan Evellyn tadi.

"Yee... Tapi gini-gini gue juga pernah kali ikut upacara. Gue kan ngitung seberapa lama pidato dari para guru." bantahnya dengan sedikit senyum jahil diwajahnya.

"Ooh!! Jadi peraturan dua tahun lalu tentang batas waktu guru saat pidato upacara itu, ulah lo?!" mata Aira membulat sempurna.

Evellyn menyeringai. "hehehe... Iya."

"Lo bener-bener ya! Jangan bilang lo minta ke bokap lo buat bikin aturan itu?!"

"Ya iyalah gue minta ke Papi. Kan Papi donatur utama, jadi mereka pasti nurutin Papi. Kalau gue yang minta sendiri, yang ada malah gue di-DO dari sekolah."

"Nggak tau lagi gue sama otak jenius lo itu." Aira akhirnya menggeleng muak.

Ditengah pembicaraan itu, tiba-tiba seorang anak laki-laki datang menghampiri keduanya.

"Hai Ra!" sapa anak laki-laki dengan nametag Aditia Putra.

"Hai! Oh, lo pasti lagi nyari Ziva ya? Tapi Ziva dari tadi pagi nggak ada, emangnya nggak lagi diruang OSIS ya?"

"Oh nggak, gue emang lagi nyariin lo."

"Gue? Kenapa?" Aira mengernyitkan dahi.

"Lo diminta kepala sekolah ke kantornya."

Aira terdiam sejenak lalu mengangguk. "Evie, gue tinggal dulu bentar ya? Kalau mau nyari si Sam, kelasnya disebelah."

"Oke" balas Evellyn dengan satu ibu jarinya yang diangkat setinggi dada.

Kini Arfa dan teman-temannya, Pak Ardi, Azka, serta Ziva sedang duduk bersama di kantor kepala sekolah.

"Tuh cewek lama banget sih!" keluh Arfa yang mulai bosan duduk disana.

ZATARFA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang