Arfa keluar dari pintu utama rumah sakit besar tersebut. Dengan penuh amarah, ia pergi meninggalkan rumah sakit tempat teman-temannya berada. Ia hendak menghampiri seseorang yang ia yakini adalah dalang dari kejadian yang menimpa Aira hari ini.
Bak makhluk berdarah dingin yang tak memiliki perasaan, Arfa melintasi kota dengan kecepatan penuh bersama mobil hitamnya yang juga nampak sangat menyeramkan membelah jalan Bali yang lumayan ramai sore itu. Hanya ada satu nama dipikirannya saat ini, yaitu Dani Sandiaga Caessa.
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja untuk Arfa akhirnya sampai di tempat tujuannya. Dengan cepat ia segera masuk ke dalam kafe tersebut, bersama amarah yang sudah berada di puncak kepalanya.
Untuk sesaat Arfa mulai memutar bola matanya, menyisir mencari keberadaan orang yang ia cari. Dan benar saja, Dani berada di disana bersama para anggota timnya terlihat sangat bahagia dan sedang bercanda.
Dengan sangat cepat Arfa menghampiri nya dan langsung melayangkan satu pukulan keras di di wajah Dani, yang membuat darah segar tampak mengalir dari ujung bibir kirinya.
Mendadak suasana di tempat itu menjadi tegang, beberapa orang masih berusaha memahami apa yang sedang terjadi dalam waktu sangat cepat itu.
"WOI, APA-APAAN NIH?!!" seorang pria tidak terima Adan mendorong balik tubuh Arfa.
Arfa kembali maju, menarik kerah baju Dani dan memukulinya lagi dengan brutal tanpa ada yang bisa memisahkan keduanya.
Pertarungan sengit tak bisa terelakkan. Perlahan darah mulai mengalir dari hidung, pelipis, dan juga sudut bibir Dani. Tak lama, ia mulai kewalahan dengan semua serangan yang Arfa berikan.
Arfa menatap ganas pria didepannya itu yang sudah tersungkur tak berdaya di lantai, lalu ia berjongkok dan menarik kembali kerah baju Dani hingga ia bisa menatap mata Dani.
"GUE UDAH NGASIH PERINGATAN SAMA LO WAKTU ITU, TAPI APA? LO TETEP AJA GANGGUIN CEWEK GUE, DAN SEKARANG DIA BERAKHIR DI RUMAH SAKIT DENGAN SEBELAH KAKINYA YANG PATAH. GUE UDAH BILANG KAN, KALAU LO MASIH GANGGUIN DIA, LO BAKAL NERIMA HUKUMAN DARI GUE, DAN GUE BAKAL PASTIIN MASA DEPAN LO AKAN JADI MIMPI BURUK BUAT LO DAN ORANG-ORANG DISEKITAR LO!! INI BARU PERMULAAN, TAPI NANTI GUE JAMIN LO BAKAL BERLUTUT DAN MOHON-MOHON DI BAWAH KAKI AIRA!" tak ada yang dapat membantah ucapan Arfa itu. Seluruh orang yang ada disana pun mampu merasakan aura mengintimidasi dan kegelapan yang sangat melekat pada diri Arfa.
Mengerikan. Itu adalah hal yang ada di kepala beberapa orang disana. Aura yang di bawa Arfa saat itu sangat jauh berbeda dengan apa yang biasanya mereka lihat di sosmed tentang pria yang mereka idolakan itu.
Setelah dirasa sudah cukup, tanpa berkata apapun lagi, Arfa pergi meninggalkan tempat itu masih dengan aura gelapnya yang juga ikut pergi bersamanya.
Tak lupa, sebelum pergi ia memberikan sebuah amplop coklat tebal dan melemparkannya ke meja kasir sebelum akhirnya benar-benar menghilang ditelan pekatnya malam.
*****
Arfa terdiam menatap kosong kearah jalanan didepannya yang kini mulai sepi. Pria itu sudah berada didalam mobilnya yang juga sama tak bergerak nya itu sejak dua jam yang lalu.
Sejak tadi telah banyak sekali pesan dan panggilan masuk di ponsel miliknya.
Mulai dari Bara, Revan, Dyo bahkan bibi, serta adiknya Louis yang berusaha menghubunginya sedari tadi namun masih diabaikan oleh Arfa.
Sampai di suatu ketika seseorang menyadarkan Arfa dari lamunan panjangnya dengan mengetuk kaca mobilnya. Beberapa orang bertubuh tinggi kekar dan menggunakan seragam lengkap dengan senjatanya berdiri mengelilingi mobil Arfa.
![](https://img.wattpad.com/cover/300140279-288-k203281.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZATARFA (On Going)
Подростковая литература"perihal masa putih abu-abu yang tak akan pernah terlupakan" ••••• Zunaira Linka Alivia. "Gue? Suka sama salah satu dari mereka? No way!!" ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• Zatarfa Cadfael Adijaya. "Gue bakal dapetin apapun yang gue mau, termasu...