Tak terasa sepekan telah berlalu sejak Aira kembali ke sekolah, hari ini ia di jemput oleh Revan. Memang sejak kembalinya Aira ke sekolah, Revan, Bara dan Dyo bergantian setiap harinya untuk mengantar jemput Aira seharian.
Masih sama seperti hari-hari sebelumnya, hari ini tak ada tanda-tanda dari Arfa yang akan kembali ke sekolah.
Aira mulai bosan dikelasnya sekarang, kebetulan Evellyn sedang ikut bersama Ziva ke kantor OSIS, menjadi perwakilan setiap kelas untuk menjadi panitia acara pentas seni sekolah.
Sampai tiba-tiba saja Aira mendapat ide untuk pergi ke basecamp The Perfect Boys, dengan harapan bisa menemukan teman disana. Karena kata Dyo biasanya saat jam kosong begini mereka sering berkumpul di basecamp.
Dengan cepat Aira membereskan barang-barangnya dan mengambil tongkat bantu miliknya lalu segera bergegas pergi meninggalkan kelas.
Saat tengah berjalan tiba-tiba seseorang menendang tongkat Aira hingga langsung membuatnya terjatuh.
"Sandra?" Gumam Aira tak habis pikir, bisa-bisanya saat kondisinya sedang seperti ini mereka masih saja mengganggu dirinya.
"Uuututututuuuu.. The Queen Of Drita E-Combit High School kakinya lagi sakit ya? Nggak bisa jalan?" ledek Sandra berjongkok menyamakan tingginya dengan Aira.
Tak mau dirinya ditindas, Aira mengangkat dagunya dan menatap balik mata Sandra yang tengah menatapnya.
"Ternyata Lo cupu juga ya, bisa-bisanya Lo sembunyi dibawah ketiak The Perfect Boys. Setelah pertengkaran hebat antara Revan sama Arfa yang katanya rebutan Lo, dan hilangnya Arfa yang nggak tau dimana sekarang. Lo masih nggak ngerasa bersalah? Kalau Lo suka sama Revan, jangan ngasih harapan ke Arfa juga dong! Jadi cewek kegatelan banget sih. Kenapa? Lo ngerasa paling cantik? udah ngerasa jadi ratu nya mereka ya?" tambah Sandra menatap Aira tajam.
"Gue nggak pernah ngasih perhatian dan harapan apapun ke Arfa. Dan gue juga nggak suka sama Revan!"
"Halah.. alesan aja Lo!" kesal Sandra, berdiri lalu menendang tongkat pembantu milik Aira jauh-jauh.
"Denger ya, ini peringatan terakhir buat Lo." Sandra menginjak tangan Aira dengan sepatunya, lalu berjongkok menatap nya tajam. "Jangan sentuh apapun milik gue, karena gue nggak akan pernah kasih pengampunan buat siapapun yang berusaha ngrebut itu. Faham?!" tegasnya lalu pergi diikuti teman-temannya yang lain di belakang.
Aira hanya bisa mendesis kesakitan melihat punggung tangannya yang memerah disertai lecet dibeberapa bagiannya.
*****
Bel pulang sekolah tiba, setelah seharian Aira berusaha membujuk Revan agar mau mengantarnya ke kediaman Adijaya. Bukan apa-apa, masalahnya dia akan nampak seperti orang konyol jika pergi ke sana sendirian sedangkan ia tak mengenal banyak orang disana. -Kecuali jika pembantu dan bodyguard bisa di hitung anggota keluarga.-
Aira ingin membuktikan bahwa rumor yang menyebar itu salah, Arfa dan Revan sama sekali tidak bertengkar karena memperebutkan dirinya. Juga ia ingin bertanya apa sebenarnya yang membuat Arfa menghilang selama ini.
Yang ada di dalam kepala Aira sekarang hanyalah satu nama, yaitu 'Lucy Adijaya'. Ya, adik dari ayah Arfa yang dulu pernah berbincang dengan dirinya. Entah apa yang akan ia tanyakan atau bicarakan saat bertemu dengannya, namun Aira hanya tau satu hal, yaitu Bibi Lucy akan membawanya satu langkah lebih dekat kepada Arfa.
Sesampainya mereka di rumah Adijaya, Aira langsung di suguhkan dengan pemandangan taman yang asri serta luas. Jarak dan ukuran serta bentuk tanaman disana sepertinya sudah direncanakan, karena taman itu nampak sangat indah memanjakan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZATARFA (On Going)
Novela Juvenil"perihal masa putih abu-abu yang tak akan pernah terlupakan" ••••• Zunaira Linka Alivia. "Gue? Suka sama salah satu dari mereka? No way!!" ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• Zatarfa Cadfael Adijaya. "Gue bakal dapetin apapun yang gue mau, termasu...