Arfa, Revan, Bara, dan Dyo kini telah berada di aula olahraga bersama dengan Pak Ardi.
"Ini Aira kemana? Kok belum datang?" tanya Pak Ardi kepada empat siswa didepannya.
"Mana saya tau Pak, emang Bapak kira kita asistennya apa." jawab Bara seenaknya yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Arfa.
"Kalian kan satu tim, harusnya kalian tau dong dimana Aira. Terutama kamu Fa. Sebagai ketua, kamu seharusnya bisa memastikan apapun itu tentang para anggota mu." Panjang Pak Ardi. "Jangan bilang Aira nggak tau kalau kita latihannya pindah ke aula?" Tambahnya.
Mendengar itu, Arfa dan teman-temannya saling beradu pandang satu sama lain.
"Gue sama sekali nggak ketemu Aira dari pagi." ucap Bara
"Gue juga." tambah Dyo
"Emangnya Lo nggak nge-chat dia Fa?" tanya Revan.
Arfa terdiam sejenak, lalu segera berdiri dari duduknya. "Biar saya cari Aira Pak." ucapnya, langsung mendapat anggukan persetujuan dari Pak Ardi, dan Arfa pun segera berlari keluar dari tempat itu.
Satu-satunya tempat yang ada di otak pria itu saat ini adalah lapangan. Ia ingin pergi ke lapangan.
Dan benar saja, seorang gadis terduduk di pinggir lapangan sendirian. Membuat Arfa sedikit bernafas lega melihatnya.
Segera Arfa menghampirinya. "Tupai!" ucapnya setelah sampai di samping Aira.
Gadis itupun mendongak cepat kearah suara. Matanya menyipit berusaha menangkap objek didepannya yang terhalang oleh sinar matahari.
"Ngapain masih disini? Latihannya kan pindah ke aula." ucap Arfa dengan kedua alis yang sedikit tertekuk.
"IIHH!! NYEBELIN BANGET SIH!! KENAPA NGGAK BILANG KALAU PINDAH KE AULAAA!!!" teriak Aira kesal. Hatinya sudah sangat dongkol kepada pria satu ini.
"Nggak usah teriak-teriak bisa nggak?!" balas Arfa mulai geram.
Pasalnya, suara melengking milik gadis di depannya ini sangat-sangat membuat telinganya sakit.
"Eh, asal Lo tau ya, gue udah nungguin kalian disini lama banget! Gue kepanasan dari tadi. Lo pikir kulit gue nggak kebakar apa, dari tadi dijemur di bawah sinar matahari. HAH?!!"
Dari kelihatannya saja, gadis itu nampak sangat marah hingga kini tangannya terkepal kuat. Mungkin jika didalam dunia kartun, kepala Aira sekarang sudah bertanduk dan mengepulkan asap.
"Udahlah jangan cerewet. Ayo cepet ke aula, kita udah ditungguin Pak Ardi dari tadi." ucap Arfa segera berbalik lalu pergi.
Aira yang melihatnya kesal bukan main, ia sampai berjingkrak dan mengacak-acak rambutnya sendiri karena geram.
Setelah sampai di aula, Pak Ardi langsung memulai latihan mereka untuk mencegah terjadinya adu mulut antara Aira dan yang lainnya. Kerena sudah di pastikan bahwa gadis itu pasti akan mengomel karena tempat latihannya pindah.
Pertama Pak Ardi dan kelima anak didiknya itu melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum olahraga dimulai.
Lalu setelah itu barulah Pak Ardi meminta agar mereka menunjukkan kemampuannya satu-persatu, untuk melihat sampai mana kemampuan yang telah dipersiapkan oleh para muridnya.
Dalam latihan kali ini, Pak Ardi sudah mengundang beberapa atlet alumni sekolah untuk melakukan sparing dengan Arfa dan yang lainnya.
Pak Ardi juga memberi batasan waktu sepuluh menit untuk setiap jenis olahraga.
Mereka pun mulai menunjukkan keahliannya masing-masing. Dimulai dari Arfa, lalu Revan, berlanjut kepada Dyo, setelah itu Bara, dan yang terakhir Aira.
"Jujur, saya sangat terkesan dengan cara bermain kalian. Dan saya rasa nggak ada yang perlu dirubah dari pilihan kalian masing-masing." ucap Pak Ardi tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZATARFA (On Going)
Teen Fiction"perihal masa putih abu-abu yang tak akan pernah terlupakan" ••••• Zunaira Linka Alivia. "Gue? Suka sama salah satu dari mereka? No way!!" ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• Zatarfa Cadfael Adijaya. "Gue bakal dapetin apapun yang gue mau, termasu...