Aira duduk di kantin bersama dengan Samuel dan Ziva. Hari ini sekolah digemparkan dengan berita tentang The Perfect Boys yang lolos babak audisi. Semua murid dan guru pun ikut gembira dengan adanya berita ini.
Aira tak henti-hentinya menyuruh Ziva untuk kembali duduk dengan tenang di kursinya, pasalnya gadis itu sedari tadi exited menceritakan kehebatan mereka dan ingin mengirim ucapan selamat pada sang idola yang telah lolos babak audisi olimpiade.
Banyak sekali yang Ziva tanyakan pada Aira. Mulai dari jenis bunga apa yang akan ia kirim, ucapan selamat seperti apa yang ingin ia tulis, kertas ucapan apa yang akan ia pakai. Serta hadiah berupa apa yang ia berikan. Dan yang pasti itu berhasil membuat Aira geram.
"Aduh Ziva. Bisa nggak sih lo berhenti ngomongin itu! Sebel gue lama-lama sama topik ini.'' ucap Aira mulai jengah.
"Ih, Aira kok gitu sih. Padahal semua orang lagi exited and happy banget karna ini." balas Ziva dengan wajah cemberut yang dibuat-buat. ''emang lo nggak seneng apa kalau tim sekolah kita lolos babak audisi Olimpiade?"
"Ya senengnya sih seneng, cuma dari tadi pagi lo itu ngomongin si Arfa dan temen-temennya mulu, kan kuping gue jadi panas dengernya." jawab Aira sedikit tidak senang.
"Loh, lo gimana sih, ini kan sebagai bentuk apresiasi kita ke pihak sekolah."
"Apresiasi apaan. Ziva denger ya, kalau lo emang bener mau nge-apresiasi sekolah, seharusnya yang lo kirimin bunga itu kepala sekolah bukan Arfa sama genk-nya itu. Gimana sih!" bantah Aira.
"Lah, tapi kan mereka yang berjuang kemaren."
"O helloww... yang berjuang itu nggak cuma mereka doang kali. Ada banyak guru-guru yang ikut berpartisipasi dibabak audisi kemaren, terlebih lagi Pak Ardi sebagai mentor mereka."
"Ya lo kenapa jadi sewot gini sih?" kini Aira terdiam mendengar ucapan Ziva. "emh! Ini nih yang disebut sebagai heaters. Sekarang gue tanya sama lo, salah mereka apaan sih Aira? Kok lo sampai segitu nggak sukanya sama mereka."
"Iya Ra, emang pernah ada masalah ya?" tanya Samuel, padahal dari tadi ia hanya diam menyimak sambil makan bakso.
Aira kini menoleh menatap Samuel tak percaya. "kan yang kemarin gue ribut sama mereka gara-gara nolongin lo, Sampret! Gimana sih!? Lupa?!!"
Samuel menyeringai. "oh iya."
"Oke-oke sekarang berhenti ngomongin itu! Gimana sama persiapan pensi sekolah Zi? Gue denger ada kabar buruk, bener?" tanya Aira.
"Yaa.. gitu deh, pensinya diundur karena bintang tamu dan anak-anak cheeer's banyak yang sakit." jelas Ziva sedikit murung.
"Yang sabar ya, gue yakin lo pasti bisa ngelewatin masalah ini." ucap Aira memberi semangat.
Zifa mengangguk dan tesenyum.
Tak lama setelah itu, Sandra dan teman-temannya datang menghampiri Aira.
"Eh, cabe-cabean!" ucap Sandra memanggil Aira.
Lantas Aira, Sam, dan Ziva pun mendongak menatap Sandra tanpa mengatakan apapun.
"Siapa yang lo panggil gitu barusan?" tanya Aira dengan wajah biasa namun penuh intimidasi.
"Lo. Kenapa? Nggak suka ya?" jawab Sandra sedikit mengejek.
Aira menarik nafas dalam-dalam, berusaha sebisa mungkin menahan emosinya. "mau lo apaan sih?"
"Mau gue? Mau gue tuh, ini_" Sandra nuangkan jus jeruk ditangannya ke wajah dan baju seragam Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZATARFA (On Going)
Novela Juvenil"perihal masa putih abu-abu yang tak akan pernah terlupakan" ••••• Zunaira Linka Alivia. "Gue? Suka sama salah satu dari mereka? No way!!" ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• Zatarfa Cadfael Adijaya. "Gue bakal dapetin apapun yang gue mau, termasu...