13' Baikan

3.8K 172 17
                                    

Pagi-pagi sekali Lena bersiap akan pergi ke Club tempat Arhan mencari nafkah saat ini. Sudah memasuki Minggu kedua lelaki berusia 20 tahun tersebut meninggalkan rumah. Bagaimana pun caranya Lena harus bisa membawa Arhan pulang ke rumah sebelum sang kakek keluar dari rumah sakit.

Sudah hampir satu Minggu ini tubuh Lena sedikit lebih lebar dari sebelumnya hal tersebut karena program hamil yang dia jalani tanpa sepengetahuan Arhan. Intinya dia bertekat akan hamil anaknya Arhan sesuai dengan nasehat yang kakak iparnya berikan Minggu lalu.

"Kamu yakin mau sepagi ini mengunjung PSIS Semarang?" tanya Lano yang sudah siap memakai seragam kebanggaannya bergabung dengan Lena di meja makan.

"Iya kan aku mau tau latihan dari anak-anak di pagi hari bang, juga makanan yang mereka konsumsi itu apa aja"

"Udahlah mas biarin aja orang kalo udah bucin emang gitu" Nita baru saja datang bersama Xendera yang langsung merengek ke pada sang ayah

"Tapi kan butuh alasan yang kuat kalo mau kesana itu" ucap Lano sembari menggendong sang putri

"Kemarin Lena udah minta tolong kakek kok bang, dan om Bram yang bakalan turun tangan menjadi alasan biar Lena bisa kesana" mendengar ucapan Lena membuat Lano dan istrinya hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Mbk aku udah gemukan mungkin udah mulai subur kali ya" ucap Lena kepada sang kakak ipar yang langsung membuat Lano dan Nita menatap tubuh Lena dengan seksama.

"Seharusnya sih iya, tapi hati-hati jangan sampai kebablasan jadi gembrot" nasehat Nita

"Wanita gembrot itu semok dan gemoy mbk jangan salah daripada yang kurus gitu"

"Iya emang semok itu gemoy tapi kalo Arhannya gak suka gimana?" Mendengar pertanyaan Nita membuat Lena langsung menghela nafas susah sekali menjadi wanita beristri harus memikirkan suami juga.

"Yaelah, ribet amat jadi istri" gumamnya dengan lirih

"Ya emang gitu, abang aja masalah potong rambut tanya dulu ke mbk kamu takutnya dia gak suka dan sebaliknya juga gitu, kan udah suami istri bukan lagi individu yang difikirkan, keputusan kamu yang program kehamilan kaya gitu harusnya Arhan di kasih tau tapi ya udahlah terserah kalian aja abang dan mbkmu gak mungkin ikut campur terlalu jauh itu rumah tangga kalian.

"Hemm iya bang, terimakasih atas saran-sarannya, yang jelas sekarang Lena mau berusaha gimana caranya biar Arhan mau pulang, bentar lagi kakek juga udah diizinkan pulang kerumah tuh"

"Iya abang bantu doa"

"Semangat" ucap Nita sembari mengepalkan kedua tangannya di udara yang membuat mereka bertiga tertawa riang. Sebelum memulai acara sarapan dan memulai aktivitas mereka masing-masing.

Jam menunjukkan pukul 8.30 WIB Lena dan Bram  memasuki kantor direktur Club tersebut. Sepanjang perjalanan tidak nampak satupun pemain yang berjalan disekitar gedung ini. mungkin sesi latihan dilakukan di tempat lain pikir Lena seperti itu.

Setelah mengobrol banyak hal dan basa basi tentang ini itu akhirnya Lena dan Bram dibawa menunjukkan tempat para pemain melakukan latihan yang berada di belakang kantor utama ini.

"Jangan terlalu mencolok kalo kamu memiliki hubungan dengan Arhan ingat status kalian di rahasiakan" bisikan Bram yang dulu tidak pernah dia ambil pusing kini justru rasanya sangat menganggu ingin rasanya dia mengatakan pada dunia bahwa Arhan adalah miliknya. Ah satu persatu persyaratan didalam perjanjian itu terasa berat untuk dilakukan.

Tatapan mata Lena langsung tertuju kepada Arhan yang tengah berlarian disisi lapangan bersama dengan pemain yang lain. Mungkin mereka melakukan pemanasan atau latihan fisik ringan sebelum pertandingan dimulai. Sang direktur dan juga asisten pelatih menjelaskan tentang kondisi pemain yang entah mengapa tidak Lena hirauka dia tetap fokus kepada Arhan yang berpura-pura tidak melihatnya padahal jelas-jelas tadi pandangan mereka bertemu.

Brondong Idola || Pratama Arhan (18+) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang