8' Day 1 Halal

4.5K 174 21
                                    

Sudah hampir 36 jam seusai kakek keluar dari ruang operasi namun hingga kini belum juga ada tanda-tanda kesadaran. Bahkan Lena mulai merasakan ketakutan yang luar biasa, jika sampai 48 jam kakek belum juga sadar maka ada kemungkinan dia tidak akan sadar selamanya. Lena duduk disamping ranjang sang kakek mulai melakukan cara-cara tradisional dia menekan jari jemari sang kakek dengan bolpoin berharap akan ada respon.

"Kakek Lena mohon kek, bangun ya Lena mohon" gumam Lena dengan menundukkan kepalanya menahan kesedihan yang luar biasa, semalam dia tak bisa tidur bahkan tadi pagi seusai sholat subuh sudah datang ke rumah sakit dan ke ruangan ICU.

"Istirahat dulu, kamu katanya Hans belum makan tadi aku bakalan gantiin jaga kakek" tanpa menoleh Lena tau siapa yang berkata dan merangkul pundaknya siapa lagi jika bukan suami brondongnya. Dengan wajah sembab Lena menatap Arhan sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya menolak perintah tersebut.

Arhan tidak menjawab dia justru merendahkan tubuhnya dan mengangkat tubuh ramping Lena membawa keluar dari ruangan tersebut menuju ruang direktur.

"Apa yang kamu lakukan lepaskan" teriakan lena menggelegar diluar ICU. Tanpa mengatakan apapun Arhan terus melangkah memasuki lift tak memperdulikan Lena yang melotot tajam dan juga berontak didalam pelukannya.

"Diam atau kamu jatuh" ketus Arhan sembari menundukkan wajahnya untuk melihat Lena.

Hal tersebut membuat Lena terdiam seketika. Lift terbuka Arhan segera membawa istrinya kedalam ruangan direktur disana sudah ada berbagai jenis makanan yang sengaja Arhan siapkan untuk sang istri. Dia tadi pagi bergegas pulang ke rumah utama untuk bertemu dan berbincang dengan istrinya namun Wati berkata Lena sudah pergi seusai sholat subuh.

Arhan mendudukan tubuh Lena diatas sofa dan menghel nafas pelan saat istrinya masih menatapnya dengan tatapan maut penuh permusuhan.

"Makan dulu, kamu dari kemarin belum makan" dengan lembut Arhan berucap bahkan menyodorkan sepiring nasi padang kesukaan Lena.

"Makan Lena" tegasnya saat tak mendapat respon dari sang istri

"Aku gak laper" lirihnya tak berdaya lingkaran hitam terlibat jelas dibawah matanya bahkan raut wajah sedih tidak lagi Lena sembunyikan dari Arhan.

"Iya tapi makan dulu, kamu pilih makan atau aku cium hah?" Ancam Arhan yang membuat Lena melotot seketika

"Jangan macam-macam ya kam" omelan Lena terpotong akan aksi Arhan yang langsung melumat lembut bibir manis sang istri.

"Dasar kurang ajar" Lena bersiap menampar wajah Arhan namun kalah cekatan dengan sang suami yang langsung menggenggam tangannya dengan lembut. Bahkan Arhan meraih tubuh ramping sang istri kedalam pangkuannya.

"Demi tuhan, dari kemarin seusai mengucapkan ijab aku menahan diri agar tidak menyentuhmu tapi aku tidak bisa, kamu istri ku sah dan halal bagiku untuk menyentuhmu bahkan kamu akan berdosa jika menolakku, ingat aku lelaki normal yang menginginkan istrinya" Arhan mengutarakan segala gunda yang dia rasakan semalaman.

"Inget perjanjian kita" ketus Lena yang membuat membelai wajah sang istri dengan lembut.

"Itu perjanjian kamu dan keluargaku bukan dengan ku aku tidak ada urusan tentang itu, sudahlah makan ya daripada aku bertindak lebih jauh, melakukan itu di sofa bukanlah hal buruk justru menantang sempit-sempit nikmat" Arhan menaik turun kan alisnya menggoda sang istri dengan wajah memerah akibat kesal Lena segera meraih piring di atas meja dan memakannya dengan menatap tajam Arhan.

"Natapnya biasa aja istriku nanti kamu jatuh cinta loh" sindir Arhan yang membuat Lena mendegus kesal untung saja dia tidak tersedak.

"Diem deh" ketus Lena yang membuat Arhan terkekeh pelan semakin mengeratkan pelukannya dipinggang sang istri agar Lena tidak jatuh dari pangkuannya.

"Kamu semalem gak tidur ya?" Lena menatap Arhan tajam sembari mengunyah makanan benar-benar kesal

"Ga bisa tidur"

"Sama, nanti sehabis kamu makan kita tidur ya"

"Kamu bener-bener gak bisa diem ya, aku kenyang" ketus Lena berusaha bangkit dari pangkuan Arhan.

"Kita tidur disini atau aku yang tidurin kamu?" Ancam Arhan yang membuat Lena terdiam dan menatap kesal brondong tampan yang sayangnya menjadi suaminya tersebut.

Tak ingin bertengkar dengan sang istri Arhan segera merebut piring yang dipegang Lena dan meletakkan disisi kursi sebelum akhirnya merebahkan tubuh keduanya diatas sofa.

"Tidur" bisik Arhan sembari memberikan kecupan dikening sang istri. Diperlakukan seperti itu Lena yang merupakan wanita normal sidikit baper dibuatnya dia menyembunyikan wajahnya dilekuk leher Arhan dan mulai memejamkan mata dia benar-benar tenang berada didekapan sang suami.

"Jangan gerak-gerak dek, tidur" gumam Arhan yang membuat Lena membuka mata dan menepuk dada sang suami dengan keras

"Dek? Usia kita beda lima tahun dan lebih tua aku" protes Lena yang membuat Arhan terkekeh pelan.

"Ya masa iya aku yang suami kamu harus memanggil kamu mbk kan gak lucu, apa aku panggil kamu sayang aja lebih romantis kalo gak gitu istriku aja, apa bunda tapi kan kita belum punya anak bikin aja belum padahal aku mau"

"Sak karepmu" gumam Lena kembali memejamkan mata tanpa keduanya tau bahwa ujung bibir keduanya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman.

Keduanya terdiam cukup lama mereka terlelap menuju alam mimpi yang begitu indah meninggalkan segala kekacauan yang tengah mereka hadapi atau yang akan mereka hadapi kedepannya.

Di lantai bawah Lano datang kerumah sakit untuk melihat keadaan sang kakek namun tak menemukan keberadaan sang adik.

"Hans adikku mana?" Tanyanya kepada Hans yang kebetulan lewat seusai dari UGD

"ini di grub dokter dan perawat ramai katanya tadi Lena digendong Arhan dibawa naik ke ruang direktur" beritahunya yang membuat Lano mengulas senyum tipis dan pergi seusia mengucapkan terimakasih.

"Hai om" sapa Lano saat melihat Bram duduk di mejanya ditemani dengan tumpukan kertas

"Hai, kamu datang?" Sapanya yang membuat Lano menganggukkan kepalanya

"Iya mau lihat pengantin baru ngapain di ruang direktur"

"Lena sama Arhan disini?" Bram bertanya yang membuat Lano menatap lelaki paruh baya tersebut dengan aneh

"Katanya hans tadi iya om"

"Lah om disini udah hampir satu jam loh" keduanya saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka pintu ruangan tersebut saking penasarannya. Dan benar saja diatas sofa Arhan dan Lena tengah terlelap saling berpelukan satu sama lain. Wajah keduanya berseri-seri menandakan bahwa mereka berbahagia.

Tak ingin menganggu waktu keduanya Bram segera menarik Lano yang tengah mengambil gambar untuk keluar dari ruangan.

"Mesra amat, om yakin sih kalo didalam hati mereka sudah saling suka satu sama lain cuma tinggal menunggu waktu saja" Ujar Bram yang disetujui oleh Lano

"Maklum om hari pertama halal, aku berharap Semoga kebahagiaan selalu datang dan bersama dengan mereka" harap Lano yang diamini oleh Bram.

Keduanya lantas mengobrol tentang segala sesuatu berkaitan dengan bisnis sampai satu jam berlalu namun sampai Lano dan Bram pergi meninggalkan lantai tersebut Arhan dan Lena masih setia menyelami dunia mimpi keduanya. Mungkin kenyamanan kehangatan dan juga kedamaian tengah mereka rasakan dengan saling mendekap sehingga tak ingin ada yang terbangun dari tidur keduanya.

Bersambung
.
Bau-baunya disini bakalan jadi lapak bucin baruku nih
:))
Apa kabar semuanya? Masih adakah yang baca disini atau menunggu kelanjutan kisah Lena dan Arhan?

Brondong Idola || Pratama Arhan (18+) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang