21

792 94 23
                                    

Tenggorokan Seungmin tercekat. Harapannya seketika pudar terganti dengan rasa terkejut. Jiwanya terasa hancur diterpa badai besar.

Pandangannya ia bawa ke arah Lily yang berada di dalam gendongan Irene. Seungmin pikir, Lily tak mungkin terlibat dengan hal-hal tak masuk akal ini. Rasanya sangat lucu, Seungmin ingin sekali tertawa keras saat ini.

"Hahaha―hiks―Tuhan mengapa jadi begini," keluh Seungmin dengan sarat frustasi.

"Hyunjin, ini tidaklah benar. Katakan padaku, aku sedang bermimpi. Katakan itu Hyunjin, tolong. Tolong katakan padaku, dirimu adalah Hyunjin. Berhenti bercanda Hyunjin! dirimu bilang Sam sudah meninggal saat masih kecil," ucap Seungmin dengan nada tinggi seraya mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Sam.

Seungmin merasa sangat lelah. Fisik dan batinnya terasa seperti diguncang hebat seolah semesta ingin merampas kewarasan Seungmin.

"Seungmin, mari kita istirahat dulu. Dirimu terlihat sangat kelelahan," ucap Irene dengan ramah sambil memegang bahu Seungmin.

Dengan cepat, Seungmin tepis kasar tangan kurus milik Irene. Dengan tatapan penuh amarah, Seungmin tatap manik cantik Irene.

"Jangan pernah sentuh aku, sialan. Aku tidak akan terjebak dalam permainanmu lagi. Aku membenci kalian semua!" bentak Seungmin dengan penuh amarah membuat Lily menyembunyikan kepalanya di ceruk leher sang mama.

Irene terlihat sangat terkejut dengan respon Seungmin. Hal itu membuat Sam tanpa perasaan meremat tangan Seungmin yang masih dalam genggamannya.

Seungmin reflek merintih dan menatap ke arah Sam. Tanpa pikir panjang, Seungmin gigit tangan Sam membuat sang empu menjerit sebab terkejut. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Seungmin bawa tungkainya untuk berlari ke arah luar rumah.

Walaupun kakinya masih belum bisa dikatakan sembuh, pemuda bermarga Kim tersebut mencoba berlari sekuat tenaga. Beberapa orang terlihat menghadangnya, namun dengan keahliannya Seungmin berhasil berkelit.

Grep!

Plak!

Namun, usahanya masih kalah dengan Sam. Satu tamparan berhasil mengenai pipi putih milik Seungmin.

"Lepaskan aku, brengsek!" teriak Seungmin pada Sam.

Seungmin tak pedulikan rasa panas yang menjalar di pipinya. Ia tak lagi peduli dengan Lily yang menangis. Ia sudah tak peduli dengan Irene yang menatapnya dengan tatapan sendu.

"Minta maaf pada mama," ucap Sam singkat dan tanpa ekspresi mengundang tatapan heran dari netra berair milik Seungmin.

"Apa?" tanya Seungmin dengan raut terkejut.

"Minta. Maaf. Pada. Mama. Kamu menyakitnya, Seungmin. Aku tidak ingin kekasihku menyakiti orang yang aku sayangi," tekan Sam membuat tawa kecil Seungmin lolos dari bibirnya.

"Kamu berharap aku berlaku baik pada orang yang telah menjebakku? aku meminta maaf padanya untuk kesalahan yang bahkan tak sebanding dengan kesalahannya, apa dirimu gila? dunia ini benar-benar sedang bercanda―"

Seungmin mengusap bulir air mata yang menetes lewat maniknya dengan ibu jari. Ia barengi tawa dan tangisnya untuk menjadi bukti bahwa ia sangat terkesan dengan permainan semesta.

"―lihatlah dirimu, apakah pantas dirimu memakiku disaat dirimu yang membuatku seperti ini? apa yang kamu mau, Sam?" lanjut Seungmin dengan bibir bergetar tak sanggup tahan rasa marahnya.

Sam masih terdiam dan menatap lurus ke arah Seungmin. Tak ia pedulikan ucapan si manis. Dengan segera ia berbalik badan dan memanggil salah satu pelayan di sana.

KidnappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang