25

1.1K 91 19
                                    

Halo semua!
Maaf kalau bahasa Inggrisnya banyak salah atau grammarnya kurang tepat ya!
Maaf kalau ada typo.
Selamat membaca!

Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Namun, dinginnya malam tak mampu untuk membuat seorang pria paruh baya bermarga Kim untuk masuk ke dalam rumahnya.

Dengan sebatang sigaret di tangannya, pria yang kerap disapa Jae oleh rekannya itu tengah bawa pandangnya pada rembulan yang malam ini muncul seutuhnya. Wajahnya pancarkan aura gelap. Raut wajahnya terkesan sangat lelah dan menyiratkan kesedihan yang mendalam.

Tap! Tap! Tap!

Suara langkah kaki tersebut tak mampu mengusik Jae. Pria itu masih pada tempatnya, tak bergeming sedikitpun.

"Apakah dirimu sudah dapatkan informasi tentang Seungmin?" tanya Jae tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Pemuda dengan setelan serba hitam yang berdiri di belakang Jae terlihat ragu saat ingin menjawab pertanyaan yang terlontar dari belah bibir Jae. Netranya bergerak gelisah berusaha mencari kalimat yang pas untuk dibicarakan pada tuannya.

"Jawab aku, Jyun. Apapun itu, beritahu padaku!" seru Jae dengan nada tegas membuat pemuda yang dipanggil Jyun tersebut memejamkan matanya barang sejenak.

Pemuda bernama asli Park Jyuncha tersebut menarik napasnya dalam guna meredam rasa ngilu pada dadanya.

"Tuan Jeongin, membunuhnya. Tuan muda Seungmin sudah tidak ada," ucap Jyun dengan tangisan tertahan.

Pemuda tersebut ingat jelas bagaimana bawahannya mengirimkan pesan berisikan foto yang membuat hatinya berdenyut nyeri. Foto di mana sang tuan muda yang kesulitan untuk sekadar mengambil napas dengan tubuh yang bersimbah darah.

Tiba-tiba suara isakan terdengar. Meski tertahan, Jae dapat tangkap rasa sakit yang dikeluarkan bersama dengan isakan milik Jyun. Meski begitu, ekspresi Jae masihlah sama.

Tanpa hormat, Jyun tinggalkan tuannya kembali sendirian. Kini tinggal menyisakan Jae sendiri bersama heningnya malam. Menyadari ia kembali sendiri, Jae matikan sigaretnya dan tinggalkan tempat sebelumnya ia berdiri.

Dalam sunyinya malam, Jae bawa tungkainya berjalan di atas trotoar. Beberapa lampu jalanan ia lewati, tapi tak mampu terangi hatinya. Di balik topi yang ia gunakan, ia sembunyikan air mata yang sedari tadi mengalir tanpa beban.

Tangisnya ia simpan dalam diam. Padahal hatinya terkoyak saat dapat kabar tentang sang putra. Putra yang dahulu selalu menjadi alasan dirinya bertengkar dengan sang pujaan. Putra yang selalu mengajaknya bermain di kala Jae menatapnya dengan tatapan benci.

Seungmin, putranya yang selalu tersenyum saat dirinya mengacuhkannya.

Seungmin, putranya yang selalu mengirimkan pesan-pesan kecil dan menanyakan keadaannya.

Seungmin, putranya yang selalu berusaha membuat dirinya terkesan.

Seungmin, putranya yang tidak pernah menyerah untuk mendapatkan perhatiannya.

Seungmin, putra kecilnya yang selalu mengingatkannya pada mendiang suaminya.

Sebenci apapun Jae padanya, tak dapat ia pungkiri bahwa rasa sayangnya begitu nyata pada Seungmin. Jae merogoh sakunya untuk mengambil handphone miliknya.

Sambil terus berjalan, ia buka aplikasi perpesanan di handphonenya. Ia tekan ruang chat dengan nomor tak dikenal. Tangisnya semakin deras kala ia menggulir pesan-pesan pada ruang chat tersebut.

Di mana ia bisa lihat bagaimana sang putra yang mengirimi pesan tanpa pernah ia balas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KidnappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang