Bagian 10

16.9K 1.3K 203
                                        

Author POV

Hari ini Karina akan menemui Hera di tempat kerja perempuan itu. Karina mendapatkan alamat tempat Hera bekerja dari beberapa akun media sosial yang dia dapatkan. Karena Hera tidak pernah memberikan nomor ponselnya kepada Karina, jadi Karina tidak bisa memberitahu kalau dia mau datang.

Ini hari Senin dan Sadewa sudah tidak berada di apartemen lagi. Tadi pagi pria itu pergi membawa Alya untuk pulang ke rumahnya bersama Hera, jadi Karina kembali sendirian.

Sebenarnya berat untuk melakukan ini, tapi Karina sudah bertekad untuk tetap pergi. Dia lelah dengan permasalahan seperti ini. Apalagi Karina sedang hamil, dia tidak mau stres memikirkan masalah rumah tangganya.

Sebelum benar-benar berangkat, suara bel berbunyi. Karina terpaku sejenak, bingung siapa yang bertamu karena Sadewa dan Alya sudah pergi sejak tadi pagi. Tidak mungkin Sadewa kembali lagi kemari karena pria itu juga harus bekerja.

Memutuskan segala persepsi dalam kepalanya, wanita itu kemudian melangkah untuk membuka pintu rumah. Beberapa detik penuh kekosongan ketika Karina berhadapan dengan dua orang tua yang tidak dia ketahui itu siapa.

Tangannya meremas pegangan pintu cukup kuat, takut sesuatu di pikirannya menjadi kenyataan.

"Kamu benar Karina?" tanya pria paruh baya itu. Karina mengangguk kaku, entah kenapa matanya tiba-tiba panas. Hatinya merasakan sesuatu yang tidak enak datang dari dua orang tua ini.

"Ma-maaf... A-ada keperluan apa?"

"Kami orang tua Sadewa. Boleh kami berbicara dengan kamu, Karina?"

Lemas lah sudah kedua kaki Karina. Spontan wanita itu memundurkan langkahnya dan membuka lebar pintu apartemen demi membiarkan orang tua Sadewa masuk. Dia menundukkan kepala, tidak berani menatap karena Karina merasa menjadi seorang penjahat.

Mila yang sedari tadi diam, kini mulai memperhatikan. Dia memang tidak suka dan sangat marah ketika suaminya memberi tahu bahwa Sadewa telah menikahi perempuan lain selain Hera. Mila sendiri sangat menjunjung pernikahan yang sehat, dia loyal, dan juga tidak pernah bersikap jahat. Mila juga merasa sakit hati karena perilaku Sadewa yang seperti ini, tapi dia bukan orang yang gemar marah-marah begitu saja. Mila akan mendengar dari dua sisi.

"Sa-saya buatkan sesuatu untuk bapak dan ibu... Mohon ditunggu se-sebentar," ucap Karina mulai terbata-bata. Dia buru-buru masuk ke dapur dan menyiapkan minuman untuk menyambut orang tua Sadewa-- yang juga merupakan mertuanya sendiri secara tidak langsung.

Andres dan Mila tidak banyak berkomentar, mereka diam menunggu hingga Karina datang dan menyajikan minuman sebelum memilih untuk duduk di atas lantai sambil menundukkan kepala. Dia merasa tidak pantas untuk duduk di sofa karena Karina takut dicela.

"Duduk yang benar di sofa, Karina. Kamu bukan pembantu," titah Andres dan itu sedikit mengejutkan Karina. Buru-buru dia berpindah di atas sofa sambil tetap menundukkan kepalanya. Jangan tanya betapa dinginnya tangan Karina sekarang, dia harap bisa segera pergi jauh sebelum keluarga Sadewa memberikan ultimatum lain kepadanya.

"Kami datang kemari karena tau kalo kamu pasti ada di sini. Kami ingin berbicara dengan kamu. Apa ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan?" tanyanya langsung. Karina menelan ludahnya susah payah, takut jawabannya tetap salah di mata mereka.

"Sa-saya... Saya... gak tau... M-mas Dewa uhm... Di-dia..."

"Jangan takut sama kami, Karina. Saya dan istri saya datang kemari bukan untuk menghakimi kamu, tapi kami kemari untuk mencari solusi. Kami berdua tau kamu juga korban, sama seperti Hera. Kami ingin dengar apa yang sudah terjadi," potongnya. Karina meremas jemarinya sendiri, bingung bercampur takut dengan dua orang tua di depannya kini. Terlebih lagi Mila menatapnya cukup intens, sampai Karina tidak punya nyali untuk bersuara.

Istri SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang