Author POV
Sudah hampir empat hari ini Sadewa demam dan menggigil. Dia sendirian di apartemennya, tidak bisa mengadu ke siapapun karena memang dia sendirian sejak memutuskan bercerai beberapa waktu lalu. Ibunya masih belum mau berbicara dengan Sadewa sehingga dia pun malas datang ke rumah orang tuanya. Bisa dibilang semuanya jadi kacau, belum lagi Sadewa kesulitan menemui Alya. Sebulan ini, dia cuma tiga sampai empat kali bertemu putrinya dan itu membuat Sadewa rindu bukan main. Dia bahkan sampai menyimpan mainan milik Alya di apartemennya agar kapanpun dia merasa rindu, Sadewa tinggal memeluk boneka yang biasa dimainkan Alya.
Pria itu menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut tebal, merasa kedinginan padahal suhu badannya sangat panas. Akhir-akhir ini Sadewa selalu berpergian dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya, mungkin itu yang membuat dia akhirnya demam selama empat hari ini.
Di tengah rasa kantuknya, Sadewa memimpikan Karina. Dia seperti melihat bayangan istrinya yang mendekat dan menyentuh lembut dahinya dengan telapak tangan dingin itu.
"Karin..." panggil Sadewa dengan suara parau. Entah mimpi macam apa yang terlihat begitu nyata ini tapi Sadewa menyukainya. Hanya melalui mimpi dia bisa melihat Karina sedekat ini dengannya dan Sadewa sudah sangat bersyukur sekali.
"Maafin Karin, mas... Karina gak tau Mas Dewa sakit."
Suara itu bahkan terdengar begitu nyata di telinga Sadewa. Halusinasinya semakin merajalela dan itu sungguh memuaskan dahaga akan kerinduan yang membuncah di hatinya.
Tangan Sadewa terulur, berusaha memegang pipi basah Karina tapi dia terlalu lemah hingga akhirnya lebih memilih untuk melanjutkan tidur.
...
Karina tengah sibuk di dapur apartemen Sadewa. Dia membuat menu makanan yang bisa dimakan untuk suaminya.
Hari ini Karina memutuskan untuk datang menemui Sadewa setelah empat hari tidak menerima kabar dari pria itu. Karina tentu saja khawatir, Sadewa tiba-tiba tidak muncul lagi di rumahnya selama empat hari di saat dia ingin memberi pria itu kesempatan.
Bukan perjuangan yang mudah untuk mendapatkan restu dari pamannya, Karina bahkan sampai memohon agar diberikan kesempatan membangun keluarga lagi. Ali tentunya keberatan sekali dengan permintaan Karina, sangat sulit mendapatkan restu darinya lagi dan Karina nyaris menyerah tapi untung saja Phia memberikan alasan yang kuat sehingga Ali memberikan izin kepada keponakannya untuk kembali ke Sadewa.
Ali dan Phia mengantar Karina ke rumah Sadewa di Jakarta, tapi rupanya rumah itu sudah lama tidak ditinggali sejak Sadewa dan Hera bercerai. Pilihan Karina cuma ada di apartemen, yang dia tahu Sadewa punya apartemen dan benar saja pria itu ada di sini dalam kondisi yang memprihatinkan. Dia sakit saat Karina datang, tubuhnya panas dan matanya memerah. Tadi saat pertama kali menemuinya, Sadewa terlihat seperti tidak sadar. Karina begitu merasa bersalah kepada suaminya.
Karina menyudahi kegiatannya memasak. Dia mencari nampan di lemari piring lalu menaruh semangkuk bubur dan air hangat di atasnya sebelum membawa nampannya kembali ke kamar.
Iris hitamnya menatap lirih kepada sang suami yang tampak gelisah di dalam tidurnya. Karina duduk di pinggir ranjang, membalikkan handuk kecil yang dia letakkan di atas dahi Sadewa. Handuk itu sampai terasa hangat ketika Karina menyentuhnya.
"Mas, Karin udah nyiapin bubur. Mas Dewa belum makan kan?"
Sadewa tidak menjawab apapun, matanya terpejam erat dan sesekali dahinya mengernyit seperti menahan sakit di kepala.
![](https://img.wattpad.com/cover/305491149-288-k11694.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan
Любовные романыWARNING 21+ ! ADEGAN DEWASA!🚫🚫🚫 DI BAWAH 21 TAHUN HARAP SEGERA MENYINGKIR! SAYA TIDAK TANGGUNG RISIKONYA! Menjalani pernikahan yang harmonis adalah impian setiap perempuan. Mereka berharap diperlakukan seperti ratu, dicintai, dan menjadi satu-sat...