Bagian 21

12.2K 963 57
                                    

Author POV

Hari-hari berlalu dengan penuh kebahagiaan hingga kini tanpa terasa kandungan Karina sudah mendekati hari perkiraan lahir. Selama beberapa hari terakhir ini, Sadewa selalu menemaninya yang terkadang mengeluh sakit perut dan mulas. Dia tidak mau ditinggalkan karena takut tiba-tiba ingin melahirkan.

"Kita ke rumah sakit ya, sayang? Perut kamu terasa kencang banget."

Karina cuma mengangguk menahan sakit kontraksi yang selalu terjadi ini. Sadewa sudah menyiapkan barang-barang mereka lalu segera membawa istrinya ke rumah sakit. Karena sekarang fokusnya adalah untuk memastikan Karina aman, jadi dia meminta orang tuanya untuk mengasuh Alya makanya Alya tidak terlihat di mana-mana.

Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit ibu dan anak. Karina langsung dibawa ke ruang perawatan yang sudah disiapkan pula oleh Sadewa. Dia ingin yang terbaik untuk istri dan calon bayi keduanya ini.

"Mas, sakit banget..."

"Iya, sayang. Kamu yang kuat ya? Mas bantu usap perutnya," sahut Sadewa sembari mengusap perut besar Karina yang sudah siap untuk melahirkan. Wajah wanita cantik itu dipenuhi keringat, bibirnya terlihat pucat dan kering menahan sakit di bagian bawah tubuhnya.

Dokter yang bertanggung jawab membantu Karina melahirkan mengatakan kalau sebentar lagi Karina bisa mulai mengejan. Proses persalinan dilakukan secara normal mengingat kondisi tubuh Karina yang memungkinkan untuk melahirkan normal. Itu salah satu bentuk kelegaan, sejujurnya Sadewa takut jika istrinya harus melewati operasi besar yang menurut Sadewa sangat berisiko sekali.

Bermenit-menit berlalu dengan penuh rasa sakit yang mendera, akhirnya Karina pun merasakan bahwa akan berkontraksi. Melalui bimbingan dokter, Karina mulai mengejan sambil menggenggam erat tangan Sadewa berharap rasa sakit itu bisa tersalurkan pula.

Sadewa terus menguatkan istrinya. Dia membantu mengecup kening Karina dan sesekali mengusap lengannya untuk memberikan kekuatan tiap kali Karina mengejan untuk melahirkan bayi mereka.

Dulu, sewaktu Alya lahir, Sadewa tidak melihat proses ini. Dia tidak tahu kesakitan macam apa yang dilalui Hera saat melahirkan Alya dan untuk sejenak dia menyesali perbuatannya. Sadewa terlewat apatis terhadap mantan istrinya dan semakin membuat hubungan mereka kian berjarak.

Namun di kesempatan kali ini, Sadewa tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Dia akan mengisi setiap waktu yang terbuang, sebisa mungkin dia menciptakan momen yang bisa dia ingat hingga nanti bersama Karina.

...

Karina dipindahkan ke ruang perawatan yang lebih nyaman setelah persalinan selesai. Wanita itu sungguh kuat, dia tidak menyerah walaupun air mata sudah membasahi pipinya menahan rasa seperti terbakar ketika mengejan. Ketika dokter mengangkat tubuh bayi laki-laki yang berhasil dia lahiran tanpa kekurangan, semangat di dalam diri Karina kian berkobar. Dia dan Sadewa menangis terharu, sama-sama berucap syukur dan terima kasih karena bayi mereka akhirnya berhasil dilahirkan.

Di sinilah Karina, sibuk menyusui bayi laki-lakinya. Bibirnya tidak berhenti tersenyum menatap sang anak di dalam buaiannya. Karina sungguh tidak menyangka bahwa kini dia telah memiliki dua anak. Tugasnya bertambah, hari-harinya makin sibuk ditemani suami dan anak-anaknya. Namun, itulah bentuk kesibukan yang selalu dinantikan Karina.

Ceklek!

Wajahnya mendongak menatap pintu yang terbuka dan tertutup. Sadewa masuk dengan senyuman lebar di bibirnya. Tadi pria itu pamit sebentar untuk menelepon keluarga mereka bahwa Karina sudah melahirkan dan mereka semua secepat mungkin akan datang kemari.

Istri SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang