Author POV
Di sinilah Karina, duduk di kursi restoran dengan penuh ketegangan yang menyelimuti hatinya. Di seberangnya, ada Hera yang juga duduk diam. Sudah sepuluh menit mereka hanya duduk diam tanpa ada yang mau memulai percakapan. Karina sangat ketakutan sampai dirinya tidak bisa menatap ke arah mata Hera yang tentu saja penuh amarah untuknya.
"Jadi kamu hamil?"
Karina sedikit terkejut ketika Hera langsung melayangkan pertanyaan untuknya. Dia dengan perlahan mendongak, menatap istri pertama Sadewa yang teramat dendam kepadanya.
"I-iya, mbak Hera... Sa-saya mau minta maaf dan--"
"Udah berapa lama kamu kenal suami saya?" potongnya. Karina menelan ludahnya dengan susah payah, kedua tangannya sudah sedingin es tanda bahwa dia sangat takut sekali.
"Saya... Saya kenal dia tiga bulan sebelum nikah," jawabnya dengan suara kecil.
"Berarti sudah lima bulan kamu tau suami saya, tapi gak pernah niat cari tau latar belakang dia?" tanyanya lagi kian mendalam. Karina menggeleng pasrah, dia memang salah dan Karina mengakui kebodohannya.
"Mau banget kamu dibodohin sama dia. Harusnya kamu cari tau Mas Dewa itu siapa, ini main terima aja ajakan nikah. Masih 19 tahun tapi berani banget," cecarnya. Karina hanya terdiam dengan air mata yang mengumpul di sudut matanya. Dia tidak akan berupaya untuk membantah, Hera berhak mengejek semaunya. Di sini posisi Karina adalah sebagai penghancur dan dia sadar akan itu.
"Saya benar-benar minta maaf, mbak Hera. Kalo mbak mau saya pergi, saya akan lakukan. Saya akan bawa anak saya jauh dari sini dan gak pernah bisa ketemu dengan suami mbak Hera," jelasnya kemudian. Karina tidak mau membuat orang lain hancur, dia lebih memilih untuk pergi.
Hera terlihat tidak peduli, dia meraih cangkir berisi teh hangat lalu menyeruputnya.
"Enak banget kamu main pergi aja. Asal kamu tau ya, suami saya itu udah tergila-gila sama kamu. Kalo saya nyuruh kamu pergi, dia pasti nekad nemuin kamu apalagi kamu hamil gini. Jadi saya punya persyaratan buat kamu. Ini juga saya lakukan karena saya kasih kamu keringanan."
"Syarat... mbak?" tanya Karina hati-hati. Entahlah, dia merasa tidak yakin dengan yang dikatakan Hera. Karina merasakan adanya ancaman untuk dia dan bayinya.
Hera meraih tas mewahnya, dia mengeluarkan sebuah map coklat lalu menyodorkannya ke depan Karina.
"Itu kamu harus baca dan pahami. Semuanya tertulis di situ dan ada konsekuensi kalo kamu melanggar," titahnya. Nada bicaranya dingin dan itu membuat Karina semakin ragu. Syarat ini pasti berbahaya untuknya dan anak yang dia kandung. Entah apa yang dipikirkan Hera, yang jelas ini tidak baik-baik saja.
Tangan Karina bergetar, dia membuka map coklat lalu mengeluarkan selembar kertas putih berisi tulisan-tulisan panjang dan di bagian paling bawah, tertera materai yang mana artinya syarat ini resmi dan benar-benar memiliki konsekuensi yang harus ditanggung apabila melanggar.
Karina membaca dengan seksama, alisnya mengerut bingung dan sedih di saat yang bersamaan.
Ada beberapa poin yang tercetak di sana. Yang pertama, Karina dan Sadewa tidak boleh meresmikan pernikahan mereka secara hukum. Jika nekad melakukannya tanpa sepengetahuan Hera selaku istri pertama, maka mereka akan terjerat pasal. Kemudian, Karina tidak boleh mengenalkan dirinya sebagai istri siri Sadewa baik itu di dalam keluarga ataupun orang lain. Ini adalah poin yang benar-benar harus dia lakukan. Statusnya akan menjadi simpanan dan tidak boleh diakui sebagai istri. Poin ketiga dijelaskan bahwa Sadewa dan Karina hanya boleh bertemu dua hari dalam satu Minggu. Hera memberikan waktu libur untuk Karina, sisanya akan menjadi milik Hera dan Alya. Jika melanggar, mereka akan kembali berhadapan dengan hukum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan
RomanceWARNING 21+ ! ADEGAN DEWASA!🚫🚫🚫 DI BAWAH 21 TAHUN HARAP SEGERA MENYINGKIR! SAYA TIDAK TANGGUNG RISIKONYA! Menjalani pernikahan yang harmonis adalah impian setiap perempuan. Mereka berharap diperlakukan seperti ratu, dicintai, dan menjadi satu-sat...