Bagian 13 (21+)

78.2K 1.4K 199
                                    

Author POV

"Masih mual, Karin?"

"Iya, Tante. Karin masih mual banget," jawab Karina sembari mengusap-usap perutnya. Dia masih setia berbaring di tempat tidur karena lemas dan merasa tidak enak badan.

"Paman kamu udah telepon Pak Dam buat ngabarin kalo kamu gak bisa kerja. Jangan dipaksain pokoknya ya, nak? Kamu mesti di rumah," pinta Phia. Dia sangat khawatir dengan kondisi keponakannya yang tidak sehat beberapa hari terakhir.

"Iya, gak apa-apa Tante. Mending Tante Phia siap-siap aja, kan katanya mau pergi sama Paman?" tanya Karina. Phia sedikit ragu, dia tidak tega meninggalkan Karina sendirian di rumah dalam keadaan seperti ini. Namun, dia dan suaminya ada kegiatan penting yang tidak bisa dilewatkan sehingga mereka harus pergi.

"Duh gimana ya, Rin? Tante khawatir sama kamu," balas Phia.

"Karin cuma mual doang, tan. Gak apa-apa, kan nanti malem tante sama Paman balik ke sini lagi?"

Phia menatapnya ragu, tapi kemudian dia mengangguk. Mungkin tidak apa-apa jika Karina ditinggalkan selama beberapa jam. Phia juga sudah menyediakan makanan dan obat yang dibutuhkan Karina apabila keponakannya itu membutuhkannya.

"Beneran ya gak apa-apa? Cepat-cepat telepon tante sama paman ya kalo darurat. Kami langsung pulang," titahnya dan dijawab anggukan oleh Karina. Dia tidak mau merepotkan keluarganya terus-menerus. Karina masih mampu merawat dirinya sendiri.

Selepas itu, Phia dan Ali pun pergi. Karina mengunci pintu rumah, dia hanya akan terbaring sampai keadaannya jauh lebih baik hari ini.

...

Sadewa memerhatikan rumah di depannya. Pegangannya terhadap setir mobil kian mengencang menahan kerinduan di dadanya. Pria itu tidak melihat siapapun, seperti rumahnya sedang kosong.

Dia pun keluar dari mobil, melangkah dengan pasti menuju pintu kayu yang terlihat tua, lalu mengetuknya berharap Karina berada di dalam sana.

Beberapa detik dia berdiri seperti orang bodoh lalu harapannya pun terkabul. Pintu dibuka pelan dan wajah Karina muncul dengan penuh kekagetan melihatnya tiba-tiba datang.

Buru-buru Karina mencoba menutup pintu lagi, tapi Sadewa langsung menahannya. "Karin! Tolong jangan tutup pintunya, Mas mau ketemu sama kamu," pintanya setengah frustasi.

Karina yang mencoba mendorong pintu, kembali menatapnya tidak percaya. Setelah hari-hari yang tenang tanpa adanya Sadewa, tiba-tiba saja dia muncul dan membuat Karina kembali kepikiran.

Sadewa membuka pelan pintu rumah Karina, dia sedikit lega memerhatikan sang istri yang terlihat baik-baik saja atau mungkin tidak?

"Kenapa mas Dewa ke sini? Mas--"

Grep!

Sadewa lekas mendekap Karina. Dia memejamkan matanya karena akhirnya bisa memeluk perempuan yang dia cintai ini. Dua Minggu ini Sadewa menggila, dia rindu dan ingin bersama Karina. Entah bagaimana pendapat orang lain, tapi dia ingin Karina selalu di sisinya seperti ini.

Karina diam saja, sejujurnya dia rindu sekali pelukan ini. Setiap malam dia bermimpi ingin dipeluk sang suami, tidurnya tidak nyenyak dan membuat dia kepikiran. Karina ingin mengakui bahwa pelukan Sadewa sedikit membuat rasa mualnya hilang.

"Mas kangen sama kamu, sayang. Mas mau ke sini, tapi ragu karena kamu selalu menjauh. Tolong, biarkan kita seperti ini dulu," pintanya. Mata Karina berkaca-kaca, bersama Sadewa dia lemah sekali. Seluruh hidupnya penuh drama melankolis karena pria ini.

Istri SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang