Author POV
"Mas pulang dulu, sayang. Udah janji sama Alya buat temenin dia tidur," pamitnya. Karina mengulas satu senyuman kecil, biar bagaimanapun Sadewa tetap seorang ayah. Dia ingin berusaha menjadi ayah yang baik untuk anaknya. Karina menghargai usaha Sadewa.
"Tolong segera ambil keputusan, mas. Karina akan hargai semua keputusan mas Dewa," ucap Karina kembali mengingatkan. Dia sudah siap dengan konsekuensinya, sulit bagi Karina untuk merajut masa depan bersama Sadewa. Karina tidak mau terlena lebih awal, dia tetap akan mengantisipasi segala hal.
Sadewa mendekat ke kening Karina lalu mengecupnya lembut. Keputusannya sudah bulat, dia akan bercerai dengan Hera. Lagipula, tidak ada yang bisa dipertahankan lagi di antara mereka berdua. Hera tidak benar-benar mencintai Sadewa dan dia tahu itu.
"Secepatnya, mas akan selesaikan urusan di Jakarta dan kembali ke sini untuk meminta izin sekali lagi dari keluarga kamu, Karin. Kali ini dengan persiapan yang benar-benar matang dan serius," balasnya. Karina tidak memberi komentar apapun, dia hanya mengangguk dan menganggap itu seperti angin lalu. Dia tidak akan berharap dengan segala omong kosong tanpa adanya pembuktian. Karina belajar dari kesalahannya.
Selepas itu Sadewa pun berangkat dengan mobilnya untuk kembali pulang. Karina merasa hampa sekali lagi, dia masuk ke dalam rumah dan menunggu hingga keluarganya pulang. Di dalam kesendirian, Karina memikirkan kembali nasibnya dan calon bayi di kandungannya. Semoga dia diberikan petunjuk baik dari Tuhan.
...
Sadewa memarkirkan mobilnya di garasi. Hari sudah gelap dan rumahnya terang benderang karena lampu yang telah dihidupkan.
Dia melangkah gontai ke dalam rumah, nyaris tidak memerhatikan ada sepatu pria yang tersusun rapi di samping pintu rumah.
Pria itu mengernyit heran, ini bukan sepatunya. Ada siapa di dalam rumah dan sejak kapan?
"Bik Ilah?" panggilnya dan pelayan rumah lantas berlari tergopoh-gopoh dari dapur. Mata hitam Sadewa menatap pintu kamarnya di lantai dua yang tertutup rapat, merasakan ada sesuatu yang salah.
"Selamat malam, Pak Sadewa. Anda mencari non Alya?"
"Di mana anak saya?"
"Anu pak... Ehm... Tadi Ibu Mila dateng terus bawa Alya jalan. Ibu Mila bilang jam delapan pulang," lapornya. Sadewa meletakkan kunci mobilnya di atas meja tamu, dia menunjuk pintu kamarnya yang masih tertutup rapat.
"Ada siapa di situ?"
Bik Ilah berkeringat dingin, dia menundukkan kepalanya takut-takut dan Sadewa mengetahui ada sesuatu yang salah.
"Siapa yang diajak Hera pulang, Bik?" tanyanya lagi. Bik Ilah hanya menggeleng pelan dan itu membuat kesabaran Sadewa habis. Dia mengambil langkah lebar menuju kamar di lantai dua. Dia meraih gagang pintu lalu membukanya kasar.
Irisnya melebar melihat pemandangan di dalam. Dia melihat Diaz di sana, bersama Hera yang sepertinya sedang dalam keadaan mabuk.
Diaz sedang menyelimuti Hera saat Sadewa masuk ke kamar. Pria itu menoleh, menatap sedikit terkejut karena Sadewa rupanya pulang.
"Ngapain kamu di sini? Sejak kapan Hera berani ngajak kamu ke rumahku?" tanya Sadewa geram. Dia tidak suka melihat Diaz, kehadiran pria itu membuat Sadewa terhina dulu sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan
RomansWARNING 21+ ! ADEGAN DEWASA!🚫🚫🚫 DI BAWAH 21 TAHUN HARAP SEGERA MENYINGKIR! SAYA TIDAK TANGGUNG RISIKONYA! Menjalani pernikahan yang harmonis adalah impian setiap perempuan. Mereka berharap diperlakukan seperti ratu, dicintai, dan menjadi satu-sat...