Bagian 19

10.2K 1K 63
                                    

Author POV

Berada di rumah keluarga Sadewa adalah pilihan terburuk, tapi tidak mungkin dilewatkan begitu saja. Rumah ini terasa mencekam sekali ketika Karina menginjakkan kakinya di sini. Kedatangannya dan Sadewa tidak disambut baik oleh Mila, cuma Andres yang tersenyum kepadanya dan menyuruh mereka untuk masuk.

Ali dan Phia turut datang kemari sesuai dengan rencana yang sudah disiapkan matang-matang. Ini soal pernikahan Sadewa dan Karina serta ultimatum uang diberikan Ali selama Sadewa menjadi suami Karina. Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan, salah satunya ialah membuat kedua keluarga kecewa dan malu. Sudah cukup permasalahan kemarin menjadi satu-satunya rintangan berat, Ali tidak menerima kesalahan seperti itu lagi.

Meskipun perbincangan antar dua keluarga tidak dihadiri oleh Mila selaku ibu kandung Sadewa, tetap saja semuanya berlangsung baik. Perlahan-lahan setiap benang mulai terurai dan Ali secara pribadi juga meminta maaf untuk perlakuannya terhadap keluarga besar Sadewa.

"Saya dan istri saya juga sepakat untuk tidak mengadakan pesta pernikahan, Pak Andres. Bukannya kami menolak adanya acara resmi untuk pernikahan Sadewa dan Karina, tapi kami ingin adanya kedamaian saja. Yang paling penting rumah tangga mereka baik-baik saja, itu sudah lebih dari cukup," jelas Ali dengan penuh kebijaksanaan. Andres memaklumi permintaan Ali, dia tidak akan memaksa lagi. Jika memang harus ada pesta, maka Andres akan mewujudkannya begitu pula sebaliknya.

"Semua terserah Sadewa dan Karina. Mana yang terbaik saja, Pak Ali."

Sadewa tersenyum tipis, dia meraih telapak tangan Karina lalu menggenggamnya cukup erat. Ini adalah awal yang baik, Sadewa berdoa untuk masa depan penuh berkah dengan Karina.

"Makasih pa karena udah kasih restu papa terhadap pernikahan Sadewa dan Karina. Dewa janji untuk memperbaiki semua kesalahan dan menjadi lebih baik lagi," sahut Sadewa. Wajahnya tampak lebih bercahaya, Andres lega karena putranya bisa selalu tersenyum seperti sekarang.

"Tentu, nak. Kami cuma bisa mendoakan yang terbaik. Semoga semuanya bisa kita jadikan pelajaran," balas Andres.

Setelah melewati perbincangan panjang, Ali dan Phia memutuskan untuk pulang ke Bandung. Mereka punya kesibukan yang tidak bisa ditinggal di sana, jadi harus secepatnya kembali.

"Kami menitip salam untuk Ibu Mila, Pak Andres. Saya dan istri saya juga meminta permohonan maaf dari Bu Mila."

"Akan saya sampaikan, Pak Ali. Istri saya cuma perlu waktu, tolong bersabar ya pak," ujar Andres dengan nada bersalahnya. Selepas itu, Ali dan Phia lantas pergi dengan kendaraan mereka, menyisakan Karina dan Sadewa.

"Kalian juga mau balik ke apartemen?"

"Iya, pa. Tapi... Apa Dewa dan Karina boleh ketemu mama sebentar?" tanya Sadewa. Dia menatap pintu kamar orang tuanya dengan nanar. Sungguh semuanya belum lengkap tanpa restu mamanya.

"Tentu boleh, nak. Silakan temui mama."

Karina memeluk lengan kiri Sadewa seperti takut, tapi pria itu berusaha menenangkannya. Mereka berdua melangkah bersama-sama menuju kamar orang tua Sadewa lalu diketuknya pelan pintu coklat itu.

"Ma... Ini Sadewa. Apa Dewa sama Karina boleh masuk?" tanya nya pelan. Sadewa belum mendapatkan jawaban, tapi dia tidak akan menyerah.

"Sadewa minta maaf udah bikin Mama kecewa tapi tolong pahami Dewa, ma. Mama pernah bilang kalo mama mau ngeliat Dewa bahagia dan ini kebahagiaan yang Dewa mau. Tolong, beri kami restu mama."

"Pulang aja, Dewa. Mama gak mau bahas apa-apa sama kamu."

Mata Sadewa sedikit melebar, ini pertama kali ibunya mau berbicara dengannya meskipun dia sedang mengusir.

Istri SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang