Bagian 4

19.6K 1.1K 172
                                    

Author POV

Karina sudah siap dengan beberapa pakaian ganti di dalam tas nya. Sekali lagi dia memeriksa seluruh isi rumah dan memastikan semuanya aman ketika dia tinggal pergi ke Jakarta menyusul Sadewa.

"Oke, aku harus berangkat sekarang," ucap Karina seraya menyandang tas berisi pakaian lalu membawanya ke mobil.

Benar dugaan Karina, Sadewa rupanya tidak pulang hari ini dan ponselnya mati. Sungguh keterlaluan pria itu, tapi sayangnya Karina terlalu memercayai Sadewa sehingga semuanya jadi begini.

Dia mengendarai mobilnya dengan hati-hati. Hatinya kacau dan telapak tangannya dingin seperti es. Karina takut dengan apa yang akan dia hadapi. Semua spekulasi bisa saja betul dan jika itu terjadi, maka Karina harus siap mental untuk menanganinya. Dia tidak masalah jika Sadewa berbohong soal pekerjaan atau tiba-tiba pria itu mengaku kalau dia pura-pura bekerja di perusahaan Wiratama meski itu terdengar sangat mustahil. Karina bisa lebih menerima itu, tapi dia tidak sanggup jika spekulasi lain yang terjadi.

Suaminya berselingkuh, itu akan sangat menyakiti hatinya. Dia tidak mau menerima yang seperti itu, jadi Karina harus mencari tahu.

Lama di perjalanan yang melelahkan dari Bandung ke Jakarta melalui jalan tol, akhirnya Karina sampai di kota besar itu. Dia lekas memasang GPS menuju alamat rumah Sadewa yang kemarin dia berikan dan ternyata sedikit jauh dari lokasi dia sekarang.

"Mas Dewa... Semoga kamu gak rahasiakan apa-apa dari aku."

Karina mengusap permukaan perutnya yang tengah hamil, berusaha meminta kekuatan dari calon bayinya yang sedang tumbuh di dalam sana. Ini adalah bayi yang juga dikehendaki Sadewa. Selalu, setiap selesai bercinta Sadewa mendoakan agar Karina lekas hamil dan kini doa itu terwujud.

"Kamu kasih mama kekuatan ya, nak. Ini demi kehidupan kita berdua," ucapnya kepada janin di kandungannya.

Dengan begitu, Karina melanjutkan perjalanan lagi. Hatinya mulai gusar, setiap detik perjalanannya terasa menyakitkan entah karena apa.

Setelah melewati perjalanan panjang mencari rumah, akhirnya Karina menemukan rumah yang dia cari.

Lokasi perumahan ini jelas merupakan tempat para kaum elit berada bahkan ketika ingin masuk ke gerbang perumahan saja dia ditahan sebentar oleh beberapa satpam yang menjaga. Rumah Sadewa pasti lebih besar.

"Ini pasti rumah Mas Dewa. Astaga... Dia bahkan punya rumah sebesar ini dan sangat nyaman, tapi lebih suka menyewakan ku rumah di Bandung daripada membawaku kemari untuk tinggal bersamanya," gumamnya sedikit kecewa.

Karina memarkirkan mobilnya di depan pagar, dia keluar dari mobil lalu melangkah mendekati pagar rumah yang langsung disapa oleh seorang penjaga rumah.

"Maaf Nona, mau bertemu siapa?"

"Ehm, ini benar rumah Sadewa Wiratama?" tanyanya ragu dan si penjaga mengangguk sopan.

"Iya Nona, tapi Pak Sadewa lagi pergi bareng non Alya. Apa ada yang ingin diberikan ke Pak Sadewa?" jawab si penjaga dan itu sedikit membuat Karina bingung karena suaminya pergi dengan seseorang.

"Saya ingin menemuinya, boleh saya menunggu di dalam?" tanya Karina lagi. Dia akan menunggu, sampai kapan pun itu.

"Baik, Nona. Silakan masuk."

Si penjaga itu menuntunnya masuk ke rumah besar dan jujur saja Karina semakin merasa gugup. Tangannya sudah basah oleh keringat dan dia takut dengan fakta-fakta yang akan dia hadapi.

"Silakan menunggu di ruang tamu, Nona. Pak Sadewa mungkin akan pulang sebentar lagi," ucap si penjaga dan Karina mengangguk saja.

Dia masuk ke dalam rumah besar itu dan baru saja beberapa langkah memasuki rumah itu, tubuhnya terpaku seperti patung dengan bola mata yang mengabur karena air mata.

Istri SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang