•••
Bertumpu dagu di depan jendela, Jisung nampak sibuk memperhatikan kumpulan burung yang berterbangan di langit sore demi kembali ke sarangnya. Hamparan hutan pinus di belakang rumah nampak begitu indah, terlihat seperti sebuah lukisan dengan beberapa tupai yang meloncat dari dahan ke dahan.
Suasana pedesaan memang yang terbaik, Jisung bisa merasa puas hanya dengan menatap lahan berumput di belakang rumah yang berhadapan langsung dengan jejeran pohon pinus. Kadang kala terdapat hewan hewan kecil seperti kelinci, tupai, burung atau bahkan seekor rusa yang datang menghampiri. Benar benar surga tersembunyi.
Cklekk!!
Perhatian langsung tercuri begitu mendengar pintu kamarnya yang terbuka, lalu ketika manik bulat tersebut bergulir untuk menemukan si pelaku utama, bisa Jisung lihat seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang sembari menggelengkan kepala. Itu mamanya.
"Astaga Jiji, kenapa kamu belum siap siap?"
Yang lebih muda memasang ekspresi memelas seolah berusaha menarik simpati dari sang mama.
"Oh ayolah ma, aku malas keluar. Lagipula aku gak masalah gak punya teman."
Lagi, nyonya Han nampak menggelengkan kepala begitu melihat kelakuan buah hatinya. Bukan tanpa alasan ia meminta Jisung supaya pergi berjalan jalan sore ini, sang mama hanya merasa khawatir karena sampai detik ini- Jisung belum kunjung memiliki seorang teman.
"Mama gak mau tau, pokoknya kamu harus pergi ke karnaval malam ini sebelum acarnya berakhir."
Ia bukan sosok yang jahat, ia hanyalah seorang ibu yang mencoba memberikan yang terbaik untuk putranya. Nyonya Han tak selalu menekan Jisung, hanya saja wanita berambut panjang tersebut memang sering berubah cerewet jika menyangkut kehidupan pertemanan anaknya.
Melihat Jisung yang selalu berjalan seorang diri ketika pulang sekolah membuat yang lebih tua merasa khawatir. Memang Jisung sudah cukup dewasa dengan umur yang telah menginjak angka delapan belas, tapi tetap saja, hidup tanpa ada orang lain untuk diandalkan- akan sedikit menyulitkan.
Menghela nafas panjang karena sadar jika dirinya akan kalah berdebat, pada akhirnya Jisung memilih untuk menganggukkan kepala lalu berjalan ogah ogahan ke arah lemari.
"Iya iya ma. Mama keluar dong, aku mau ganti baju."
Sayang sekali, sang lawan bicara justru diam sambil menyandarkan bahu pada ambang pintu, "Mama tetep di sini sambil ngawasin kamu, kalau mama tinggal, yang ada kamu malah tidur."
Hahh...ibu yang posesif.
Kalah tanpa perlawanan, pada akhirnya sore itu Jisung benar benar pergi ke karnaval yang digelar di lapangan desa. Belum jelas asal usul yang melatarbelakangi acara tersebut, namun yang pasti, nyonya Han merasa yakin jika Jisung akan bisa menemukan seorang teman ketika pergi ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To My Home [Minsung] ✔
FanficHan Jisung hanyalah pemuda biasa yang diminta oleh ibunya untuk pergi ke karnaval di desa supaya bisa mendapat teman. Ia tak pernah menyangka jika ucapan wanita berpakaian gipsi tentang fenomena bintang jatuh akan menjadi kenyataan. Lee Minho hanyal...