•••
Satu pekan lagi yang berjalan dengan lambat. Minho hampir merindukan Jisung setiap saat, untung saja mereka masih bisa melakukan panggilan suara atau sekedar berbincang via chat guna melepas rindu. Jika tidak, bisa-bisa aura yang Minho pancarkan akan berubah gelap karena awan mendung yang selalu mengikuti di atas kepala.
Untung saja jumat ini kantornya dipulangkan lebih cepat karena ada acara, Minho tentu tak datang, lebih memilih untuk bergegas pulang lalu pergi ke desa sang kekasih. Mungkin hari ini Minho akan menginap, besok mengajak Jisung menemui ibu dan adiknya lalu di hari minggu ia akan mengantarkan Jisung kembali ke desa. Rute yang merepotkan tapi inilah yang dinamakan perjuangan.
"Kamu jadi menginap kan?" Jisung bertanya penuh harap, menuntun Minho masuk ke dalam rumah sederhananya yang hangat.
Menganggukkan kepala sebagai bentuk jawaban, Minho lantas mengedarkan pandangan ke sekitar karena sejak tadi dirinya belum menemukan keberadaan orang tua sang kekasih, "Dimana mamamu Ji?"
"Sedang keluar membeli bahan masakan, aku sudah mengatakan kamu akan datang dan menginap."
"Bibi mengizinkan?"
"Tentu. Sepertinya kali ini mereka sudah menyerah untuk menjahilimu, tenang saja." Jisung berucap sembari meletakkan tas jinjing milik Minho di atas sofa sebelum akhirnya membelokkan langkah menuju dapur guna membuatkan secangkir teh.
Tak terlalu lama, Jisung nampak kembali ke hadapan Minho lengkap dengan nampan plastik di genggaman. Ia menyajikan minuman serta snack ringan dengan telaten, mendudukkan diri di sebelah sang kekasih lalu mulai melancarkan aksi manjanya.
"Aku merindukanmu." Jisung yang pertama kali mengucapkan, menyandarkan kepala pada pundak kokoh sang dominan yang kemudian dibalas dengan kekehan pelan.
"Aku juga merindukanmu." meminum secangkir teh dengan campuran aroma melati, Minho sibuk mengelus surai lembut Jisung menggunakan sebelah tangan. Rasanya begitu nyaman ketika telapak lebar itu menyentuhnya, si manis terlihat makin menyamankan pelukan lengkap dengan manik bulatnya yang perlahan tertutup.
"Mama dan papa mengatakan ingin membicarakan sesuatu denganmu nanti."
Minho menolehkan pandangan sekilas, melirik ke arah pintu sebelum akhirnya menghadiahkan satu kecupan lembut di pucuk kepala sang kekasih begitu menyadari bahwa kondisi sudah aman. Ayolah, Minho hanya tak ingin berakhir malu karena tertangkap basah seperti minggu lalu.
"Baiklah, aku harap ini bukan bagian dari rencana."
Mendengarkan ucapan barusan, keduanya lantas tertawa. Jisung menegakkan kepala kemudian melemparkan senyum manis yang ia miliki. Minho tak perlu khawatir, Jisung sudah melakukan briefing kepada kedua orang tuanya hampir semalaman suntuk. Pemuda menggemaskan itu mengomel panjang kali lebar lalu meminta supaya ayah dan ibunya tak bertingkah aneh-aneh, untung saja mereka mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To My Home [Minsung] ✔
Fiksi PenggemarHan Jisung hanyalah pemuda biasa yang diminta oleh ibunya untuk pergi ke karnaval di desa supaya bisa mendapat teman. Ia tak pernah menyangka jika ucapan wanita berpakaian gipsi tentang fenomena bintang jatuh akan menjadi kenyataan. Lee Minho hanyal...