•••
Kicauan burung serta embun yang mulai menetes dari jendela luar menjadi awal dari pagi dingin yang Minho jalani. Bergelung di dalam selimut hangatnya, Minho nampak sibuk bermalas malasan karena akhir pekan merupakan hari dimana ia mendapatkan jatah libur, hal ini harus dimanfaatkan dengan baik.
Bipp Bipp!
Nyaring dari suara alarm terdengar ketika jam digital milik Minho telah mencapai pukul sembilan pagi. Baiklah, sepertinya acara tidur nyenyaknya harus berakhir sampai di sini.
Merentangkan tangan sembari menghembuskan nafas panjang, Minho langsung menyikap selimut miliknya lalu menjejakkan kaki di atas lantai. Wajah bantal masih terpasang, sosok berparas tampan tersebut terlihat terbengong sembari menggaruk perut yang terasa gatal.
"Mandi, aku harus mandi. Ayo Lee Minho, kamu pasti bisa."
Menyemangati diri dalam hati, Minho bawa tungkai jenjangnya melangkan ke lemari lalu mengambil beberapa potong pakaian hangat. Sebuah kaos putih polos, celana training berwarna abu-abu serta jaket dengan warna senada. Hari cukup dingin dan sayang sekali Minho justru mempunyai jadwal untuk pergi ke minimarket karena stock makanannya sudah hampir habis.
Memaksakan diri untuk mengguyur tubuh di bawah shower, dua puluh menit setelahnya Minho terlihat kembali ke kamar dengan keadaan yang jauh lebih segar. Tetes air jatuh membasahi pundak tegapnya, membuat Minho kembali menggosokkan handuk di kepala guna mengeringkan rambut setelah keramas.
Ting!
Seperti rutinitas pagi hari, dua potong roti ia masukkan ke dalam pemanggang, sosok kelahiran Oktober tersebut lantas membuka pintu kulkas lalu melihat-lihat apa yang sekiranya bisa ia konsumsi untuk sarapan.
Beberapa botol air mineral, sambal saos, sepiring apel yang sudah dipotong serta setoples selai kacang. Manik tajamnya mengedar dengan cepat, mengambil potongan apel serta selai kacang lalu kembali menutup lemari es miliknya.
Menunggu roti matang, Minho kemudian meletakkan makanan manis tersebut di atas meja sebelum akhirnya beralih ke arah wastafel guna mencuci setumpuk piring kotor. Apel ia masukkan ke dalam mulut, mengunyahnya dengan susah payah sementara kedua tangan sibuk membersihkan noda bekas makanan. Pagi yang sepi untuk ukuran pria berumur dua puluh satu tahun.
"Tunggu sebentar, rasanya aku seperti melewatkan sesuatu."
Menghentikan gerakan, alis tebal Minho nampak bertaut samar. Begitu memutar otak untuk mencoba mengingat apa hal yang terlupakan, seketika itu juga pandangan langsung ia bawa ke arah jendela dengan gorden kain yang masih tertutup.
Buru-buru menyelesaikan acara mencuci piringnya, Minho lantas mengibas-ngibaskan tangan sebelum akhirnya beranjak membuka jendela supaya cahaya mentari pagi bisa menerangi area dapur. Dan tentu saja, Minho juga ingin mengecek keberadaan tupai kesayangannya. Tumben sekali Hannie tidak mengetuk kaca jam segini, apakah tadi hewan menggemaskan itu sempat datang saat Minho masih tertidur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To My Home [Minsung] ✔
FanficHan Jisung hanyalah pemuda biasa yang diminta oleh ibunya untuk pergi ke karnaval di desa supaya bisa mendapat teman. Ia tak pernah menyangka jika ucapan wanita berpakaian gipsi tentang fenomena bintang jatuh akan menjadi kenyataan. Lee Minho hanyal...