•••
Ingin tahu apa yang lucu? Benar, pada akhirnya Minho menelan kembali semua kalimat yang telah diucapkan. Pemuda tampan tersebut batal untuk melaporkan Jisung, melihat si tupai yang menangis seperti itu entah kenapa mampu meluluhkan hati Minho.
Pada dasarnya sosok berhidung bangir itu memang bukan orang yang tegaan, mendapati Jisung yang terisak layaknya anak kecil saja sudah mampu membuat Minho mengacak rambut frustasi lalu menutup pintu kembali.
Jisung merengek dan memohon supaya Minho mau mendengarkannya, terus menerus mengatakan Minho pria jahat karena tak mengenali dirinya lalu menggumamkan hal hal yang tak bisa ia mengerti. Baiklah, memang siapapun akan sulit percaya dengan apa yang Jisung ucapkan tapi setidaknya berikanlah kesempatan untuk menjelaskan, si tampan justru ingin langsung melaporkannya.
"Apa-apaan yang dia katakan? Tenda, wanita gipsi, tupai, ramalan? Ini sungguh gak masuk akal." Minho bergumam seorang diri, mendudukkan diri di kamar kosong yang ia ubah menjadi ruang kerja. Merupakan sebuah kebetulan karena Minho mendapat telefon dari Dahyun serta pesan berisi beberapa foto yang harus ia edit.
Dahyun mengatakan bahwa Minho tak harus datang ke kantor mengingat situasi yang sedang ia hadapi saat ini. Yang lebih muda memang sempat bercerita secara singkat sekaligus meminta saran, dan begitulah, untuk urusan absen akan diurus oleh Dahyun, yang penting file file foto itu harus sudah dikirimkan sebelum jam satu siang.
Baguslah, Minho tak perlu merasa khawatir karena terlambat datang bekerja.
"Tapi ini sungguh aneh, trik apa yang dia gunakan?" Sembari menghapus noda noda di foto supaya hasil produk yang akan dipost terlihat menarik, Minho masih sibuk memikirkan sulap apa yang sedang Jisung mainkan.
Rasanya ini terlalu di luar nalar, Minho sempat menarik dua telinga yang menyembul di atas kepala Jisung namun sepertinya- itu telinga asli. Terlebih lagi ekor berbulu lebat yang bisa bergerak serta terhubung dengan pinggul Jisung. Apakah teknologi memang sudah secanggih itu?
"Minho, aku lapar."
Terlarut dalam lamunan, Minho seketika menolehkan pandangan ke arah samping lalu mendapati sosok pemuda yang tenggelam dalam sweeter serta celana panjang miliknya. Jisung berdiri di ambang pintu, memasang wajah sedih sembari memegang perutnya yang keroncongan. Roti selai kacang tadi tak cukup untuk membuatnya merasa kenyang sampai siang.
Menghela nafas sekilas, Minho lantas melepaskan kacamata bula antiradiasi yang ia kenakan, memijat kening sejenak sembari melihat angka yang tertera di pojok bawah laptop. Sudah jam dua belas lebih, ia harus segera menyelesaikan pekerjan ini.
"Tunggu sebentar Ji, sebentar lagi aku selesai. Untuk sementara, kamu bisa makan roti dan selai kacang seperti tadi pagi." Minho memutar kursi menghadap Jisung, mencoba memberi pengertian yang untungnya langsung diangguki oleh si manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To My Home [Minsung] ✔
Fiksi PenggemarHan Jisung hanyalah pemuda biasa yang diminta oleh ibunya untuk pergi ke karnaval di desa supaya bisa mendapat teman. Ia tak pernah menyangka jika ucapan wanita berpakaian gipsi tentang fenomena bintang jatuh akan menjadi kenyataan. Lee Minho hanyal...