11 : Times

48 9 2
                                    

Memiliki James Arthur adalah hal yang tak pernah terpikirkan oleh Alice. Dirinya hanya bagian kecil yang harusnya tak dapat tertangkap oleh pandangan pria sekelas itu. Dibanding wanita cantik yang berlenggang di luar sana, Alice bukan apapun. Sangat sangat tak sebanding. Tapi justru sekarang dialah yang berdiri dengan tegak dengan wajah yang memancarkan senyum di tengah keramaian seperti malam ini.

Alice mendudukkan diri sebelum tangan James kini menggenggamnya di atas pangkuan.

"Tenanglah. Kau akan terbiasa nanti. Tapi, jangan pernah pergi kemanapun tanpaku. Berbahaya. Kau paham?"

Alice mengangguk dua kali setelah melihat sang kekasih menatapnya dengan membawa surga yang menenangkan dalam pandangannya. Yang Alice sadar sekarang statusnya berubah untuk menjadi wanita paling beruntung di dunia setelah sekian lama ia harus hidup dengan sakit sejak kematian orang tuanya dan kehilangan Bryan.

Dan saat ia sadar langit di luar semakin menggelap kala acara yang dihadiri kini telah usai. Alice tak dapat menampik, gemuruh di hatinya terasa luar biasa. Sisa riuh tepuk tangan dan gema pidato singkat dari beberapa orang di atrium terdepan tadi sungguh memukau. Terlebih saat James juga mendapat kehormatan untuk memenangkan penghargaan dari salah satu acara penghargaan bisnis dari kategori pembisnis muda yang sukses di US. Wooww.. sungguh mendebarkan hingga ia merasakan taluan jantungnya seakan hampir melompat keluar dengan tangannya yang menjadi dingin karena keadaan.

"Nona—malam ini kau sungguh cantik." James menunduk, mengelus punggung tangan Alice dan memberi kecupan singkatnya disana. James bukan bermaksud memuji. Ia hanya mensyukuri miliknya. Mengungkapkan kebenaran yang sedari tadi ingin ia ucapkan.

"Ohh—Thank you, Sir." Alice tak menyadari bagaimana wajahnya kini memerah hanya karena sebuah kalimat dari pria yang kini menguasai seluruh hatinya.

Ya, Alice telah mutlak jatuh cinta.

Maka sebelum mereka kembali keluar dari mobil merah itu, James memandang Alice dengan hangat. Sekadar meminta ijin untuk bermalam kali ini karena besok pagi dirinya masih harus bertemu dengan kliennya. Alice menelan salivanya. Entah apa yang terus membuatnya hanya bisa menyetujui permintaan pria itu.

James benar-benar seperti menghipnotisnya. Alice tak dapat banyak berkata meski sekarang mereka berdua  berjalan berdampingan bahkan dengan tangan pria itu yang merangkul sisi pinggangnya dengan lembut.

Alice tahu jika malam ini akan menjadi malam yang indah untuknya. Setelah menemani pria tertampan miliknya di acara penghargaan, James tak melupakan untuk mengajaknya makan malam. Dan suguhan hidangan menggugah selera kini telah berada di hadapannya. James telah melakukan reservasi sebelumnya, hingga setibanya di depan resepsionis tadi pria itu hanya tinggal menerima kartu kamarnya dan menuju tempat yang telah diarahkan oleh gadis cantik dengan seragam merah yang menarik.

"Makanlah. Kita harus mengisi perut sebelum tidur. Aku tak ingin kau sakit karena menemaniku seharian ini." pria itu mengatur duduknya, menatap Alice yang telah duduk dengan manis di hadapannya. Ah tidak, meja bundar berada di tengah keduanya dengan cahaya lilin di antaranya. Hingga wajah Alice nampak keemasan dari pandangannya saat ini.

"Kau lelah?"

"Tidak. Aku tak pernah merasa lelah saat bersamamu, James." Ucapan Alice mampu menghancurkan kesadaran James. Ia menunduk bersama satu tawa hangat yang membuatnya tersipu.

Entah bagaimana James merasa jatuh cinta yang sangat kepada wanita yang sekarang tengah menikmati makan malamnya dengan begitu anggun. Setelah tadi mereka sedikit berbincang tentang acara yang mereka hadiri dan rencana mengenai esok hari. Bahkan satu acara tambahan dari liputan tabloid yang sangat mendadak masuk menjadi list baru untuk hari yang akan disiapkannya besok.

ARCANE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang