15 : White Promise

34 10 2
                                        

Hayy..
Makasih buat masih stay disini. Maaf banget lama buat up. Semoga masih berkenan melanjutkan ya..

Jangan lupa tinggalkan jejak disini. Itu salah satu semangat aku buat nulis soalnya.
🙈

So, selamat membaca.

Happy reading
📖

🔞







Alice memilih beberapa bahan makanan segar. Membolak balik untuk memerhatikan barang yang akan dibelinya untuk ia masukkan ke dalam troly.

Ya, siang ini wanita itu meluangkan waktunya untuk membeli beberapa bahan dapur. Untuk memasak tentunya. Apalagi James pagi tadi berkata bahwa ia akan pulang lebih awal dan akan membantu istrinya membuat makan malam berdua. Hati Alice berbunga, membuncah hingga kilatan memancar di matanya hingga saat ini.

Mencari bumbu dan bahan yang pastinya akan memenuhi isi lemari dapur setelah ia menata setengah isi troly besar yang sedang di dorongnya agar masuk ke dalam tempat penyimpanannya nanti.

"Apa kau menyukainya?"

Alice menengok. Seorang pria kini memerhatikannya dengan senyum lebar dan mata yang menyipit, bahkan seolah nyaris hilang.

"Cedric??"

"Aku tak sengaja melihatmu dari sana," ujar pria yang terlihat semakin pucat karena menggunakan jaket tipis berwarna krem itu sambil menunjuk ke arah rak buah-buahan yang berada satu deret dengan tempat Alice berdiri sekarang. "Aku melihatmu dan bermaksud untuk menyapamu, adik kecil. Apa kau terkejut?"

Wanita itu mengangguk kecil, sekilas ia ingat apa yang dikatakan James untuk berhati-hati pada Cedric. Tapi melihat keberadaan Cedric saat ini ia merasa tak ada yang perlu dikhawatirkan. Cedric baik. Ramah juga. Dan Alice menyimpulkan bahwa James hanya takut atau cemburu pada kedekatan mereka berdua. Dan tentunya itu bukan hal yang menakutkan atau bisa membahayakan dirinya. James hanya perlu diberi pengertian jika mereka hanya berteman dan tak ada yang perlu ditakutkan.

Cedric mengulurkan tangannya, mengambil barang yang sama persis dengan yang digenggam Alice. Mencoba memerhatikan komposisi makanan yang sepertinya lezat jika diolah kembali. "Kau ingin makan ini?"

"Sepertinya begitu."

"Sepertinya memang enak. Bagaimana jika aku memasaknya untukmu?"

Alice terkikik kecil, tangannya mengembalikan benda itu ke tempatnya semula. Mengucap terima kasih atas tawaran Cedric padanya barusan. "Aku harus kembali. Suamiku akan menungguku jika aku belum pulang sekarang."

"Kau sudah menikah?"

"Yah, beberapa waktu lalu." Alice tersenyum simpul, menatap Cedric untuk memahami kalimatnya. "Mungkin lain waktu kita bisa berbincang lagi. Tapi sekarang aku terburu-buru. Maafkan aku Cedric."

 "Oh tentu saja. Selamat juga atas pernikahanmu. Sampai jumpa lain waktu, Alice."

Dan satu pertemuan yang diharapkan Cedric terwujud. Alice adalah bentuk nyata dari seorang wanita yang diimpikannya. Dan sayangnya Alice tak tahu, sebesar apa Cedric juga menginginkannya. Maka satu senyum sebelum Alice pergi adalah sebagai tanda  bahwa Cedric tak akan melepaskannya, meski nyawa menjadi taruhannya sekalipun.

🖤

Langit sudah mulai menggelap tapi James masih belum juga pulang. Entah sudah keberapa janji itu terucap dan kembali diingkari. Alice masih menunggunya, berharap pria itu segera datang dan benar-benar menepati janjinya. Hati istri mana yang tidak kecewa jika sang suami yang berjanji manis sering ingkar pada janjinya sendiri. Mengecewakan!

ARCANE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang