Bukan berarti gelap menghalangi tujuan mereka menuju Hellmes Hill. James membenci telah membuang waktu satu jamnya yang berguna hanya untuk mobilnya yang mendadak mengalami kendala.
Andaikan waktu bisa diputar, James akan menyiapkan semua dalam mobilnya dan menghindari jalan rusak yang telah mengakibatkannya lebih lambatnya ia dalam pencarian.
James menggigit bibir bawahnya, menahan semua emosi yang berkumpul di kepalanya saat ini. Bahkan otot tangannya terlihat menonjol karena emosinya semakin meluap. Entah sudah berapa kali ia memukul kemudinya dan matanya dipenuhi api emosi dan kegelisahan.
Matahari sekarang mulai naik. Cahaya keemasan itu memberi tambahan semangat untuknya. Ia tak akan kehilangan Alice sampai kapanpun. Tak akan!
“Kita bisa turun disini dan kita berpencar. Kita harus menemukan bangunan mana yang digunakan Cedric.” James menyiapkan sebuah pistol di saku belakang celananya, dan ya, satu pisau lipat di saku lainnya. “Kau bisa menghubungiku jika kau menemukan sesuatu.”
“Kau tak usah khawatir. Kita pasti akan menemukannya.”
Keylie segera melangkah masuk menuju bangunan-bangunan kosong yang berjejer di depan matanya. Ia nampak berhati-hati dan sesekali mengangguk ke arah James, sekadar isyarat bahwa semuanya aman saat ini. Mungkin ia hanya akan berhati-hati jika ada seseorang yang menjaga tempat ini. Mengingat beberapa jam lalu, kepala polisi menghubungi James jika Hellmes Hill akan dijaga oleh petugas bangunan sejak polisi meminta adanya kerjasama penggeledahan.
Beberapa bangunan memang sangat tak perlu diperhatikan, mana akan ada orang menawan seseorang lainnya dengan bangunan yang terbuka. Akan ada kemungkinan besar jika bangunan itu utuh dan tertutup rapat. Team kepolisian yang dikerahkan untuk menyamar juga telah memasuki lokasi. Dan ya, ada sekitar empat orang berjaga disana. Tapi mereka semua dalam keadaan setengah sadar. Ada beberapa botol minuman di dekat mereka semua. Mereka tidak berpatroli dan hanya berjaga di bagian barat pintu masuk. Mereka bahkan lupa jika Hellmes Hill masih punya jalur yang hanya tertutup kawat duri. Jadi bukan hal yang sulit untuk sekadar masuk ke arena.
James terus berhati-hati, setiap ia mendengar suara apapun itu, ia akan mengamankan diri. Seperti saat ini, ia berdiri menepi di tembok yang ada di antara dua bangunan. Kadang juga telinganya sengaja ia tempelkan ke dinding guna mencari suara yang siapa tahu bisa ia dapatkan dari dalam bangunan.
Sudah berapa rumah ia sambangi dan hasilnya nihil. Tak ada apapun dan jelas kosong. Alice-nya masih belum dapat ia temukan hingga detik ini. Akan tetapi, ketika ia ingin menginjak bangunan yang bercat putih gading 100 meter dari tempatnya saat ini, ada sebuah mobil yang baru saja datang. Ada satu kehidupan disana. Jelas dengan adanya operasional mobil tersebut maka ada orang disini selain para polisi, dirinya dan Keylie, serta para penjaga itu. Ada yang harus lebih James waspadai.
“Aku menemukan mobil yang baru saja masuk, sepertinya ada yang tinggal disini. Tapi itu bukan mobil Cedric.” Ada anggukan setelahnya. “Aku akan berhati-hati.” James memasukkan kembali ponselnya. Matanya dengan tajam mengawasi dari bilik dinding. Dan akan ada polisi yang mendatangi titiknya sekarang. Tak perlu waktu untuk menunggu mereka datang. James telah lebih dekat sekarang. Mobil kuno dengan warna cokelat yang usang terparkir di garasi luar bangunan. Tapi sayangnya tak ada suara yang bisa James dapati sekarang.
Langkahnya semakin mendekat. Andai saja ia akan mendapati orang lain disana, James sudah tahu apa yang akan ia perbuat. Dan benar saja.
“Siapa kau?”
Suara berat seorang laki-laki berada tepat di belakangnya, menepuk pundaknya dengan tangan lainnya yang baru saja menarik rokok dari mulutnya. Mengepulkan asap ke arah lain dan memicingkan mata untuk melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE [End]
FanficJames Arthur telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Membuat pria itu merasakan kehilangan yang sanggup menghancurkannya dalam waktu sekejap. Namun siapa sangka jika dia menemukan hal lain setelah mendapati sebuah surat di balik lukisan...