"Karena—sebenarnya.. "
"Kita belum dapat memastikan kebenarannya, sayang. Kuharap kau bisa sedikit tenang. Kami berdua sedang mencari tahu semuanya. Tidak ada rahasia apapun. Aku mengatakan yang sesungguhnya. Percayalah." James semakin melangkah ke depan. Ia merasa Alice terguncang karena semua hal yang ia dapatkan terasa sangat cepat dan Alice pun masih menaruh rasa curiga dalam hatinya, itu jelas terlihat dari tatapan matanya.
Keylie menarik napas dalam-dalam. Semua yang mereka alami semakin memuakkan. Apalagi dia juga baru saja mengalami hal yang tak menyenangkan, bahkan luka di dahinya terkadang masih terasa ngilu hingga detik ini. Detik dimana ia melihat Alice berada dalam dekapan suaminya.
"Mungkin ini pertama kalinya aku mengingatkanmu. Berhati-hatilah terhadap Cedric. Kau mengenalnya bukan? Dia pria yang patut kau hindari, Alice." Sekilas ucapan itu keluar dengan langkah kaki Keylie yang segera meninggalkan mereka berdua.
Alice tak sempat menjawab. Bayangan Keylie pun telah ditelan pintu kamar yang tertutup biliknya. "Cedric? Apa yang dia maksud Cedric yang sering mengunjungiku ke--"
"Ssshh, " James mendesis. Membuang sesak napasnya yang memberat. Dia membenci situasi ini. Tapi kembali mengingat surat di balik lukisan itu justru meningkatkan emosinya. Ia kembali mengingat Megan dan memikirkan cara untuk menghabisi manusia itu. menghentikan kegilaan Cedric yang ingin mengancam keselamatan wanita yang paling ia cintai saat ini. "Berhati-hatilah dengannya. Jangan pergi kemanapun tanpa aku."
Alice mendongak, menatap wajah pria yang kembali mendaratkan kecupan singkat di puncak kepalanya. "Dia orang baik, James. Dia tak pernah melukaiku sedikitpun. Bahkan dia menganggapku sebagai adiknya."
Sejenak memejam untuk menahan emosi, James kembali menyisir surai istrinya. Memerhatikan manik indah di mata istrinya, "Percayalah padaku. Dia tak sebaik apa yang tahu. Hmm?! Kau hanya perlu berhati-hati. Termasuk padaku." Ada tawa kecil usai kalimat terakhir ia ucapkan. Ada tatapan lain yang ia perlihatkan untuk menghibur.
"Padamu?"
"Karena aku akan menghabisimu sekarang." James tertawa dan dengan cepatnya ia telah mampu membawa tubuh itu dalam gendongannya. Menangkup tubuh itu untuk dibawanya masuk ke ruang privasi milik mereka berdua hanya untuk kembali menyajikan semua hal manis dan panas.
🖤
Maka tidak ada waktu lagi untuk berlama disana. James telah mendapat telpon berulang kali karena pekerjaan yang ia abaikan selama beberapa waktu. Ia harus kembali ke kantor dan Alice semalam juga telah meminta untuk diantar mengunjungi bibinya. Ada hal yang ingin ia cari tahu sendiri tanpa bantuan siapapun. Dan Keylie akan kembali ke rumah seperti biasa. Semua akan kembali ke rutinitas masing-masing.
Waktu berjam-jam telah berlalu begitu saja dari kepulauan Virgin. Perjalanan mereka terlampau cepat dengan segala beban pikiran yang masih berantakan.
"Kau akan diantar sopirku. Dia akan menjagamu selama kau berada di Goose Creek. Ingat, kau harus menjaga keselamatanmu demi aku, jika kau benar-benar mencintaiku." Alice mengangguk dan memberi satu kecupan singkat sebelum mereka benar-benar berpisah.
Dan ketika matahari telah berotasi dengan baik hari ini, maka senja telah menampakkan diri untuk menidurkannya. Seorang wanita tengah baya dengan rambut putih itu nampak tengah menata pot di barisan halaman rumahnya. Bergerak dengan kecepatan wanita seusianya. Alice memperhatikan dengan saksama, menahan genangan air mata yang berdiam di pelupuk matanya. Ini luar biasa. Rindu, takut, dan sesak menjadi satu. Nyonya Ford, istri dari Tuan Ford Reeves terlihat telah rapuh disana. Bahkan Alice melihat bagaimana wanita itu menahan pinggangnya saat ingin berdiri setelah menaruh sebuah pot tanah di tempat paling terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE [End]
Fiksi PenggemarJames Arthur telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Membuat pria itu merasakan kehilangan yang sanggup menghancurkannya dalam waktu sekejap. Namun siapa sangka jika dia menemukan hal lain setelah mendapati sebuah surat di balik lukisan...