22 : THE SECRET

38 3 4
                                    


Ada yang udah nungguin??
Wkwkwk

Selamat membaca

HAPPY READING

.
.
.








Cahaya lampu dari langit-langit menerangi ruangan penyidikan siang ini. Seorang pria dengan tangan terikat borgol duduk di sisi selatan. Wajahnya sepucat salju dengan mata tipis yang enggan melihat orang-orang di sekitarnya. Ia duduk tenang dan hanya memainkan jari tangannya tanpa gelisah, hingga seseorang memasuki ruangan dan orang lainnya keluar secara bergantian.

 “Hai, Alice.”

Tatapan Cedric dengan senyum yang mengembang di wajahnya membuat pria itu nampak seperti manusia normal pada umumnya. Dia, pria dingin yang terduduk dengan rambutnya yang sedikit panjang dan berantakan sebenarnya mampu dengan mudah membius siapapun. Dia pianis terkenal dan seorang pelukis ternama yang namanya selalu dirahasiakan, kini duduk di kursi tersangka. Siapa yang akan mengira bahwa dia psikopat? Alice pun tak tahu, hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk membongkar semua hal yang selama ini disembunyikan dari sosok Cedric yang ia kenal berhati malaikat.

“Hai, Cedric. Kuharap kau baik-baik saja saat ini.” Alice masih peduli terhadapnya. Senyumnya tetap ia berikan meski hatinya sekarang membantah untuk dikatakan baik dan meronta untuk segera keluar dari tempat itu.

Mereka hanya berdua dalam ruangan, tapi banyak pasang mata memerhatikan mereka dari bilik luar kaca. Memandangi dua manusia yang bercakap dalam ruang kesaksian. Mendengarkan dengan saksama semua ucapan yang kelur dari bibir keduanya. Bahkan, James Arthur melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah yang dipenuhi emosi yang tertahan. Pria itu seolah siap menerkam dengan kejam saat itu juga, jika sampai ia melihat Cedric berani menyentuh kulit istrinya di dalam sana.

“Kurasa kau semakin menawan. Dan sayangnya kau bukan milikku.” Cedric tertawa setelah ia bicara. Matanya melirik ke arah kaca gelap, yang jelas sekali jika nampak dari luar. “Apa suamimu melihat kita?”

James meremas tangannya, terkepal dan siap meninju wajah polos Cedric yang nampak pongah di dalam sana. Ia merasa pria itu sengaja memancing masalah dengannya. Sengaja membuat darahnya mendidih dan berubah brutal. Tapi, saat ia kembali mengingat Alice yang menenangkannya, ia tahu bahwa dirinya bisa menahan emosi dengan baik. Dia memiliki batas kemampuan yang terlatih dengan sempurna.

Di dalam, Alice menarik napas dan menelan ludahnya. Bibirnya kering dan ia tak tahu akan semengerikan ini untuk berhadapan dengan Cedric yang asli. Ini berbeda dengan Cedric yang biasa ia kenal. Semua seperti mimpi. “Tolong katakan apapun padaku tentang Megan.”

Seketika Cedric kembali tertawa, ia menertawai pertanyaan yang diajukan Alice padanya, seolah itu adalah lelucon yang membuat hatinya senang. Alice nampak begitu polos dan menyedihkan di matanya. “Megan? Megan Travolta—” pria itu menjeda ucapannya untuk mengambil napas dalam-dalam dan mendongakkan wajahnya, “—dia wanita cantik yang luar biasa. Dia sama sepertimu. Kalian tidak berbeda. Hanya saja, Megan lebih lincah. Dia wanita yang sangat menggoda. Hingga suamimu juga tergila-gila padanya.”

Detak jantung Alice yang semula telah normal, kini menjadi tak beraturan. Dengan piawainya wanita itu tetap mencoba untuk tenang. Bahkan, matanya terus menyorot Cedric dengan berani sampai pria itu kembali menatapnya.

“Tatapanmu saat ini mengingatkanku pada Megan, Alice.” Cedric menyatukan seluruh jari tangannya, kemudian menatap Alice dengan sirat mata yang dipenuhi kerinduan. “Dia wanita pemberani yang menyenangkan. Sampai suamimu berhasil membuatnya hamil dan…”

ARCANE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang