Mengandung unsur 🔞Jadi hati-hati
⚠️Museum.
Satu kata yang membawa pria berdarah Amerika Korea itu mencoret kalender mejanya untuk menandai bahwa dirinya akan menghadiri acara penjualan lukisan kuno di salah satu museum seni terkenal di pusat kota dua minggu lagi.
Pria itu menaruh kembali penanya. Menatap arah pintu masuk dimana sekretarisnya telah berdiri sambil mempersilakan seorang pria dengan setelan kemeja abu-abu tengah tersenyum padanya.
“Selamat siang. Apa kabar Tuan James Arthur? Lama tak berjumpa dengan Anda.” Selaras nada sapaan ramah itu membuat James yang duduk di balik meja kerjanya berdiri dan menerima uluran tangan pria bertubuh tinggi besar itu.
Ya, seorang pejabat kepolisian kota mengunjunginya lagi untuk kesekian kali.
“Selamat siang Tuan Chollin. Senang bertemu dengan Anda kembali.”
James mempersilakan pria berusia 47 tahun itu duduk di hadapannya. Mengayunkan senyum wibawanya dan mengangguk dengan maksud agar pria itu segera menyampaikan tujuan kedatangannya. Tak ingin berlama dengan basa-basi yang tak pernah disukainya dengan siapapun.
“Tuan James. Penyelidikan yang berkaitan dengan Nona Megan Travolta akan kami hentikan dengan berat hati. Karena petunjuk terakhir tak menghasilkan apapun, kecuali murni kecelakaan yang dialaminya. Tak ada sabotase dalam kendaraan maupun unsur kesengajaan yang dapat diidentifikasi dalam kejadian itu.”
James menatap hampa, menunduk dan menyatukan jari-jari tangannya di atas meja. Dadanya terasa kembali sesak. Pria itu tak sanggup menerima kenyataan, ini terlalu buruk. Harapannya terasa sirna dan terenggut dengan menyakitkan siang ini.
James memejam seraya menarik napas dalam-dalam. Kalimat itu menjadi akhir ucapan yang masih sulit diterimanya dengan lapang dada.
Perasaan itu kembali mencekamnya hingga hembusan napas lantang itu tak sengaja keluar, memecah hening yang tercipta dalam beberapa detik di antara mereka.
“Hufftt…Baiklah. Kalau begitu terima kasih atas bantuan yang Anda lakukan Tuan Chollin. Saya mencoba menerimanya.” Senyum terpaksa itu kembali tersungging di bibir sensualnya.
“Saya tahu bagaimana perasaan Anda Tuan James. Tapi kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menangani kasus ini. Semoga Anda diberi kekuatan oleh Tuhan. Dan saya harap hari Anda kembali menyenangkan.”
Sekali lagi pria muda itu mengangguk. Menyandarkan kembali punggung lebarnya ke sandaran kursi putar seraya menatap kepala kepolisian yang berlalu meninggalkannya sendiri di ruangan bernuansa black gold-nya. Interior yang sepadan dengan kekuasaannya, tentu saja.
🖤
Handuk putih yang terlilit di pinggang itu menampilkan keseksian seorang James Arthur. Tak urung dirinya mendapat julukan the most sexiest-man dari wanita-wanita yang tergila padanya. Dan tak boleh dilupakan pula, majalah yang pernah mengusung berita tentang kesuksesannya pun mengakui bagaimana seorang James Arthur menjadi pria muda yang sukses dan seksi dari segala aspek.
Bentuk tubuh tinggi tegap dengan keseksiannya selalu menjadi sorotan awal kematangan seorang pria. Ditambah wajah tampan dengan garis rahangnya yang kuat juga menjadi keunggulan utamanya. Dan tak bisa terlewatkan, tubuh maskulinnya. All be perfect.
James pun melepas lilitan handuk dari tubuhnya yang lembab, segera berganti dengan piyama kesayangannya—hadiah terakhir dari orang yang begitu ia cintai. Berlanjut dengan langkah kakinya menuju balkon dan kemudian mendudukkan diri sendirian disana. Termenung memandang bagaimana malam ini telah menjadi malam ke-60 sepeninggal wanita yang memiliki tahta tertinggi di hatinya. Megan Travolta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE [End]
FanfictionJames Arthur telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Membuat pria itu merasakan kehilangan yang sanggup menghancurkannya dalam waktu sekejap. Namun siapa sangka jika dia menemukan hal lain setelah mendapati sebuah surat di balik lukisan...