🔞
.
.
.
Warning!
(18+)
Keylie kembali memakai pakaiannya. Kulitnya terasa tersengat, ia setengah mendesis sekarang. Kulitnya ada yang mengelupas, merah, dan perih tentunya. Cedric bermain dengan sangat kasar. Bahkan mulutnya disumpal kain dan kaki tangannya terikat oleh rantai ke setiap ujung ranjang. Dia memang pria seperti itu. Penikmat ranjang yang brutal, dan ya kalian pasti tahu sendiri bahwa dia gila!
“Kau menyenangkan malam ini, Nona Keylie.” Ada sedikit nada mencemooh dari cara bicaranya. “Kau tahu bukan jika aku mahir dalam menjebak seseorang untuk datang padaku. Jadi ikuti permainanku atau kau akan tahu sendiri akibatnya.” Ucapannya sekarang memojokkan. Sungguh kalimat akhir yang membuat telinga panas.
Harusnya pria pucat itu mati. Dia sungguh tak pantas untuk hidup dan merasakan dicintai. Tapi bodohnya Keylie justru kasihan. Dunia Cedric sama sekali tak memiliki cinta. Sama sepertinya, tapi tidak juga seburuk itu. Kehidupan pria itu hanya didominasi oleh obsesi yang menenggelamkannya untuk jatuh lebih dalam ke jurang kegelapan. Dan kegilaan.
Secara tidak langsung pria itu memang tengah hancur. Keylie yang mengorbankan diri untuk Alice melihat sendiri bagaimana pria itu menghabiskan waktunya di ruang pribadinya hanya untuk melukis dan melukis. Dan ya, dari semua lukisannya selalu saja didominasi oleh warna hitam. Bahkan Keylie juga pernah menemukan Cedric tengah tergeletak di lantai dengan botol yang berserakan di sekitarnya.
Adapula lukisan yang sepertinya sengaja dirobek dan warnanya dilukis dengan darah segar yang dilamurkan ke kanvas. Bukan salah lagi jika itu memang darah dari tangannya. Terlihat jelas dari bukti. Lukisan itu berada dalam pelukannya yang lemah dan tangan yang tersayat karena sengaja dilukai.
Memprihatinkan sebenarnya. Tapi manusia seperti itu bagai mayat hidup yang tak punya otak. Ia harus selalu merasa terpenuhi oleh apapun. Bagaimanapun caranya. Dan membuatnya puas. Meski caranya adalah dengan menyakiti.
“Sampai kapan kau akan melindungi Alice?”
Keylie yang masih bersusah payah mengenakan celananya mematung. “Kau tak bisa menyentuhnya. Dia bukan milikmu.” Wanita itu berdiri, mengancingkan celana jeansnya dan bersiap untuk pergi.
“Lalu kenapa kau datang setelah mendapat telpon dariku?”
“Karena aku tak suka mendengarmu tertawa dan bersenang-senang.” Keylie menyaut tasnya dan mengabaikan Cedric yang berdiri di depan mayat wanita yang terus diperhatikannya. Cedric sama dinginnya dengan wanita tak bernyawa itu. Mereka sama-sama pucat dan mengerikan. Meski sebenarnya jauh lebih mengerikan Cedric dibanding mayat, karena ia hidup, bernyawa, dan bisa melakukan apapun. “Lebih baik kau segera urus mayat wanita itu sebelum polisi datang kemari dan menangkapmu.”
“Apa itu akan menyenangkan?” Cedric bicara sambil menendang kaki wanita yang tergeletak itu sembari menenggak minuman ringan di tangannya. “Dia akan kubuang ke jurang nanti malam.”
Nanti malam? Bukankah sama artinya dia menyimpan bangkai seharian? Pikiran Keylie terus meracau sendiri.
“Apa yang kau pikirkan sekarang nona Keylie?”
Wanita itu menghentikan langkahnya. Seolah pikirannya terbaca ia mencoba mengatur napasnya yang mendadak sesak. Sialan!
Cedric kembali menggaungkan tawa gilanya, membuat bulu kuduk Keylie meremang. Suara itu benar-benar seperti tawa iblis yang tengah bersenang-senang di pesta kemenangannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCANE [End]
FanfictionJames Arthur telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Membuat pria itu merasakan kehilangan yang sanggup menghancurkannya dalam waktu sekejap. Namun siapa sangka jika dia menemukan hal lain setelah mendapati sebuah surat di balik lukisan...