Hai...
Heheh
Kalau typo bisa komen yah!
Happy Reading....
***
Vino sudah sampai di sekolah, sayang sekali dia harus di depan gerbang karena gerbang sudah ditutup maknanya jam pelajaran pertama dimulai dan ia harus menunggu sampai pergantian jam, gitu-gitu juga masuk ke ruang yang bisa ia setiap hari masukin karena Vino setiap saat berbuat ulah, entah itu sama Deva apa kagak adek kelasnya yang ia bully.
Sampai gurunya sudah hapal dengan namanya, dan selama dua tahun sudah ia mengumpulkan namanya yang terpampang dan dimuseumkan di lemari ruangan bk (bimbingan konseling).Tapi, itu tidak ada yang berani mengeluarkan dirinya dari sekolah ini.
Dan buktinya akibat ia nakal tapi bisa menguntungkan untuk sekolahnya, mendapatkan gelar prestasi sebanyaknya sampai tidak bisa dihitung lagi ia diikutsertakan lomba.
“Ini nih, kalau telat gini. Apalagi kalau dianter sama sopir, bisa-bisa pelajaran jam kedua mulai. Huh, harus manjat ‘kah? Kagak gue lagi mager kalau mau manjat, palingan ujungnya gue ada di ruangan tuh nanti. Bisa mati kalau ketemu pak Galih mah,” ucapnya dengan menstarter motornya, dan meninggalkan dari kawasan sekolahnya.Ia memilih ke warung terdekat sekitar sekolahnya, untuk menitipkan motor.
“Lah bukannya Vino, Vin ... woy vin, gue di sini bangsat.” Panggil temannya itu dengan mengode tangannya dan Vino yang melihatnya, membelokkan motornya ke sana.
“Weuh, lo bolos?” tanya Vino yang mematikan motornya dan melepas helmnya.
“Gue nggak bolos, tapi terlambat ... males gue dibacotin sama pak Galih ujungnya, enakan bolos hari ini dan lo kenapa? Terlambat?”
“Heum, ya gue mau titip motor lewat pintu belakang sekolah juga bisa tapi namanya juga ketahuan nanti ya bakalan dihukum. Tapi, lo sama saja lah kalau bolos. Gue mau bolos, tapi nanti gue ketahuan sama kepala sekolah, ya mati gue.” Ucapnya dengan memikirkan cara untuk tidak menjadi bahan persidangan kepala sekolah.
“Iya sih, ya udah yuk kita ke belakang!” Ajak teman Vino itu dan Vino menitipkan kunci motor ke bude-bude pemilik warung ini.
Mereka pun berjalan dengan cepat, karena jika tidak maka gerbang pintu belakang yang pasti akan dikunci tapi sering tidak dikuncinya.Agak jauh sih emang, butuh tenaga ekstra buat ke sana.
“Terus nih, gimana?”
“Ya tinggal buka lah, bego!”
Temannya itu membuka pintu belakang, dan berhasil. Mereka menghela napas, semoga saja tidak bertemu dengan wajahnya pak Galih, semoga selamat hari ini!
Baru saja mau melangkah masuk ke dalam sekolah, ada yang menyentuh bahu mereka. Mereka berhenti dan memainkan mimik wajah mereka, yang menahan takut.
“Woy, Vin sama Fikri.” Ucap Cakra yang sudah menahan bahu mereka yang siap-siap kabur dari cekalan tangan Cakra dan Vino dengan cepat berlari, sementara Fikri membalikan badannya dan di sana Cakra menatapnya tajam.
“Lo yang ngajak Vino bolos?” tanya Cakra dengan asal menuduh.
Fikri menggeleng ribut, “Lo jangan asal nuduh! Tuh, anak terlambat. Mainnya nuduh aja, gunanya jadi itu apa?” Cakra menggeram marah ketika ia diejek seperti itu, pasti ini masalah kegiatan yang ia ikuti tiap seminggu sekali.
“Udah ah, mending masuk aja! Gue nggak mau kalau pak Galih liat kita di sini,” Fikri menggandeng bahu Cakra dan Cakra menatapnya datar.
Abaikan semuanya! Lo kalau punya dendam pasti bakalan persahabatan lo bisa jadi hancur, Cakra pun berjalan dengan sampingnya Fikri, mereka berjalan ke kelas yang di atas, untung saja lift masih berguna kalau tidak, naik tangga.
Sementara Vino masuk ke dalam kelas, untung saja guru yang masuk di jam pelajaran pertama kali ini belum masuk, dan menjadi pusat perhatian para teman-temannya yang ada di kelas.Vino masuk dengan wajah berantakan dan ia meletakkan tasnya, ketika melihat tas Cakra yang ada di tempat duduk sampingnya, tapi orangnya nggak ada.
Wah, Cakra kemana nih?
“Lo tahu Cakra?” tanya Vino kepada laki-laki yang berambut gimbal itu.
“Taunya tadi Cakra keluar Vin, kita pada nggak tahu.” Jawabnya dan Vino mengangguk, ia memilih duduk dan mengeluarkan handphone dari saku celananya.
Vino mengangkat kakinya di meja dan semua teman-temannya pada konser sendiri di kelasnya, Vino mengambil earphone di lacinya dan memasangkan di telinga.
“Woy, bro gue ada berita hangat. Besok ada acara pentas musik, ada yang mau daftar jadi band atau apalah yang penting nggak memalukan kelas kita.” Ucap ketua kelas, dan Vino membelalakkan matanya karena ia tidak diberitahukan oleh siapapun.
Nah, salah satu orang yang ia tunggu adalah Cakra yang masuk digandeng oleh Fikri dan Fikri melangkah ke meja Vino, Vino menatap hanya datar tanpa membalas.
“Cak, lo gimana? Gue nggak dikasih tahu,” todong Vino dengan mendekati orangnya dan Fikri pun ia menyikap lengan bajunya, dan mengeryit heran.
“Lah emangnya paan bro?” tanya Fikri, dan Cakra ingin bertanya malah keduluan sama Fikri, Cakra menatap memicing ke Vino.
“Iya, ada acara pentas musik?” Fikri dan Cakra memasang raut bingung. Perasaan Fikri juga nggak tahu kalau ada pentas musik, walaupun kemarin ada rapat di ruang OSIS tapi tidak membahas pentas, kenapa Vino bisa mengetahui.
“Nah dari ketua kelas katanya, kalau mau daftar silakan! Fio tadi ngomong gitu,” ucap Vino dan mereka menatap Fio yang sedang berjalan-jalan keliling, menarget siapa yang mau ikutan pentas musik. Siapa tahu membanggakan wali kelas lagi dan bisa menjadi kelas favorit.
“Fio, lo sini dah!” panggil Fikri dengan mengode sama tangannya, dan Fio bukannya dekat malah makin nambah emosi Fikri dan Cakra, Fikri pun menghampiri Fio yang lagi menjelaskan panjang kali lebar dengan berbagai ceramahan khasnya.
Fikri menepuk bahu Fio, Fio merasa terganggu. Ia menajamkan pandangannya, “Bentar napa! Gue nanti tanyain lo pada satu-satu, gue mau tanya siapa yang mau ikut?” Fio dengan begitu ingin melangkah namun senyum jahil Fikri terukir, ia memajukan kakinya dengan duduk di atas meja orang yang cupu dikenal di kelas ini.
Fio tersandung oleh kaki Fikri yang dihadangkan ketika Fio lewat.
Wah anak ini mancing sama ketua kelas, yang ada punya mulut ember tuh digunain nggak jelas lagi arahnya, mungkin ngadu sama guru apa nggak langsung ke ruang BK.
“Gimana?” tanyanya dengan senyum liciknya dan membantu Fio untuk berdiri, namun Fio menepisnya, siapa tahu ini orang ada niat lain yang membuatnya celaka kembali, itu pasti akan menjadi bahan di mana semua orang ada di kelas, pasti dikatakan sama orang-orang dia nggak pantas lagi menjadi ketua kelas.
“Ya, mau nanya apa?”
Fio sebisa mungkin ia sabar, Fikri memutari seluruhnya dan Fikri menepuk pundak Fio, Fio sudah ketar-ketir sendiri, kek gini jika berurusan dengan orang yang terkenal perundungan yang sesungguhnya, Fikri emang kalau ngomong suka nyelekit di hati. Hati-hati emang!
“Ya, oke kamu ngomong apa tadi? Coba ulang lagi, bangsat!” suruh Fikri dengan mata tajamnya dan Fio menghela napas, itu mata nggak sekalian keluar saja. Dan Fikri meletakkan buku catatannya, ia maju ke depan kelas.
Ia akan menjelaskan ulang kembali, “Oke ya. Ada yang tanya emangnya kenapa di itu acarakan, tapi jika seorang anggota OSIS yang seharusnya tahu duluan apalagi di sini ada ketua OSIS sama wakilnya, gimana nih bos? Masa belum tahu,” wah sindiran keras bagus buat semuanya di sini.
Sikat bos!Bersambung...
Wei apa kabar bos?
Hehhehe, jangan lupa ya kalian dukung cerita ini sampai tamat😎!
Jangan lupa follow IG Din sama Vino
@dindafitriani0911
@vin.akpram
KAMU SEDANG MEMBACA
VINO
Teen FictionBagaimana kisah dari Vino? Vino yang malang, tidak diakui oleh anak tapi menurut Vino, ayahnya tetap mengakui dia anak. Buktinya sampai sekarang ia belum dikeluarkan tuh dari kartu keluarganya, tetap anak dari ayahnya dan bundanya. Sementara berban...