40. Apartemen tragedi

18 1 0
                                    

Apa kabar?

Gimana puasanya?

Lancar?

Oke tinggal 2 bab lagi, insya Allah tamat❤🙏

Iya see you❤

***

Aku tak mau jadi pacar mu

Tapi aku maunya crush ku sekarang!

"Lagu apa'an anjeng?" tanya Fikri kepada Vino yang sedang memainkan game di ponselnya, mereka sekarang ada di apartemen Cakra yang berarti mereka bertiga melarikan diri dari rumah masing-masing.

Vino?

Remaja itu sedang memainkan benda persegi panjangnya itu dengan rebahan dan Cakra yang sedang menyiapkan makanan untuk dimakan bersama-sama nantinya setelah siap masakannya.

Ia sedang bergulat dengan peralatan serta bahan-bahan permasakan, walau cowo meski harus bisa masak.

Selagi masih bisa dilakukan kenapa tidak?

Kan bisa belajar pelan-pelan, nikmati prosesnya.

Remaja itu terganggu dengan suara-suara yang mengundangnya untuk penasaran menemui mereka berdua, saking tidak fokusnya.

Remaja itu memilih untuk mengecilkan api kompornya lalu ia tinggal menghampiri mereka dengan menggunakan celemek yang masih menempel di tubuhnya.

Vino...

"Setelah ku nikmati hasil dari kerjamu–

"Husstt," potong Fikri dengan menaruh telunjuknya di bibir Vino yang secara remaja itu sudah mengganggu aktivitasnya yang main game.

Lagi enaknya, Vino malah memasukkan jari Fikri dan menggigitnya layaknya daging yang akan siap santap makan.

"Wessshhh, ada apa ini?" Tanya Cakra yang tiba-tiba datang tanpa diundang dan Vino akhirnya mengurungkan niatnya untuk tidak melakukan hal jahil kepada sahabatnya ini.

Ia tidak mau setelahnya dihukum oleh kedua orang itu, karena jika menghukum memang tidak memandang tempat atau apa yang penting selamat sekarang dia.

Cakra menaikturunkan kedua alisnya, menatap lamat Vino yang tengah membalasnya dengan senyum cengiran.

"Mengapa?" tanya Cakra yang mengamati pergerakan mereka berdua yang mendadak diam pucat pasi dan hanya satu temannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

"Tidak!! Lanjut masak saja, hanya bermain tadi." jawab Fikri mendadak keluar lidahnya, hampir saja ia menjawab jujur namun hati kecilnya tidak ingin ia dimarahi oleh Cakra hanya gara-gara hal sepele.

Bagi Cakra hal sepele bisa dianggap serius jika memang posisi itu benar, tapi ia kebanyakan menyelesaikan dengan kepala dingin jika memang mau jujur harus jelas menjawabnya bukan asal menjawab menambah bumbu, untuk memiliki tujuan yang sama.

Cakra menghembuskan napas pelan, "Beberapa orang mungkin menganggap kejujuran itu hanya persoalan yang memang sekarang tidak pernah semua orang lakukan,"

Nah!

Benar apa yang dibilang mereka berdua dalam hati, sudah berkata sedemikian.

Memang dasarnya ini anak mulutnya tidak bisa diem.

"Sudah lah Cak! Jangan mempermasalahkan, ini juga namanya sahabat! Iya nggak, Vin?" tanya Fikri yang menatap ke Vino, Vino hanya mengangguk kecil sebagai jawaban dan binar matanya yang menyipit, senyum.

VINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang