39. Crush

14 2 0
                                    

Halo Halo

Apa kabar para ancing?

Oke oke

Siap?

Absen dulu sini

Komennya

1+

Vote

1+

Yok silent riderrs

Silakan baca!

***

Setelah mencoba, gagal!

Gagal.

Remaja itu menuliskan demi huruf dan huruf yang akan ia kembangkan namun di lain sisi perutnya itu tidak berkompromi dengannya, ya perutnya berbunyi sampai teman yang ada di sebelah bangkunya tak nyaman mendengar remaja itu sedang memukulkan meja pelan-pelan  menggunakan kedua tangannya.

Matanya terasa begitu berat menampung lima pelajaran kali ini, benar-benar hari melelahkan. Ya, Senin siapa lagi kalau bukan hari yang memulai awalan sekolah dan ia benar-benar merasa ternistakan kalau di hari senin. Sudah pelajaran dibebani, apalagi dengan upacara yang tadi benar-benar lelah fisik dan batin.

Tak kalah sakit jika fisik bisa diatasi, tapi lelah batin tidak ada yang tahu obatnya apa namun remaja laki-laki itu berasa cepat sekali menuju beranjak dewasa memang.

Fikri, dirinya sedang menatap papan tulis bersih itu tanpa ada coretan sama sekali termasuk guru yang memberikan semua yang ada di kelas ini tugas lewat pembicaraan yang cepat dan tentunya tidak bisa dihapalkan oleh seorang muridnya. Termasuk orang pintar sekalipun yang ada di depan.

Sebenarnya cita-citanya memang ingin digapai tapi jika menghadapi tipis begini sudah mengeluh. Selesai dari UKS tadi dirinya berpamitan kepada dua temannya untuk masuk ke dalam kelas karena takut dicurigai oleh para guru jika sudah masuk, sebab Vino pastinya sudah diizinkan oleh guru namun tidak untuk dirinya.

"Woiii! Sempit!" Seru temannya karena siku Fikri yang memang kebetulan memanjang dan rasanya ia ingin menampar puas pipi Fikri biarkan Fikri sadar dengan kondisi teman satu bangkunya itu.

Mukanya mana plus badmood jadinya ditinggal keluar, anak itu beranjak berdiri pergi dari bangkunya daripada kelamaan mending keluar dengan alasan yang tidak jelas tentunya, salah satu jalannya ya ke kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, Fikri meletakkan pulpen itu di meja dan lepas juga akhirnya dari tangannya yang sudah memerah dengan tumpuan untuk menulisnya.

Ia menghembuskan napas kasar dan tersenyum tidak jelas lalu menatap sampingnya, niat hati ingin bertanya dengan temannya.

Tapi, matanya membelalak tatkala temannya tidak ada di bangkunya.

Fikri diam, ia tidak berkomentar.

Mungkin saja temannya itu ke kamar mandi.

"Sudah selesai?" tanya para guru dengan memberikan interupsi dan semua para murid menjawab dengan gelengan kepala lalu fokus ke bukunya masing-masing.

Fikri yang termasuk murid berkapasitas otak pas-pasan itu menjawab spontan 'selesai' membuat para kawan-kawannya menoleh ke arahnya dan sekarang menjadi sorotan satu kelas.

VINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang