Hai...
Gimana ada pertanyaan?
Wkwk, kumpul sini!
Absen dulu!
***
Vino setelah selesai melakukan rutinitas mandinya, beberes dengan berganti baju.
"Gara-gara pengawal tadi, coba aja gue diakui sama papah. Udah gue pecat itu anak yang ngintilin bagaikan anak ayam ngikutin induknya." ucapnya mengingat-ingat.
Masalah tadi belum kelar, ia akan menyelesaikan nanti jika semuanya sudah fiks waktunya.
Sekarang dirinya sedang berfashion show, alhasil dengan tampilan di kaca seperti kebohongan yang menampilkannya.
Ia menyugarkan rambutnya yang tampak acak-acakan dan basah, dengan menatap cermin yang ada dihadapannya.
"Gue ganteng nggak ya? Cocok buat cari cewe, diajak nikah." ujarnya dengan berbangga diri.
Ia tertawa pelan, mengingat dirinya yang tampan itu sebenarnya laku atau tidak, apa dirinya nyaman dengan keadaannya.
"Udahlah, sekarang cari bunda dulu." ucapnya sambil meletakkan sisir di tempatnya.
Remaja laki-laki itu pun melangkah keluar dari kamarnya, mencari bunda nya di rumah ini.
Ia menengok ke kanan kiri seperti maling saja, ia mengintip kegiatan para pengawal yang terlatih itu dilatih di bawah sambil digebukin itu badan, emang lagaknya kagak kalengan pokoknya kalau milih pengawal.
"Gue kalau di posisi itu mungkin nggak kuat," ia sambil melewati dan matanya menatap ke arah bundanya yang ada di ruangan mengarah ke kiblat.
Bundanya yang terbalut mukena berwarna putih bersih itu.
Kakinya melangkah ke ruang itu.
Vino mengintip kegiatan bundanya yang tampak merenungi dan dengan tetesan air mata yang mengalir deras di setiap kedua kelopak matanya yang indah, ada rasa tak rela untuk ini.
Ia mengepalkan tangan erat-erat, hingga menimbulkan sebuah permasalahan.
Ini sebenarnya bukti kode dari pesan yang dikirimkan oleh bundanya, membuktikan jika bundanya di sini hidupnya tersiksa karena ulah papahnya sendiri.
Astagfirullahalazim.
Tanpa niat, ia pun maju untuk melangkah mendekap tubuh ramping bundanya. Semakin tirus saja bundanya, ya mungkin tersiksa di sini.
Bedanya bunda yang dulu, hangat! Sekarang jarang sekali untuk menjadikan dirinya sebagai prioritas nya untuk hidup bersama-sama tapi sekarang ya bundanya yang lemah sayu tidak ada pandangan hidup, membuatnya seperti ini.
Ia akan menyadarkan kepala ataupun sekalian membedah isi otak papahnya, yang entah kemana dicuci itu otak meski ada bumbu-bumbu kacang yang bersliweran membuatnya menjauhi dari kata keluarga.
Semuanya bikin penasaran.
Vino, remaja itu pun memegang pundak bundanya dan perempuan itu merasa berjengkit kaget, membalikkan tubuhnya ke arah Vino.
Vino sebagai putra semata wayang itu mendekap erat tubuh bundanya untuk menyalurkan rasa bersalah yang selalu mengimpikan dirinya saja.
Ini salah papahnya, tapi entah mengapa bundanya itu bikin sampai kebawa mimpi.
"Bun," panggilnya lembut.
Kini bunda membalikkan tubuh putranya untuk menghadap ke dirinya, putra semata wayangnya ini memeluknya dari belakang jadinya sedikit sulit untuk menjangkau.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINO
Teen FictionBagaimana kisah dari Vino? Vino yang malang, tidak diakui oleh anak tapi menurut Vino, ayahnya tetap mengakui dia anak. Buktinya sampai sekarang ia belum dikeluarkan tuh dari kartu keluarganya, tetap anak dari ayahnya dan bundanya. Sementara berban...