6. Pengawal Papah

49 5 0
                                    

Hai...

Apa kabar?

Kalau typo komen!

Happy Reading
***

Ruang kelas kembali hening yang awalnya suaranya ramai dan membuat guru sebelah terusik dengan pembelajarannya, menghampiri anak kelas sebelah yang membuat ulah dan memberikan nasihat.

Tap.

Tap.

Tap.

Suara derap langkah kaki yang dibaluti sepatu pantofel mengkilap, dan membuat sekelas auto mingkem dan memilih untuk melebarkan matanya, karena pelajaran hari ini ya guru sejarah yang anti di dekati oleh murid-murid kelas ini.

Gurunya masih muda, ganteng dan orangnya telah sampai di depan kelas.

Mendorong pintu dan senyumnya saja tidak pernah ia terbitkan untuk murid-muridnya dan orangnya saja kaku dan tak tersenyum sama sekali.

Guru itu pun berjalan, membuat mata muridnya mengedip-ngedip dan menahan napas.

“Selamat siang ...” seru guru sejarah tersebut dengan singkat, berbadan atletis.

Kalau masalah menjelaskan dirinya yang paham dan berani untuk menjelaskan panjang, tapi jika tidak ada yang paham, sok-sok ‘an diberi pertanyaan malah nggak dijawab. Siap-siap saja diberikan ceramah yang pedas serta menjelekkan anak muridnya di depan dan sekelas hanya bisa diam, jika tidak diam maka disuruh gantian menjawab pertanyaannya.

“Siang, pak ...” jawab mereka serempak.

Matanya mengalihkan semuanya, ia memakai kacamatanya menambah kesan tampannya, yang digadang-gadang sebagai seorang guru muda dan ditambah sebagai orang yang menjadi pembina pramuka.

“Oke, masuk semua?” tanyanya dengan nada dingin dan pandangan yang datar, membuat seisi kelas menggeleng sebagai jawaban.

“Vino, silakan kamu berdiri!” suruh guru sejarah tersebut, atensi dari guru sejarah itu tak pernah salah karena menurutnya Vino lagi yang membuat ulah menurutnya, dan Vino hanya seperti orang cengo, dia melebarkan mulutnya dan menggumam.

Salahnya apa coba?

“Oke, kita lanjut materi kita! Sampai halaman berapa, minggu yang lalu?” wah pertanyaan yang dihindari oleh teman-temannya Vino yang ada di kelas, dan guru sejarah itu tersenyum simpul.

“Gimana?” tanyanya dengan mengetuk-ngetuk meja dengan spidol.

Orangnya emang agak pikun apa? Kok tanya, mending langsung ke materi. Basa-basinya kadang bikin berbusa kadang, dan Vino setiap pelajarannya yang menjadi bahan untuk perundungan olehnya.

“Baiklah tidak ada yang menjawab, Vino ... sekarang kamu jelaskan apa itu sejarah! Itu sudah dibahas dari kelas sepuluh, dan berkali-kali saya menjelaskan. Boleh dijelaskan ulang!” rekor baru untuk bapak sejarah, mereka ingin mengapresiasi dan saling berpandang. Mata mereka mengarah ke Vino yang sudah menggaruk-garuk lehernya yang tak gatal.

“Vin!” bisik Cakra dan Vino menatap ke arah Cakra, untuk meminta bantuannya dan Cakra menggeleng karena guru sejarah tersebut menghampiri dirinya.

“Jangan ada yang bantu! Silakan jika mau yang bantu, tapi saya akan berikan apresiasi jika ada yang bantu Vino!” ucap guru sejarah dengan bersedekap dada.

“Pak, saya kebelet...” dengan mendesis pelan, karena ia benar-benar di ujung tanduk.

“Silakan! Saya juga sudah bersabar setiap kali mengajar kelas ini, dan kamu silakan keluar dan saya tidak mengusir KAMU!” dengan penuh penekanan dan mata tajamnya, menunjuk pintu keluar dan Vino meringis, ini semua gara-gara Cakra tadi, kalau nggak dia nggak bikin masalah.

VINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang