Hai...
Apa kabar?
Gimana kalian dah siap buat baca:)
Jangan lupa votenya sama komennya-
***
Happy Reading
***
Vino masuk ke dalam kelas kembali karena jam pelajaran guru muda itu sudah selesai, dan Vino memilih untuk duduk bersama Fikri, mengusir anak yang di samping Fikri itu dan anak itu menurut saja karena juga enek yang ada duduk sama Fikri.
“Wey, Cak lo nanti beliin gue bakso!” buju buset, ia saja masih pusing gimana caranya mengerjakan itu tugas! Malah ditodong suruh beliin bakso lagi, batin Cakra dengan mengerjapkan matanya.
Cakra mendongak karena ia menundukkan kepalanya, sepertinya ia habis dikuras pikirannya dengan guru muda yang bernotabene sebagai guru sejarah itu, Cakra membelalakkan matanya kala Vino duduk dihadapannya.
“Loh, kok lo sih?” ia tak terima ketika teman samping Fikri itu sekarang ada di sampingnya, yang sebelumnya itu tempat duduk diduduki oleh Vino.
“Ya gue disuruh sama Vino!” Jawabnya dengan mengeluarkan buku matematika dan Cakra menggelengkan, ia pun menyeret anak itu dan Vino juga diseret.
Untuk balik lagi ke tempat duduknya semula, Vino menatap kesal dan bergumam tidak jelas.
“Lo yang bikin gue dikeluarkan dari kelas, ngapain! Gue masih marah,” sungutnya dengan merajuk dan mengerucutkan bibirnya yang merah itu, seperti dikasih bibir. Entah apa itu yang penting Cakra pikirannya masih lurus, kagak belok yang penting.
MasyaAllah sungguh ciptaanmu yang membuat Cakra meleyot.
Tapi, ia tak kalah gantengnya dan tampan.
Cakra memegang tangan Vino, “Lo ngapain? Jangan mulai ya!” tampik Vino, Vino menghempaskan tangan Cakra yang mulai.
“Heh, gue nggak pernah ya mau keinginan jadi boys love dan disingkat BL, no gue dijadikan imam buat istri gue nanti. Lo aja yang terlalu berpikiran yang aneh,” Vino wajahnya nampak menahan tawanya, ternyata benar wajahnya yang tampan itu, membuatnya berbangga diri dalam hatinya.
Suara ketukan pintu, membuat mereka mengalihkan matanya ke pintu dan semua mata tertuju kepada guru matematika yang berbadan gempal itu dan mereka matanya lurus ke depan, menatap diri masing-masing.
***
Suara bel pulang sudah disuarakan.
Namun, guru matematika itu tetap dengan materinya, ini sampai kapan mau pulang apa mau nginap di sini!
Huh, mereka sudah berkelana pikirannya, ada yang menahan lapar dan semuanya berdecak kesal karena melihat anak yang sudah bubar sendiri-sendiri dari sekolah.
“Udah pulang saja nih, daripada kita mati kelaparan.” Ucap Vino dengan menenteng tasnya keluar, dan guru matematikanya itu menatap tajam ke arah Vino, “Kembali Vino!” teriak guru matematikanya dan Vino tak menggubrisnya.
Ia mau pulang, melangkah jauh dari kelasnya dan ia tak perduli jika nilai yang mengancamnya untuk merubah soalnya dia juga ikut Olimpiade dan setiap saat pasti dibutuhkan oleh guru-guru di sini. Dan dia nggak pandai-pandai amat, kalau masalah trigonometri jika menyerangnya maka ia pasti kamu bentar, dan mencari jawaban sesuai rumusnya, jika tidak bisa maka harus dijawab, toh nggak ada yang tahu siapa tahu keberuntungan bisa mencapai dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINO
Teen FictionBagaimana kisah dari Vino? Vino yang malang, tidak diakui oleh anak tapi menurut Vino, ayahnya tetap mengakui dia anak. Buktinya sampai sekarang ia belum dikeluarkan tuh dari kartu keluarganya, tetap anak dari ayahnya dan bundanya. Sementara berban...