Bagian 3.4

982 57 0
                                    

"siapa sih nelpon jam segini gak tau apa orang lagi enak enak nonton film horor."

Riana mengambil ponselnya dan menatap no baru yang menelponnya yang tidak tau jam. Karena jam sudah menunjukan jam 23.00 malam.

"Hallo ini siapa...? Gak tau apa ini jam berapa nelpon gue malam-malam lagi." Riana langsung memberi pertanyaan dan memarahi orang yang berada di sebrang telpon.

Sedangkan yang menelpon dan mendapatkan amarah dari Riana hanya tersenyum.

"Jadi gue gak boleh nelpon pacar gue sendiri gitu."

"Pacar Lo, Lo bilang? gue gak ada pacar. Jangan ngaku-ngaku Lo. Gue itu cuman Nerima Kak Bima aja yang jadi pacar gue. Kalau cowok lain skip. Gue gak minat termaksud Lo. Lo siapa sih."

Arga yang mendengar ucapan Riana ditelpon pun mengepalkan kedua tangannya dengan ekspresi wajah yang sudah berubah datar yang membuat siapa saja yang melihatnya akan memilih pergi menjauh dari pada menjadi tempat pelampiasan. Amarah.

"Woy Lo siapa sih...?" Tanya Riana saat tidak mendapat jawaban.

"Besok gue jemput saat mau berangkat sekolah."

Sambungan telpon langsung terputus yang membuat Riana berteriak kesal karena orang yang menelponnya sungguh mengganggu waktu istirahatnya dan saat dia ingin melempar ponselnya ke sembarang arah. Tiba-tiba notifikasi pesan masuk.

No. 0822xxxxxxxx
Gue Arga. Ini nomor gue Save kalau Lo gak save gue aduin ke bunda Lo tentang Lo yang pergi ke club dan Lo mulai sekarang pacar gue jadi jangan berharap bisa jadian Sama Bima atau pun cowok lain kalau Lo gak mau liat cowok yang berani deketin Lo habis ditangan gue dan satu lagi. Mulai sekarang gue yang bakal antar jemput Lo dan kemana pun Lo mau pergi.

Riana
Sialan Lo kakak

Namun tidak ada balasan lagi dari Arga yang membuat Riana benar-benar melempar ponselnya ke sembarangan arah dan Riana juga mematikan laptopnya karena sudah tidak mood lagi menonton karena Arga yang membuatnya Kesal

"Dia siapa sih berani-beraninya ngatur hidup gue. Cuma gara-gara gue yang gak sengaja nyium dia waktu itu aja kenapa jadi panjang gini sih masalahnya, udah gitu mengklaim gue sebagai pacarnya lagi. Padahal gue kan maunya kak Bima yang gitu ini Gue tapi kak Bima malah milih cewek lain. Haiss sebenarnya cobaan apa ini tuhan. Boleh kah aku mengangkat bendera berwarna putih sebagai pertanda aku tidak sanggup atas cobaan yang kau berikan kali ini tuhan."

Riana menarik selimut setelah lelah ngedumel dan mengeluh. Karena dia tau nasi sudah menjadi bubur, apa yang sudah terjadi tidak bisa di ulang lagi dan diperbaiki lagi. Walaupun bisa kejadiannya pun pasti akan tetap sama.

Riana berlahan lahan menutup kedua matanya dan berharap semoga hari esok bisa lebih baik dari hari ini. Namun sayang Riana kembali dibuat kesal saat ponselnya kembali berbunyi.

"APA SIALAN..!" teriak Riana yang membuat Arga menjauhkan ponselnya dari kupingnya.

"Good night." Setelah mengucapkan selamat Tidur Arga kembali mematikan ponselnya dan tersenyum tipis dengan menatap malam dari balkon kamarnya.

Berbeda dengan Riana yang menatap ponselnya seperti seorang pembunuh yang siap membunuh orang saat itu juga.

"Tunggu aja Lo besok kakak. Tunggu pembalasan dari gue."

*******

Hadriana{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang