Kelasnya Agha sudah selesai sejak tadi. Hanya saja sekarang Agha berada di ruang guru karena guru fisikanya tiba-tiba memintanya untuk bertemu. Agha sendiri bingung tujuan Bu Eve memanggilnya, dalam pikiran Agha mungkin saja ada hubungannya dengan nilainya yang tidak begitu memuaskan.
Agha duduk dengan canggung sekaligus gugup di ruang guru. Bu Eve menatapnya dengan seksama, seakan menyelidiki Agha dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan.
"Agharna," panggil Bu Eve setelah beberapa menit hanya diam menatap Agha.
"Iya, Bu."
"Kamu tau alasan saya panggil kamu apa?" tanya Bu Eve.
Agha menggelengkan kepalanya, "kalau boleh saya tau, ada apa ya, Bu?"
Bu Eve memberikan sebuah poster beserta sebuah formulir. Agha menatap poster dan formulir itu dengan tatapan bingung.
"Kalau kamu ingin diterima di perguruan tinggi yang kamu impikan, kamu harus membuat sebuah prestasi. Salah satunya mengikuti olimpiade ini."
Dahi Agha langsung berkerut. Dia tidak mengerti maksud Bu Eve memberikan kesempatan ini padanya.
"Saya sudah membaca formulir pengembangan diri yang kamu tulis, dan saya juga sudah diskusi dengan wali kamu agar impian kamu bisa terwujud. Ini kesempatan yang bagus, memenangkan olimpiade ini akan mempermudah kamu untuk masuk lewat jalur prestasi."
Bu Eve dengan tenang memberitahu Agha tentang olimpiade ini. Tapi Agha bukanlah murid yang berprestasi, dia bahkan tidak terlalu jago fisika. Bagaimana bisa Bu Eve bisa seyakin itu memberikan kesempatan ini padanya? Dan kenapa Papa tidak cerita apa-apa padanya terlebih dahulu?
"Suatu kebanggaan bagi saya sudah dipercaya oleh Ibu untuk mengikuti olimpiade ini. Tapi, kenapa kesempatan yang luar biasa ini diberikan kepada saya yang bukanlah seorang murid berprestasi di sekolah ini?" tanya Agha berusaha setenang mungkin. Jujur, dia sangat senang diberikan kesempatan ini. Tapi dia juga merasa tidak nyaman karena diberikan kesempatan yang mungkin saja lebih cocok diberikan oleh murid berprestasi lainnya.
Bu Eve tersenyum tipis pada Agha. Senyum yang sangat mencurigakan. Entah kenapa Agha merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan dari senyuman Bu Eve.
Bu Eve mendekatkan dirinya pada Agha, "bukannya ini kesempatan bagus buat kamu agar bisa diterima di kedokteran? Kalau kamu tidak percaya diri..." Bu Eve semakin mendekatkan dirinya ke telinga Agha dan memelankan suaranya, "gunakan kembaran kamu untuk bisa memenangkan olimpiade ini."
Mata Agha langsung melotot, dia terdiam beberapa saat karena kaget dengan ucapan Bu Eve.
"Ma-maksud Ibu?"
Bu Eve tersenyum lebar namun tetap terlihat mencurigakan, "kamu gak akan bisa diterima di kedokteran jika hanya berpatokan pada nilai kamu. Ini kesempatan yang bagus dan mungkin tidak akan ada kesempatan lainnya. Saya harap kamu bisa memikirkannya. Demi kebaikan kamu sendiri," jawab Bu Eve menekan kalimat terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Expectations || Huang Renjun
Fiksi Penggemar[SEQUEL OF HIRAETH] Ingin bahagia? Maka letakkan semua keinginan itu pada titik zero expectations. Kata orang, jika ingin bahagia, maka jangan pernah punya ekspektasi berlebihan kepada siapapun. Karena sejatinya, realita tidak semanis ekspektasi "K...