07. Perkara hari Senin (2)

415 99 7
                                    

Setelah kejadian Auriga yang memukul meja Rindu dengan keras tanpa banyak bicara, suasana kelas jauh lebih mencekam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian Auriga yang memukul meja Rindu dengan keras tanpa banyak bicara, suasana kelas jauh lebih mencekam. Tidak ada yang berani mendekati Auriga. Tidak ada yang berani bersuara jika Auriga masuk ke dalam kelas. Tidak ada yang berani.

Sepanjang kelas, semua murid hanya diam dan tidak banyak tingkah. Selain karena mereka takut dengan suasana hati Auriga yang sangat buruk hari ini, mereka juga takut berurusan dengan Rindu setelah melihat kejadian tadi pagi.

Lia yang biasanya usil dan suka cari perkara dengan Auriga saja hampir tidak berani mendekati Auriga. Untuk meminta formulir pengembangan diri milik Auriga saja dia harus menitipkannya pada Haksa. Sangat tidak ingin berurusan dengan Auriga yang suasana hatinya hampir mirip dengan cewek yang lagi PMS. 

"Auriga setelah ini ke ruangan Bapak ya, ada yang mau Bapak sampaikan ke kamu," ucap Pak Gio setelah sesi pembelajaran untuk hari ini selesai.

"Baik, Pak." Auriga menyahutinya dengan pelan.

Beberapa murid langsung merapikan barang-barang mereka setelah kepergian Pak Gio dari kelas. Sesi belajar hari ini sudah selesai.

"Auriga," panggil Kirana.

Auriga menatapnya singkat sebelum akhirnya kembali fokus memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

"Soal Kak Deka...gue minta maaf," ucap Kirana pelan.

"Soal?" tanya Auriga tanpa ekspresi. Dia terlihat tidak antusias ataupun tertarik dengan apa yang dibicarakan oleh Kirana.

"Dia pernah hampir ngecelakain lo hanya karena ngeliat lo dan gue pergi berdua bareng. Gue minta maaf, Kak Deka waktu itu sedang emosional," ungkap Kirana.

Ekspresi Auriga masih biasa-biasa saja. Tidak ada yang berubah dari ekspresinya.

"Ya sudah, bukan salah lo juga, kenapa lo yang minta maaf?"

"Ya tetap aja gue ngerasa bersalah."

Auriga segera bangkit dan menyandang tasnya. "Gue gak peduli dengan hubungan kalian. Jadi selama hidup gue gak terusik, gue juga gak akan mengusik hubungan kalian."

Auriga segera pergi. Namun sebelum itu, "satu lagi, Kirana. Jangan terlalu percaya sama Kak Deka. Hubungan kalian bahkan gak resmi. Bilangin ke dia, kalau mau berurusan sama gue, hadapi gue langsung dari depan. Jangan bermain di belakang gue."

Setelah mengucapkan hal itu, Auriga langsung pergi dari kelas. Ucapannya barusan, membuat perasaan Kirana menjadi sedikit lega. Dia kira, Auriga bakalan beneran tidak peduli lagi dengannya. Karena bagi Kirana, Auriga adalah temannya dari kecil yang paling mengerti tentang dirinya.

'Auriga...'

Auriga menuju ruangan Pak Gio. Ruangan itu bahkan melewati kelasnya Agha, tapi Auriga sama sekali tidak menengok kelas tersebut. Pandangannya lurus ke depan, tidak seperti biasanya yang akan selalu muncul di kelasnya Agha untuk sekadar melihat kembarannya itu. Tapi hari ini berbeda. Bahkan teman-teman sekelasnya Agha yang sudah mengambil posisi masing-masing jika Auriga berbuat sesukanya, langsung melongo tak percaya melihat Auriga yang sama sekali tidak menengok ke kelas mereka. Begitu juga dengan Agha.

Zero Expectations || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang