Auriga menarik tangan laki-laki yang tampak seusia dengannya begitu saja. Dia sudah tidak bisa menahan gejolak perutnya yang ingin dikeluarkan.
"Tangan gue lepasin dulu, oi! Tangan gue kena muntahan lo, bangsat!" Laki-laki itu berusaha memberontak melepaskan tangan Auriga.
Auriga tidak mengacuhkan teriakan orang yang saat ini berusaha melepaskan tangannya darinya.
"Astaga, dosa apa gue liatin orang muntah?!"
"Diem dulu, anjir." Auriga dengan lemas memegang pinggiran wastafel. Dia saja tanpa sadar sudah melepaskan laki-laki yang mencurigakan tersebut.
Auriga terus muntah, padahal baru saja dia kembali mengisi perutnya dengan cilok dan juga es dawet, itu pun tidak habis gara-gara menangkap laki-laki yang saat ini berdiri dengan berpangku tangan menatap Auriga.
"Oik, lo gak apa-apa?" tanya orang itu mulai khawatir karena Auriga sejak tadi tidak berhenti muntah. Padahal sudah tidak ada yang keluar dari mulutnya, tapi dia terus berusaha mengeluarkan isi perutnya.
"Oik, Auriga!" Orang itu sekarang terang-terangan memanggil nama Auriga.
Auriga terduduk lemas di salah satu pandopo yang kebetulan kosong. Dia tidak ada tenaga setelah 30 menit menghabiskan waktunya di kamar mandi untuk mengeluarkan makanan yang ada di dalam perutnya. Sekarang, perutnya seakan kosong. Bahkan dia ragu masih ada sisa-sisa makanan atau tidak di dalamnya. Dia juga tidak bernafsu untuk mengisi ulang perutnya.
"Sepertinya gue harus istirahat di sini dulu," batin Auriga membaringkan badannya. Untung saja posisi pandopo itu ada di belakang gedung yang tertutup. Sehingga, keberadaan Auriga sama sekali tidak terlihat.
"Sial banget, cowok itu juga pada akhirnya kabur." Auriga menutup kedua matanya dengan lengannya. Dia menyesali kondisinya saat ini. Andai dia tidak meminum susu jahe itu tadi pagi, mungkin dia tidak akan kehilangan cowok itu hari ini.
"Bodo amat!" Auriga berdecak kesal. Dia akan istirahat sebentar. Dia memejamkan matanya, tidak butuh waktu lama hingga dia masuk ke alam mimpi. Entah karena kondisinya yang tidak sehat atau karena dia yang kesal dengan hal yang terjadi hari ini.
Di lain tempat, Agharna saat ini tengah fokus mengerjakan soal-soal ujian dengan serius. Dia mencoba mengerjakan soal ujian setenang mungkin. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dan akan mengerahkan seluruh kemampuannya agar bisa mendapatkan nilai yang terbaik.
Satu persatu nomor sudah terisi, dia sudah sudah menjawab hampir setengah dari jumlah soal. Untungnya dia selama ini belajar dengan giat. Sehingga, dia bisa menjawab soal-soal yang 100% hampir sama modelnya dengan soal-soal dia latihan selama ini.
'Pengumuman bagi semua peserta olimpiade, waktu ujian tinggal 10 menit lagi. Sekali lagi, untuk semua peserta olimpiade, waktu ujian tinggal 10 menit lagi.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero Expectations || Huang Renjun
Fanfic[SEQUEL OF HIRAETH] Ingin bahagia? Maka letakkan semua keinginan itu pada titik zero expectations. Kata orang, jika ingin bahagia, maka jangan pernah punya ekspektasi berlebihan kepada siapapun. Karena sejatinya, realita tidak semanis ekspektasi "K...