24 - Tidak mau seperti ini

688 90 18
                                    

Happy reading!

Ivan mendengar semua cerita yang terjadi di rumah dari Danan dengan ekspresi menahan kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ivan mendengar semua cerita yang terjadi di rumah dari Danan dengan ekspresi menahan kesal. Dia tidak menyangka papanya akan kembali lagi seperti dahulu. Padahal dulu papa sudah berjanji tidak akan melakukan hal yang akan menyakiti Auriga lagi. Tapi, apa papanya itu sudah melukai janji atau bahkan kejadian yang terjadi beberapa tahun yang lalu?

"Kenapa Mas Danan gak pernah cerita ada kejadian kayak gini lagi sih di rumah? Kasihan adek, ini aja dia udah kuat banget nahan sakitnya." Ivan tidak bisa menahan marahnya kalau sudah bersangkutan dengan adik-adiknya.

"Maafkan Mas belum cerita ke kamu. Mas di sini juga sudah berusaha agar hubungan papa dan adek gak kembali lagi seperti dulu."

"Papa lagian ada-ada aja deh. Sudah pernah kejadian juga masih gak belajar dari kesalahannya."

"Sudah, Kak. Sekarang adek baik-baik saja kan, Kak? Tadi pagi dia bilang perutnya sakit dan muntah-muntah, bahkan kayaknya dari semalam dia sudah sakit," tanya Danan yang juga sama khawatirnya. Apalagi dirinyalah yang mengantar Auriga tadi dan melihat Auriga yang kesakitan.

"Adek udah diperiksa sama dokter, asam lambungnya naik. Anjuran dari dokter sih harus dirawat biar si adek bisa diobservasi dan istirahat lebih tenang di rumah sakit. Aku juga sudah bujuk adek untuk dirawat. Mas Danan jangan kasih tau Papa sama Agha, itu pesan dari Auriga. Dia gak mau membuat Papa dan Agha khawatir. Mas Danan juga gak perlu khawatir, Kakak akan jagain adek." Ivan menjelaskannya dengan cepat karena masih merasa marah sama Papa.

"Iya. Mas Danan gak akan bilang Papa. Kakak tolong kirim lokasi rumah sakitnya ya, istirahat siang Mas ke sana."

"Iya, nanti kakak kirim. Sudah dulu ya Mas. Kakak mau lanjut urus administrasinya dulu biar si adek bisa segera dapat ruang inap. Mas Danan bilang aja ke Papa kalau adek sama Kakak. Kayaknya Papa juga gak bakalan curiga."

"Iya, jaga adek dulu ya Kak. Nanti Mas Danan susul ke sana."

"Iya, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Ivan berusaha mengontrol amarahnya. Dia harus mengurus administrasi terlebih dahulu. Dia tidak mau meninggalkan Auriga menahan sakit seorang diri di UGD. Setelah selesai, Ivan segera balik ke tempat Auriga. Mereka hanya menunggu Auriga dipindahkan ke ruang inap setelah ruangannya siap dipakai.

Di UGD, Auriga tertidur pulas meskipun sesekali merintih kesakitan. Mungkin karena efek kelelahan dan stres yang menumpuk, membuat tubuh Auriga drop seperti ini.

"Adek kuat ya, Dek. Kakak selalu di sini di samping adek," bisik Ivan sembari mengusap rambut adiknya itu. Dia terus membisikkan kalimat-kalimat positif pada adiknya, seakan tau kalau selama ini adiknya tidak pernah diperhatikan oleh papa mereka sendiri.

Sembari membiarkan Auriga beristirahat dan diobservasi di ruang UGD, Ivan memilih untuk berdiskusi dengan dokter yang memeriksa adiknya tadi, yaitu Dokter Alana. Mereka mendiskusikan kondisi Auriga, tentu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zero Expectations || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang