[23] "Tempat untuk Kim Dokja"

4.2K 888 50
                                    

Yoo Jonghyuk bertanya-tanya, sebenarnya apa yang membuat pemuda itu menyukainya? Dia memikirkannya dengan tenang dan mengingat satu per satu rangkaian temu mereka di masa lalu.

Tidak ada hal yang bisa lewat dari ingatan Yoo Jonghyuk.

Dia punya ingatan yang sangat bagus dan Yoo Jonghyuk dasarnya bisa mengingat seluruh rangkaian kejadian selama pernah dijalaninya. Oleh karena itu, dia mulai secara hati-hati menghitung semua interaksi yang dilakukannya dengan Kim Dokja sepanjang mereka kenal.

Keduanya berada di kelas yang sama di kelas satu.

Kim Dokja adalah salah satu siswa dengan ketidakhadiran yang menggunung sehingga Yoo Jonghyuk tidak mungkin bisa lupa tentang eksistensi mencolok pemuda tersebut.

Belum lagi Yoo Jonghyuk sendiri pernah mendengar lewat obrolan wali kelas dengan guru lain jika situasi Kim Dokja cukup istimewa, pemuda itu telah diberi izin dan kelonggaran pribadi oleh Kepala Sekolah untuk tidak menghadiri kelas secara rutin.

Yoo Jonghyuk tidak tahu alasan di baliknya, tetapi dia tahu bahwa latar belakang Kim Dokja tidak sederhana.

Penampilannya memang tidak berlebihan dan dia tidak pernah terlihat membanggakan statusnya sekali pun, justru sebaliknya Kim Dokja tak pernah keberatan dengan pulang sekolah naik bus atau pergi makan di kedai kecil. Banyak yang akan berpikir dia anak yang sederhana, tetapi jika memerhatikan detail kecil seperti sepatu atau jam tangan bermerek ternama yang kadang kala dikenakannya, mudah untuk mengetahui bagaimana Kim Dokja tampaknya berasal dari keluarga yang serba berkecukupan.

Yoo Jonghyuk tidak pernah memerhatikan siapa pun di sekitarnya, semua orang hanya bagai arus yang mengalir. Tak bisa menarik atensinya untuk beralih.

Namun, ketika Yoo Jonghyuk kembali mengenangnya, kehadiran Kim Dokja memang terlihat berbeda di sekitarnya.

Yoo Jonghyuk teringat bagaimana Kim Dokja pertama kali menghampirinya di sekolah. Saat itu hujan deras tengah mengguyur kota. Ramalan cuaca hari ini meleset dan banyak sekali orang yang lupa mengantisipasi hujan. Termasuk Yoo Jonghyuk.

"Apa kau tidak bawa payung?"

Kim Dokja menghampiri sisinya ketika semua orang justru menjaga jarak jauh darinya. Minggu lalu Yoo Jonghyuk baru saja menghajar beberapa senior yang mengusiknya dan kini kabar itu merebak luas sehingga semua orang spontan menarik langkah, dalam sekejap mereka meninggalkan kekaguman yang dipusatkan kepada pemuda tampan itu ketika Yoo Jonghyuk menjadi perwakilan siswa baru yang berpidato di awal musim semi, dia berkesempatan memberi sambutan lewat pencapaiannya menjadi siswa peringkat pertama dalam ujian masuk.

Belum lagi, kenyataan bahwa pemuda itu memiliki penampilan yang menyenangkan mata membuat barisan pengagumnya membludak sepanjang musim semi. Namun, semua kekaguman itu meredup setelah Yoo Jonghyuk melayangkan tinjunya secara membabi buta kepada kelompok senior angkuh yang berani sekali menarik kerahnya.

Kim Dokja mengaduk tas punggung putihnya lantas mengeluarkan sebuah payung lipat bergambar langit. Senyumnya mengembang ramah, tanpa satu pun sapuan kepura-puraan dalam kilatan bola matanya. Dia sama sekali tidak tampak memiliki niat apa pun pada Yoo Jonghyuk selain ketulusan sederhana.

Kembali pada saat itu, Kim Dokja nyatanya sama sekali tidak peduli tentang bagaimana kehidupan orang-orang di sekitarnya. Dia terlalu sibuk dengan latihan tarinya belakangan dan tawaran dari beberapa agensi musik yang terus berdatangan kian menumpuk penatnya. Kim Dokja tidak punya waktu sama sekali untuk mendengar bagaimana kabar perkembangan sekolah dan dia lebih banyak melewatkan kelas untuk mempersiapkan kompetisi dance internasional yang akan diikutinya di Australia. Baginya, sosok Yoo Jonghyuk yang berdiri sendiri tampak menyedihkan, terlebih Kim Dokja menyadari bagaimana semua orang di sekolah jelas-jelas menghindari pemuda itu, seakan-akan sosok jangkung itu tengah dikucilkan.

[BL] Their Story (JongDok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang