[32] "Keterasingan"

3.1K 721 58
                                    

Tidak ada kabar yang lebih mengejutkan bagi Han Sooyoung dibanding mendengar teman baiknya baru saja beradu pukulan dengan Yoo Jonghyuk.

"Persetan Kim Dokja, apa kau benar-benar cari mati?" Han Sooyoung membanting pintu kamar temannya, dia bergegas melepaskan laptopnya seketika mendapat kabar dari Yoo Sangah tentang kejadian sore ini.

Han Sooyoung berpikir, mungkin Kim Dokja sudah segila itu demi menarik kemarahan Yoo Jonghyuk padanya. Memikirkan itu saja sudah membuat Han Sooyoung dipuncaki kekhawatiran. Dia belum siap menghadiri pemakaman sahabatnya sendiri.

Namun, apa yang ditemui Han Sooyoung saat tiba adalah seorang pemuda yang sedang duduk di antara buku-buku yang berhamburan di seluruh ruangan, dan pemandangan itu membuat Han Sooyoung segera mengatupkan bibir. Tubuhnya tertegun.

Ada satu kebiasaan Kim Dokja yang tidak pernah berubah. Jika dia berada di penghujung rasa terpuruk, maka pemuda itu akan menarik dirinya ke sudut ruangan dengan lantai yang dipenuhi buku, seakan-akan menghambur semua buku-bukunya dari rak bisa membawakannya ketenangan hati.

Jika Kim Dokja benar-benar menarik kemarahan Yoo Jonghyuk, dia tidak mungkin sedang membolak-balik lembaran bukunya dengan kasar seperti saat ini, melainkan sudah seharusnya tertawa puas dan memberikan Han Sooyoung seringai angkuh penuh kemenangan. Gadis itu menutup semua umpatan yang telah ditahannya sepanjang jalan tadi, langkahnya bergerak hati-hati menghampiri teman baiknya. Dia tidak berniat menginjak salah satu buku itu untuk memperburuk suasana hati Kim Dokja.

Han Sooyoung melangkah hati-hati sembari perlahan menggeser buku-buku itu dengan ujung kaki untuk memberinya jalan lewat. Dia tiba di sisi Kim Dokja, berjongkok untuk memindahkan buku-buku di sekitar pemuda yang belum mengganti seragamnya dan masih mengenakan baju basket serta lapisan jaketnya. Gadis itu kemudian menjatuhkan dirinya duduk di samping sahabatnya.

Dia tidak bertanya meski dia ingin tahu apa yang terjadi. Han Sooyoung hanya diam-diam mengulurkan tangan dan menepuk belakang kepala Kim Dokja lembut. Suaranya mengalun pelan, "Hei Bung, kau tidak apa?" tanyanya sembari mengusap rambut pemuda itu.

Kim Dokja tidak menepis atau pun melirik kedatangan Han Sooyoung sejak awal. Tangannya terus membalik lembaran novel yang bahkan tidak satu kalimat pun bisa mengisi kepalanya. Emosinya sudah mereda, tetapi perasaan kacaunya masih berputar bagai badai yang memporak-porandakan ketenangannya.

Han Sooyoung memindahkan tangannya beralih menyentuh lengan pemuda itu. "Dokja."

Gerakan Kim Dokja yang membalik buku itu dengan kasar akhirnya berhenti. Han Sooyoung mendekatkan diri, diraihnya tangan pemuda itu, melepaskan genggamannya dari halaman yang tengah diremasnya kuat dan sudah robek. Gadis itu menarik buku malang itu menjauh dari Kim Dokja, memindahkannya pelan ke lantai.

"Kim Dokja, lihat aku." Han Sooyoung menggeser tubuhnya duduk bersila di hadapan teman baiknya. Digenggamnya erat kedua tangan pemuda itu. Memaku manik gelap teman kecilnya. "Aku ada di sini, okay? Jika kau punya kesulitan atau ada yang membebanimu, kau bisa selalu bercerita padaku." Sama seperti bagaimana Kim Dokja selalu hadir dan memeluknya saat dia meringkuk akan kesepian atas sikap tak adil kedua orang tuanya. "Aku akan mendengarkanmu, jadi jangan menyimpannya sendiri kau bodoh."

Han Sooyoung mengulurkan tangan dan menarik kepala pemuda itu bersandar di bahunya, dia menepuk punggung yang telah tumbuh jauh lebih lebar dari apa yang bisa ia bayangkan. Teman kecilnya bukan lagi anak yang tidak tahu apa-apa dan terus saja menerima dirutuki oleh orang lain, Kim Dokja yang dia kenal sudah tumbuh sejauh dia berani untuk memukuli seseorang balik. Han Sooyoung ingin tertawa mengingat perbedaan ini, tapi hanya ada kesenduan di hatinya saat merasakan bagaimana bahu pemuda itu mulai bergetar.

[BL] Their Story (JongDok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang