Han Sooyoung mengetukkan ujung jarinya ke atas meja. Naskah yang terbayang di layar laptopnya entah bagaimana tidak membuatnya tergugah untuk diselesaikan malam ini. Sudah sejam lebih dan gadis itu tak kunjung dapat mengetikkan barang satu kalimat. Isi kepalanya mencapai titik kebuntuan. Ini sebab banyak sekali cabang yang sedang menjalar dalam benaknya.
Alhasil, Han Sooyoung menyerah. Ditutupnya laptop miliknya lantas meraih ponsel yang terduduk di atas kasur, dia mencari kontak Yoo Sangah dan secara langsung menghubungi gadis itu.
"Hei, maaf aku mengganggu di jam segini." Han Sooyoung melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas lewat.
Ada suara derak kertas samar dari seberang sambungan telepon. Yoo Sangah jelas baru selesai belajar di jam seperti ini, sesuai yang diduga oleh Han Sooyoung. "Tidak apa, jangan khawatir. Aku juga baru selesai meninjau pelajaran hari ini." Ada jeda sejenak ketika Yoo Sangah terdengar menutup bukunya. "Ada apa, Sooyoung-ah?'
Gadis berambut pendek menjatuhkan bokongnya ke atas sofa, dia mengembuskan napas berat. "Sangah."
"Hm?"
"Boleh aku minta tolong?"
Ada tawa rendah dari sambungan telepon. Yoo Sangah membalas, "Kau seperti orang asing saja, katakan apa yang bisa kubantu."
Memang benar, mereka sudah berteman cukup lama. Yoo Sangah adalah sosok pertama yang menjadi teman perempuan Han Sooyoung. Sebelum gadis itu, tidak ada yang mau berteman dengan Han Sooyoung sebab dia selalu berpenampilan seperti anak laki-laki sejak kecil dan menolak untuk ikut serta dalam permainan anak perempuan yang menurutnya begitu konyol.
Akibatnya, sepanjang di sekolah dasar, Han Sooyoung cuma menjalin pertemanan dengan anak laki-laki. Itu pun dia tidak banyak berinteraksi lagi setelah teman-temannya mulai menyarankannya untuk jadi lebih feminim karena mereka merasa tidak pantas jika Han Sooyoung terus-menerus bersikap tomboi.
Kim Dokja adalah satu-satunya yang tidak pernah mempermasalahkan pakaian Han Sooyoung atau bagaimana rambut anak perempuan itu dipangkas terlalu pendek saat kecil. Bagi Kim Dokja, setomboi apa pun penampilan Han Sooyoung, dia tetaplah anak perempuan pada umumnya. Untuk pakaian sendiri, itu merupakan kebebasan seseorang dalam memilih yang ternyaman baginya.
"Aku ingin menemui seseorang," tukas Han Sooyoung setelah lama mempertimbangkan.
"Siapa itu?" Yoo Sangah cukup terkejut mengetahui temannya mencari seseorang lewat dirinya. "Apa aku mengenalnya?"
Itu pertanyaan retoris. Jelas saja Han Sooyoung tak akan menghubungi Yoo Sangah jika gadis itu tidak memiliki relasi dengan sosok yang dicarinya.
Namun, dia tetap menjawab, "Iya." Han Sooyoung mengangguk meski Yoo Sangah jelas tidak bisa melihat anggukannya sekarang. "Ingat tidak, anak yang berselisih dengan Nirvana Moebius tahun lalu?"
Han Sooyoung menggali kembali persoalan lama yang dia sadar sangat jelas bahwa Kim Dokja akan marah padanya kalau tahu dirinya kembali membuka masalah itu.
Ada hening yang menggantung sebelum Yoo Sangah menjawab dengan tanggap, "Kau ingin menemui Han Donghoon?"
Han Sooyoung bergumam sebagai persetujuan.
Yoo Sangah selalu memenuhi permintaan Han Sooyoung tanpa pertanyaan tapi kali ini gadis itu tak bisa begitu saja menyutujui. "Sooyoung-ah, apa yang kau rencanakan lagi kali ini?"
"Aku ingin mengurai benang terakhir."
Itulah keputusan Han Sooyoung seusai Lee Seolhwa menghubunginya jika gadis itu sudah melakukan bagiannya dan sisa hal lainnya akan diserahkannya pada Han Sooyoung untuk diurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Their Story (JongDok)
Fanfic[Omniscient Reader's Viewpoint Fanfiction] Katanya, masa SMA itu waktu paling terkenang. Jadi apa masa sekolah Kim Dokja juga begitu? . Atas cetusan bodoh, Kim Dokja bertaruh dengan Han Sooyoung. Han Sooyoung bertaruh bahwa Yoo Jonghyuk, sosok palin...