Melihat kebungkaman siswanya, Bihyung melambaikan tangannya di depan wajah kemudian melanjutkan, "Kesampingkan semua itu, anggap aku yang memilihmu secara pribadi, maka mari masuk ke topik utama. Kudengar, Kyrgios mendapat informasi bahwa kau tidak ingin ikut serta jika seorang diri, jadi partner seperti apa yang bisa kusiapkan untukmu?"
Kim Dokja ingin menjawab jujur bahwa ini bukan tentang masalah partner, dia sungguh tidak ada ketertarikan ikut serta!
Namun, Kepala Sekolah tampaknya tidak akan mau menerima keluhannya. Terlebih wali kelasnya ada di sini, menilai bagaimana Kyrgios sangat senang dalam menyulitkan para siswanya, Kim Dokja yakin nilai masa depannya akan kian terancam jika dia berani menolak terang-terangan di depan keduanya saat ini.
Pemuda itu kini dikurung dalam situasi sulit. Maju tidak ingin, mundur juga tidak bisa.
Jadi, Kim Dokja akan mengambil kesempatan ini untuk menciptakan partner imajinasi yang akan sulit untuk didapatkan keduanya. Jika begitu, mereka tidak akan memaksanya lagi kalau tidak bisa menemukan orang yang sesuai untuk mengimbanginya, bukan?
Berpikir cepat, Kim Dokja segera menerima gagasan itu.
"... Iya, tampil sendiri sedikit sulit bagi saya," ujarnya memasang wajah tak berdaya. Kemampuan aktingnya yang luar biasa segera dikenakan dengan sempurna.
Bihyung mengangguk, dia memberikan siswanya pandangan penuh pengertian. "Kami akan membantumu mencari pasangan atau tim, jadi seperti apa kriteria yang kau butuhkan?"
Kim Dokja sudah menunggu pertanyaan itu dan senyum di hatinya segera memekar. Tentu saja, wajahnya tetap serius di permukaan. "Saya tidak butuh tim, lebih baik jika itu hanya seseorang," tukas Kim Dokja.
Jika tim, akan mudah untuk menemukan beberapa bakat dan menyatukannya untuk saling menutupi kekurangan, tetapi jika itu seseorang, sulit untuk memastikan akan ada orang yang menyimpan berbagai bakat dalam satu sosok.
Kim Dokja menarik napas lalu berkata penuh omong kosong dengan sangat lancar, "Saya berpikir untuk menampilkan hal-hal yang berbeda tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, dibanding menekan pada kuantitas, saya ingin menampilkan kualitas yang sebenarnya. Tidak perlu banyak efek atau dukungan, tetapi menekan pada kesederhanaan yang bisa menarik atensi dalam satu tatap lewat kemampuan sebenarnya."
Kim Dokja begitu kagum dengan semua kata yang dia lontarkan tanpa berpikir.
Lantas dia melanjutkan tenang, "Jadi akan sempurna jika pasangan saya adalah seorang multi talenta, terutama jika dia bisa bermain musik, lebih bagus lagi jika dia menguasai instrumen piano atau violin, dia juga semestinya harus mampu memainkan klasik dan modern," Kim Dokja terus berkata omong kosong tanpa berpikir, dia hanya berpendapat bahwa lebih rinci akan semakin sulit menemukannya. "Lalu poin penting, agar lebih kondusif lagi, dia mesti orang yang bisa diajak kerja sama dan tidak banyak berbicara, akan lebih baik lagi jika dia bersedia mengikuti arahan saya dan rencana saya tanpa banyak pertanyaan."
Kyrgios kemudian memotong, "Kenapa kau tidak mencari rekan penari?"
Kim Dokja terdiam, baru tersadar.
Benar juga, kenapa dia mencari rekan pemusik? Tidakkah dirinya sendiri berspeliasasi dalam menari? Jika itu seorang rekan, tentu saja sewajarnya mencari rekan dansa atau semacamnya. Dia tadi hanya selintas berpikir pemusik itu keren.
Kim Dokja berdehem. "Em saya berpikir ... mendapatkan seseorang yang bermain musik pribadi untuk saya lebih menenangkan?" Kim Dokja segera mengangguk atas pikiran itu. "Iya, saya juga tidak keberatan tampil menari solo jika ada rekan pemusik andal yang bisa mengiringi, tapi tentu saja jika rekan saya bisa bermain musik dan juga menari akan lebih bagus lagi. Kolaborasi yang kami bentuk bisa lebih bervariasi. Saya juga memikirkan konsep seperti itu."
Dalam hati, Kim Dokja memikirkan betapa mustahilnya ada seseorang seperti itu. Mumpung sudah seperti ini, sekalian saja terus menyuarakan omong kosong lain, pikir Kim Dokja berpuas diri.
"Akan lebih sempurna jika dia juga bisa menyanyi," tambah Kim Dokja serius.
Dalam hati, pemuda itu sedang tertawa puas. Di mana kalian akan menemukan seseorang yang bisa ahli bermain musik, menari, dan menyanyi sekaligus? Terlebih harus punya kesabaran yang banyak dan tunduk pada pengaturan pribadinya. Semua orang-orang berbakat itu umumnya punya ego yang tinggi! Mereka tidak senang diatur seenaknya.
Bihyung terdiam, tampak mengerutkan kening.
Kyrgios melirik ke arah atasannya kemudian kembali pada muridnya. "Kembalilah dulu, kau bisa pergi ke ruang musik lantai dua, tunggu aku di sana."
Kim Dokja mengangguk kemudian berdiri dan mengundurkan dirinya sopan, memberi ruang pada dua gurunya untuk berdiskusi. Dia dengan senang hati meninggalkan ruangan.
Jika tidak ada yang memenuhi kriterianya, dia akan punya alasan kuat untuk menolak ikut serta.
Semuanya sekarang terkendali!
Kim Dokja pergi dengan senyuman penuh kemenangan.
Tak pernah tahu apa yang akan menantinya di masa depan.
~
"Mau berapa kali kupikir, hanya anak itu yang punya kondisi yang serupa," desah Bihyung menekan keningnya.
Kyrgios membalas seusai meneguk kopinya. "Kau sudah menyiapkan satu kursi terpilih lain untuknya, tetapi dia belum memberikan persetujuan untuk turut serta."
"Itulah masalahnya." Bihyung menghela napas frustasi. Tahun ini dia memilih dua siswa, tetapi dua siswa itu secara serempak membawa banyak kesulitan padanya.
"Itu bukan ide yang buruk untuk membiarkan mereka tampil bersama," kata Kyrgios membayangkan opsi lain.
"Aku juga akan sangat mendukung jika mereka tampil bersama. Perpaduan keduanya akan sangat sempurna." Bihyung membayang karakter dua siswanya yang berlawanan dan merasa itu adalah kombinasi yang pasti memukau. "Namun, Yoo Jonghyuk bukan tipe yang bisa diatur. Tampil sendiri belum tentu dia menerima, apalagi harus berkolaborasi. Tingkat kerja sama anak itu juga sangat mengkhawatirkan."
Bihyung kian dirundung pusing.
Kyrgios membalas santai, "Tidak ada salahnya untuk mengajukan, mungkin saja ada kemungkinan dia akan menerima. Mereka pernah sekelas, bukan?"
"Kuharap begitu," gumam Bihyung lantas bangkitberdiri. "Aku akan secara pribadi bertanya padanya." []
.
.
.
Bersambung.
Hobi banget kamu Ja gali kubur sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Their Story (JongDok)
Fanfic[Omniscient Reader's Viewpoint Fanfiction] Katanya, masa SMA itu waktu paling terkenang. Jadi apa masa sekolah Kim Dokja juga begitu? . Atas cetusan bodoh, Kim Dokja bertaruh dengan Han Sooyoung. Han Sooyoung bertaruh bahwa Yoo Jonghyuk, sosok palin...