Kim Dokja melangkah memasuki rumah dengan banyak beban tak kasat mata di bahunya.
"Bagaimana sekolahmu hari ini?"
Kepala pemuda itu terangkat. Dia bisa melihat sosok ibu angkatnya yang datang menyambut kepulangannya. Sebagaimana biasanya, wanita itu tidak pernah luput dari senyuman.
"Melelahkan," jawab Kim Dokja terus terang seusai melepaskan sepatunya di ambang pintu, dia lantas mengenakan sendal rumah sebelum beranjak menghampiri wanita itu dan mengecup pipinya singkat. Itu adalah salam kebiasaan di keluarganya.
Sudah jadi sebuah rutinitas dalam keluarga mereka untuk menjadikan ciuman singkat di pipi atau kening sebagai sapaan salam yang hangat.
"Wangi sekali, apa yang Mom masak hari ini?" tanya Kim Dokja selekas mengendus aroma tajam yang menguar dari arah dapur.
Persephone tersenyum lembut. Dia mengulurkan tangan, mengusap surai halus putra kesayangannya. "Aku memasak pangsit kesukaanmu, pergi ganti pakaianmu dulu lalu makan."
Pada dasarnya, Kim Dokja selalu menjadi seorang putra yang patuh di depan orang tuanya. Dia selalu bersikap baik dan menghormati keluarganya dengan batas kesopanan serta kasih sayang yang dalam. Kadang-kadang dia juga tidak menahan diri untuk bersikap manja terutama pada ibunya sendiri hingga Han Sooyoung sering meledeknya sebagai anak mama, tapi dia tidak peduli. Toh, tidak ada yang salah dari membangun kedekatan dengan orang tuanya.
Meski mereka tidak sedarah, kasih sayang orang tua angkatnya tidak pernah mengecewakan Kim Dokja. Keduanya menyayangi dan merawatnya dengan ketulusan yang tanpa pamrih seolah-olah Kim Dokja adalah darah dan daging mereka sendiri. Sebagian besar tetangga yang menyaksikan interaksi keluarga kecil itu pasti akan berpendapat bahwa keluarga mereka sangat harmonis dan putra tunggal itu juga anak yang baik.
Bagi Kim Dokja, pernyataan darah lebih kental dari air tidaklah berlaku. Kedua orang asing juga bisa saling menyayangi dengan tulus, terlepas apa mereka terikat atau tidak.
"Aku akan memakannya nanti malam, sekarang mau tidur dulu sebentar. Ngantuk sekali," gumam Kim Dokja terdengar nyaris merajuk.
Persephone tidak keberatan. Dia tertawa manis. "Baiklah, katakan pada Mom saat kau ingin makan dan akan Mom panaskan kembali nanti."
Kim Dokja mengangguk lantas mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Di tengah perjalanan, suara Mom kembali bergema, "Dokja, ingat keluarkan baju basketmu ke keranjang pakaian kotor!"
"Iya, aku tahu," teriak Kim Dokja membalas.
Pemuda itu mendorong pintu kamarnya yang bercat putih kemudian menarik keluar seragam basketnya dari tas dan melemparkannya ke dalam keranjang pakaian kotor di samping lemari.
Kim Dokja segera pergi untuk membilas tubuhnya dan mendinginkan kepalanya sejenak sebelum akhirnya duduk di depan meja belajarnya. Sebuah handuk kecil kini tergantung di lehernya.
Sembari mencoba mengeringkan rambut basahnya dengan mengusapnya menggunakan handuk, Kim Dokja menarik ponselnya dan menelepon Han Sooyoung.
Tentu saja tidak ada jawaban dari gadis itu.
Han Sooyoung pasti sengaja menghindarinya.
Kim Dokja merutuki gadis itu lantas melempar ponselnya ke atas tempat tidur di sampingnya. Dia bisa saja pergi menyambangi rumah Han Sooyoung langsung, berhubung jarak rumah mereka hanya terpisah satu blok, tetapi Kim Dokja terlalu malas untuk bangkit dan bergerak saat ini.
Pemuda itu bersandar di kursi sembari mendongakkan kepala memandang langit-langit kamar yang dipenuhi bintang-bintang.
Hamparan bintang di langit kamarnya adalah lampu tidur khusus yang dipesan pribadi oleh Dad pada seorang seniman di luar negeri. Saat Kim Dokja mematikan lampu setiap malam, maka bintang-bintang itu akan berpendar dengan cahaya lembut. Sudah menjadi kebiasaannya untuk memandang langit dan dia hanya bisa tidur nyenyak jika melihat bintang di malam hari.
Kim Dokja memandang sejenak dalam senyap.
Pikirannya saat ini dipenuhi Yoo Jonghyuk.
Kim Dokja secara serius mulai mempertimbangkan bagaimana kesan Yoo Jonghyuk sejak awal.
Tidak banyak yang bisa diingat di kelas satu.
Namun, satu hal yang pasti. Kim Dokja tidak menemukan banyak kesan buruk yang berarti tentang Yoo Jonghyuk.
Bagaimanapun, Yoo Jonghyuk duduk di hadapannya untuk waktu yang lama. Dia terbiasa memandangi punggung itu tiap masuk sekolah.
Meski terlihat sempurna, kadang-kadang Yoo Jonghyuk juga tetap bisa melakukan banyak kesalahan biasa selayaknya anak-anak lain. Seperti melupakan alat tulisnya, menjatuhkan bukunya, tidak membawa payung atau peringkat yang turun.
"Oh, dia juga agak payah di kelas olahraga," ingat Kim Dokja pada masa di mana Yoo Jonghyuk selalu lengah dan membuka banyak sekali celah saat kelas olahraga, terutama di pertandingan tim seperti basket, voli dan sepak bola. Pemuda itu dingin itu tidak punya bakat olahraga tim sama sekali.
"Dia benar-benar buruk dalam bekerja sama," kekeh Kim Dokja mengenang waktu mereka pernah setim dan sungguh Kim Dokja dibuat hampir frustasi tentang bagaimana pemuda itu selalu kecurian bola dari lawan.
"Tapi dia punya ketangguhan yang cukup bagus," gumam Kim Dokja mencari poin baik pemuda itu.
Saat diletakkan di sisi defensif, Yoo Jonghyuk cocok sekali untuk bertahan dari serangan lawan. Terutama auranya itu. Penekanannya sempurna membuat lawan menciut.
"Kayaknya Hyunsung pernah bilang dia jago bela diri." Kim Dokja mengetuk keningnya mencoba menggali memorinya yang cukup buruk.
Jika diingat lagi, tidakkah Yoo Jonghyuk kabarnya pernah terlibat perkelahian?
Kim Dokja menyerah untuk mengingat alasannya dan dia bergegas menyalakan komputernya.
Jika tidak ingat, maka cari tahu saja.
SMA Star Stream memiliki sebuah forum sekolah yang bisa diakses oleh seluruh siswa kapan saja. Forum itu juga mirip dengan gudang informasi sebab di sanalah tempat segala berita dan rumor mengalir. Meski Han Sooyoung pernah berkomentar jika forum sekolah isinya tidak dapat dipercaya.
Kim Dokja jarang mengakses forum sekolah. Sejauh ini baru dua kali dia mengaksesnya. Pertama, untuk mencari tahu tentang Festival Olahraga Musim Panas dan yang kedua guna menggali informasi tentang pesta ulang tahun sekolah yang saat itu benar-benar heboh karena sekelompok senior yang berkelahi.
Sayang sekali bahwa Kim Dokja terlambat saat itu dan video perkelahian sudah di-take down oleh pihak sekolah.
Kali ini Kim Dokja tanpa melihat hal lainnya segera memasukkan kata kunci Yoo Jonghyuk di forum.
"Sial, berita tentangnya banyak sekali." Mata Kim Dokja nyaris melotot melihat ribuan hasil yang keluar.
Kim Dokja menggerakkan mouse di tangannya untuk menggulirkan layar komputer. Dia membaca sekilas beberapa berita terbaru dan di antaranya ada sebuah postingan yang menarik perhatiannya.
Setelah selesai membacanya, Kim Dokja spontan kehilangan kata-kata. Senyumnya membeku dengan raut wajah yang gelap.
Postingan itu rupanya membahas tentang dirinya dan YooJonghyuk, hanya saja bukankah ada hal-hal yang keliru di sini? []
.
.
.
Bersambung.
Tebak postingan yang dibaca isinya apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Their Story (JongDok)
Fiksi Penggemar[Omniscient Reader's Viewpoint Fanfiction] Katanya, masa SMA itu waktu paling terkenang. Jadi apa masa sekolah Kim Dokja juga begitu? . Atas cetusan bodoh, Kim Dokja bertaruh dengan Han Sooyoung. Han Sooyoung bertaruh bahwa Yoo Jonghyuk, sosok palin...