[44] "Pusat Perhatian"

2K 406 47
                                    

Sun Wukong mengoper bola ke Kim Dokja yang sudah bukan anak kecil lagi, kini anak laki-laki yang selalu patuh di bawah tangan teman perempuannya sudah beranjak menjadi seorang pemuda. Tidak ada sisa kelemahan dalam sikapnya seakan didikan keras Han Sooyoung berhasil mengubah teman berhati lemahnya menjadi pria yang punya keteguhan sendiri.

"Aku tidak tahu kenapa kau tiba-tiba datang meminjam bola basketku." Sun Wukong bersedekap di pinggir lapangan outdoor, tempat di mana para pemuda di sekolah menjadikan wilayah bebas untuk bermain basket di jam istirahat.

Saat ini pun begitu, keramaian bisa terlihat di sekeliling. Meski saat ini yang sedang menguasai lapangan adalah anak-anak tim basket. Itulah mengapa lebih banyak penonton yang hadir.

Kim Dokja tersenyum menggenggam bola basket yang selalu menemani Sun Wukong. Ini mengingatkannya dengan pertama kali ketika hyung-nya itu mengajarinya bermain basket. Bola milik Kim Dokja sendiri yang dahulu dihadiahkan Han Sooyoung sudah berubah menjadi lusuh sebab terlalu sering dimainkan. Bola itu kini Kim Dokja letakkan di salah satu sudut meja belajarnya, tidak lagi digunakan selain penyimpan kenangan.

Lelaki itu tersenyum mengangkat bahu pada Sun Wukong kemudian dia memasuki lapangan di mana sekelompok temannya baru saja selesai bertanding.

"Hei, sekarang giliranku!" serunya lantang.

Semua pemain yang berada di sana mengenalnya dan mereka menepuk bahunya menyambut Kim Dokja.

"Woi, beri jalan pada calon kapten!" Salah satu dari mereka berteriak keras, di detik selanjutnya dia menyengir ketika Kim Dokja melayangkan pandangan tajam padanya.

Sisa pemain di lapangan tertawa terhibur. Candaan seperti ini sudah biasa saling mereka lontarkan di klub mereka, bukan rahasia lagi jika Sun Wukong berharap Kim Dokja meneruskannya memimpin klub basket. Belum lagi, semua pemain itu menyadari jika bola di genggaman Kim Dokja saat ini adalah milik pribadi kapten mereka.

Kim Dokja menggiring bola dengan ringan menuju tengah lapangan sebelum berhenti dan menjepit bola basket itu di pinggangnya. Dia mengumumkan, "Aku ingin satu lawan satu."

Pernyataan beraninya membawa tepuk tangan heboh dari anak laki-laki di sekitarnya. Mereka bertepuk tangan paling keras, menghidupkan suasana menjadi lebih meriah hingga menarik banyak tatap untuk mendekat menyaksikan ada hal menarik apa.

"Sunbae, apa sekarang waktunya kau menantang kapten satu lawan satu?" Kim Namwoon yang menjadi bagian pemain yang baru saja bertanding kini menggoda dari pinggir lapangan. Anak itu menyengir lebar menggenggam botol air minumnya di tangan kanan.

Kim Dokja menggeleng tegas. "Tidak, yang itu belum saatnya."

Jawabannya menarik lebih banyak tepuk tangan. Beberapa pemain senior merangkul Sun Wukong sembari mengarahkan dagu mereka pada Kim Dokja, berkata dengan nada bercanda, "Lihatlah juniormu itu, dia sudah bersiap menggulingkanmu dari takhta."

Alih-alih tersinggung, Sun Wukong tersenyum dalam. "Aku akan menanti hari itu datang."

Lagi-lagi tepuk tangan dan seruan memecah heboh seisi lapangan. Makin banyak yang mulai berkumpul seiring ada bisik demi bisik yang mengalir bahwa tampaknya akan ada tontonan bagus.

Kim Dokja menyisir sekitar lapangan yang kian ramai, dia memberikan gestur agar anak-anak klub basket menurunkan suara. Sesuatu yang segera dipenuhi dengan patuh oleh sekelompok anak laki-laki itu. Kim Dokja kemudian menaruh jarinya di depan bibir, menatap pada sekelompok penonton yang masih bersuara.

Dalam sekejap, lapangan itu kembali dikuasai keheningan.

Kim Dokja mengangguk puas. Dia menarik ponselnya yang bergetar di saku dan suara seorang gadis segera mengalir tenang dari seberang sambungan, "Aku sudah mencoba untuk memintanya menemuimu sepulang sekolah tapi seperti yang kau ketahui dia menolak, jadi aku akan ikut sesuai rencanamu. Aku sudah membuatnya melewati lapangan, dia akan segera menuju ke sana."

[BL] Their Story (JongDok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang