( 8 )

13K 1K 25
                                    


Selamat membaca~

°

°

°

Tempat yang tadinya ramai dan hangat mendadak sunyi dan dingin.

Sampai-sampai bulu kuduk Adra berdiri, Adra yakin bulu kuduknya berdiri tajam akibat hawa yang mencekam dengan aura gelap.

Adra melihat orang-orang didalam menghampiri orang yang baru saja datang itu termasuk bang Sendi, ketika melihat siapa orang yang datang, terlihat sekali bang Sendi sangat gugup dan langsung menghampiri orang itu.

Adra sendiri belum melihat orang itu, ia melirik Zeno yang tengah kebingungan.

"Zen buru Pesen! keburu mati nih kita."

Zeno melirik Adra dan langsung memanggil salah satu pelayan.

"Dra, mau makan apa lo?"

"Steak Wahyu bang." Adra berkata dengan menampilkan senyuman Pepsodent nya.

Zeno mendelik mendengar pelesetan Adra.

"Wagyu bego bukan Wahyu! Jan malu-maluin deh, orang yang ada disini kebanyakan miliarder semua."

Adra yang mendengar kata miliarder melototkan matanya, belum tau saja si Zeno kalau Adra itu sangat suka uang.

'pantesan daritadi bau uang mwehehe' Adra membatin sambil cengar-cengir sendiri.

Zeno yang melihat Adra seperti orang kesambet langsung menyentuh lehernya yang merinding.

Pelayan yang sejak tadi menunggu dan menyimak berdehem membuat mereka berdua menoleh kearah nya.

Sendi menoleh ke arah meja Zeno dan Adra yang tengah memesan makanan, dirinya saat ini belum berkesempatan menyapa dan berbicara dengan rekan bisnisnya itu.

Sedari tadi Sendi hanya mengumpat didalam batinnya ketika melihat banyak sekali orang-orang penjilat yang menghampiri seorang Saxon Silh Seidner.

Tak ada seorang pun yang menyinggung atau menanyakan alasan William terlambat, siapapun tak ada yang berani terhadap orang berkuasa itu.

Saxon berjalan kedalam lantai paling atas dan diikuti antek-anteknya.

Sendi dan Saxon tengah mengobrol kan seputar bisnis mereka, walaupun yang sedari tadi berbicara hanya Sendi, Saxon hanya berdehem sesekali tanpa melirik.

Setelah menyelesaikan obrolan seputar bisnis, mereka kini tengah mengobrol santai. Tak terlewat satu detik pun orang-orang mulai mencari celah untuk menjilat.

Karena sudah muak, Sendi berinisiatif untuk mengajak Saxon ke lantai bawah. Terlihat sekali Sendi gugup namun demi pekerjaan ia harus profesional.

"Tuan, bagaimana kalau kita mengobrol sambil memakan makanan ringan di bawah."

Sendi sendiri mengakui bahwa aura pria di depannya ini bukan main-main, jantungnya berdegup kencang menunggu jawaban pria didepannya.

Saxon berdiri dan berjalan tanpa menjawab.

Ting

Suara lift terbuka dengan banyak orang didalamnya.

Terlihat meja Adra dan Zeno penuh dengan makanan manis dan pedas, meja mereka berdua terlihat paling banyak terisi dengan makanan.

Sendi yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala,

Saxon berjalan ke arah meja paling ujung dekat jendela yang di luarnya terlihat pemandangan gedung pencakar langit yang tinggi.

Adra's Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang