Di kediaman keluarga SeidnerAaron tengah menatap putra keduanya dengan datar, Putranya bilang ia ingin berbicara dengannya, tumben sekali anak setan ini ingin menemuinya tanpa disuruh.
"Di taman tadi aku bertemu bocah menggemaskan..."
Aaron yang tengah menyeruput secangkir kopi terhenti begitu mendengar kalimat yang keluar dari mulut putranya itu, alisnya terangkat sebelah menatap Stefon yang menampilkan raut datarnya.
Apakah dia sedang bercanda? Dia meminta bertemu hanya untuk mengatakan hal seperti itu?.
"Katakan dengan jelas! Papa tidak punya waktu untuk mendengarkan ucapan aneh mu itu" Aaron menatap Stefon datar yang dibalas kekehan oleh Stefon.
"Ahh... Wajah bocah itu sangat mirip dengan kekasih barumu papa" Stefon menyenderkan tubuhnya pada sofa menunggu kalimat yang akan di balas papanya itu.
Alis Aaron menukik mendengar penjelasan Stefon.
"Lanjutkan!" Ucapan tenang dari Aaron tidak ingin di bantah.
"Ya hanya itu, apa mungkin dia anaknya?".
Stefon terpaksa berbicara panjang lebar karna ia sedikit tak menyukai wanita yang sedang dekat dengan papanya itu, ia sangat tak menyukai orang asing.
Aaron tanpa sepatah kata membalas pergi menuju ruang kerjanya.
"Zack!"
"Ya tuan" Zack menunduk setelah sampai ketika mendengar panggilan tuannya.
"Selidiki bocah yang bertemu dengan Stefon tdi siang"
"Baik tuan" Zack pergi setelah menundukkan kepalanya.
Aaron berjalan ke arah sofa singgle lalu mengeluarkan rokok menghisapnya dengan perlahan dan menghembuskan dengan sangat perlahan terlihat sangat menikmati.
Mendengar perkataan Stefon membuat ia teringat dengan putra bungsunya yang hilang, ia akan mencari kemanapun hingga ujung bumi sekalipun.
Stefon sendiri belum tau bahwa ia mempunyai adik.
Mengingat putra bungsunya, ia teringat dengan Elena, beberapa hari terakhir ia dengannya secara tak sengaja bertemu dan mulai dekat kembali.
Rugi sekali mengabaikan putri sulung dari keluarga Kalebic yang akan menguntungkan itu, ya Aaron menerima Elena hanya sebatas keuntungan begitu juga dengan Elena, ia tau wanita itu mendekatinya demi keuntungan juga, ia tak masalah dengan itu toh tak ada ruginya, Elena juga berbeda dengan wanita lain.
Keluarga Kalebic dan Seidner sama-sama berpengaruh untuk dunia, baik dunia gelap maupun dunia tipu-tipu. Eaa awokawoakwok.
Skip author gaje.
_______________________
Saat ini Adra tengah menceritakan kejadian tadi sore di taman kepada ibunya.
"Ibuuk, beneran model yang ini lohhhh" tunjuk Adra pada foto seorang wanita di majalah terkenal.
Delina mengikuti arah tunjuk Adra matanya membulat tak percaya, dan ntah kenapa perasaannya tak enak, ia benci dengan perasaan ini, perasaan seperti kehilangan ketika melihat wanita itu.
Padahal sudah ia cari tahu di internet wanita itu tak pernah menikah bahkan mempunyai anak. Namun hatinya tetap saja tak tenang!.
"Bukk.. ibukk"
"Eh? Iya nak?" Delina tersadar dari lamunannya.
"Beneran lohh Adra tadi ketemu sama Tante ini, di kasih minum lagi baik banget, kalo gak percaya ini botolnya".
Delina yang mendengar Adra mengambil barang yang di berikan wanita itu menunjukkan raut marah.
Delina mencengkeram kedua bahu Adra sedikit kuat, matanya menatap mata Adra dengan raut serius.
"Adra apa kamu lupa?, Sudah dari dulu ibu katakan jangan menerima barang dari orang asing!"
Adra yang bingung dengan reaksi ibunya sekaligus terkejut mendengar sedikit bentakan di akhir kalimat yang ibunya katakan.
Matanya berkaca-kaca tak berani menatap Maya ibunya.
"Hiks... "
Delina tersadar atas perlakuannya menarik wajah Adra keatas sehingga terlihatlah wajah Adra yang memerah dan mata yang sudah meneteskan air.
Dia membawa Adra kepelukannya mengusap punggung bergetar itu.
"Maaf ibu sudah terbawa emosi... Maaf...".
Tak ada balasan dari sang empu, dilihat nya Adra yang sudah terlelap, Delina memindahkan Adra ke kamar.
Pagi harinya, Adra mencari ibunya hingga sampai di dapur Adra tetap tak menemukan ibunya, dia melihat surat dekat semangkuk bubur diraihnya surat itu.
'Adra sayang ... Ibuk berangkat kerja dan akan pulang lembur, sudah ibu buatkan bubur kesukaan Adra, dimakan ya!'
Helaan nafas terdengar dari mulut kecil Adra, ibunya akhir-akhir ini sering sekali sibuk. Ia pernah bilang pada ibunya jika hari libur seperti sekarang ini ia siap membantu ibunya, namun Delina menolak mentah-mentah.
"Ndraaa!.. Adra.. main yokk"
Teriakan teman-temannya terdengar di depan pintu, ia sedang tak mood main sekarang rasanya malas sekali.
"Assalamualaikum!!! Adra yang pura-pura tuli yok main yok! kita bawa petasan!"
Adra yang sedang malas-malasan berbinar dan langsung bersemangat begitu mendengar kalimat terakhir temannya yang botak itu.
Dan selagi ibunya tak ada ini kesempatan yang sangat langka!!
'Cklek' bunyi pintu terbuka terlihatlah wajah Adra yang berbinar.
"Akhirnya keluar juga, si Azis bawa petasan banyak dra! Abangnya gajian"
Ucap semangat Indra.Si botak yang berada di dekat Indra mendengus, ia mati-matian merayu Abangnya meminta duit untuk membeli petasan, tapi Abangnya tak tau karna ia bilang untuk beli mainan mobil, si botak ini adalah Agus.
Mereka berdua adalah teman sekelas Adra, dan rumah mereka tidak begitu jauh dengan Adra.
Saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju taman.
"Pokoknya kita gangguin tuh geng si Irma Yang lagi masak-masakan di taman! Kita harus balas dendam mereka kan kemarin gangguin kita main layang-layang!" Ucap Azis dengan menggebu-gebu.
Adra dan Agus mengangguk mantap.
_________________________
Elena terdiam di ruang kerja miliknya, pikirannya dari semalam hanya tertuju pada bocah menggemaskan yang ia temui di taman kemarin.
"Yane, hilangkan semua jadwalku hari ini".
"Tapi.." belum sempat Yane meneruskan perkataannya, Elena berdiri dan pergi ke tempat mobil nya berada.
"Nona tunggu! Anda mau kemana?"
"Aku akan pergi ke suatu tempat, kau tak usah ikut! aku ingin sendiri"
"Baik nona, hati-hati di jalan". Yane menundukkan kepalanya dan melihat kepergian nonanya.
Jangan lupa vote nya♥️
Foto by pinterest.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adra's Life
RandomTentang bocah berusia 12 tahun yang di dewasakan oleh keadaan, dan selalu menampilkan senyum nya pada siapapun. Hidupnya yang datar tiba-tiba mendapat kejutan hidup yang tak terduga, dan dari sinilah kehidupan Adra berubah. Cerita ini murni hasil im...