( 13 )

11.9K 1K 11
                                    

Selamat membaca ~


°

°

°


Sudah 10 menit lamanya Adra hanya terdiam setelah mendengar penjelasan dari Elena. Ia bingung harus bereaksi seperti apa.

Sementara yang lain hanya diam dan menyimak dengan segelas kopinya masing-masing, sesekali melirik melihat Adra yang diam tanpa ekspresi.

"Jadi... Berhentilah memanggil Tante dan ganti dengan panggilan mami okay?" Elena membuka suara kembali ketika menunggu putranya yang tak mengeluarkan suara sedikitpun.

"Hehe iya Tan.. eh mami." Adra tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Elena tersenyum lalu pergi ketika melihat kode dari Aaron untuk meninggalkan Adra dengannya.

Tatapan Aaron sepenuhnya menatap Adra yang tengah menunduk.

Adra sendiri sedang ketar-ketir ketika para manusia yang katanya ayahnya dan kakak-kakaknya itu tengah menatapnya seperti hewan buas.

Karena sudah tak tahan dengan keterdiaman putranya, Aaron mengangkat Adra kedalam pangkuannya.

Adra buru-buru berusaha untuk turun namun Aaron mengunci perutnya dengan tangannya.

Ia yang pasrah pun menyenderkan punggungnya di dada Aaron. Ternyata seperti ini rasanya berada di dekapan seorang ayah, Adra merasakan kenyamanan dan keamanan walaupun ia dan Aaron baru beberapa hari bertemu.

Ia mendongak menatap wajah Aaron, pahatan wajahnya yang tegas begitu sempurna dengan alis tebal serta bibir yang seksi. Sungguh iri sekali.

Adra meraba wajahnya yang bulat penuh lemak dengan pipi yang tumpah. Apa benar ia anaknya pria ini? Kenapa ia berbeda? Ia melihat Abangnya satu persatu, wajah mereka berbeda namun mempunyai kemiripan degan Aaron.

Aaron yang tengah memperhatikan Adra sedari tadi bertanya tanya. Sedang apa putranya itu? Ntahlah tapi ia menyukai setiap ekspresi yang putranya tunjukkan.

Aaron akui semenjak ia pertama kali melihat putranya dan melihat tingkah lakunya ia merasa senang dan merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan pada putranya yang lain. Adra berbeda dari kedua putranya yang seperti batu itu.

melihat putranya yang menahan kantuk ia pun membawa Adra menuju kamarnya.

Setelah sampai Aaron menidurkan Adra dengan hati-hati, ia mengusap kening anak itu yang terlihat mengerut dan memperhatikan wajah Adra yang terlihat berbagai ekspresi dalam keadaan tidur.

Tok tok

Seorang maid datang membawakan sebuah pacifier.

"Tuan, nyonya Elena meminta saya untuk mengantarkan ini pada tuan kecil." Aaron mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Adra.

Setelah maid itu pergi, Aaron melirik barang yang di bawa maid tadi. Lalu ia memasukkannya pada mulut kecil Adra yang terlihat sedari tadi bergerak naik turun.

*****

Cklek

Pintu kamar Adra terbuka, pelakunya adalah Stefon yang pagi-pagi berniat untuk membangunkan adiknya dengan handuk yang masih bertengger di pundaknya.

Pintu kamar Adra terbuka, pelakunya adalah Stefon yang pagi-pagi berniat untuk membangunkan adiknya dengan handuk yang masih bertengger di pundaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nemu di pinterest asal comot :v

Ia berjalan menghampiri Adra yang masih tertidur itu, namun langkahnya terhenti setelah melihat sesuatu yang berada di mulut adiknya yang membuat pipi tembam itu bergerak naik turun.

Sial!

Stefon memalingkan mukanya dengan tangan menutupi wajahnya.

Selama ia bertemu dengan adiknya, selalu ada hal yang membuatnya terkejut akan suatu hal baru yang membuatnya senang.

Stefon mendudukkan dirinya di pinggiran kasur dengan pandangan sepenuhnya menatap Adra.

Ia tak tau harus membangunkan bagaimana. Karena seumur hidupnya ia tak pernah membangunkan siapapun. (Kaku amat ni si Stefon) :)

Stefon merebut paksa Pacifier dari mulut adiknya. Adra terlihat bergerak gelisah mencari sesuatu.

Perlahan mata yang terpejam itu terbuka dengan mulut bergumam tak jelas.

"Bangun."

Mendengar suara seseorang yang berada di sampingnya, Adra menoleh dan mengerucutkan bibirnya.

"Dia lagi..." Adra bergumam dengan mata mendelik dan kembali merebahkan tubuhnya untuk tidur kembali.

Stefon mengangkat paksa Adra yang sudah kembali tertidur dan membawanya ke kamar mandi.

Brak!

"Dimana cucuku!" Pintu depan Mansion di buka cukup keras oleh seorang wanita paruh baya yang terlihat masih segar dan muda, mungkin orang mengira dia berumur 30an tapi sudah kepala lima.

Wanita itu adalah nyonya besar keluarga Seidner Fishya Aatum Seidner istri dari David Rocha Seidner.

"Sudah puas perjalanan mu honey?" Suara dengan nada dingin keluar dari mulut David yang tengah menyeruput kopi dengan pandangan menatap lurus istrinya.

"Ya." Suara datar keluar dari mulut Fishya dengan membalas tatapan datar suaminya.

"Apa saja yang kau lakukan di luar sehingga tak pulang selama tiga bulan penuh." David menatap dingin istrinya.

"Ku rasa kau tau alasan aku membuat ribut tiba-tiba begini." Fishya menjawab dengan berjalan santai menghampiri sofa.

"Jangan mengalihkan pembicaraan honey..." Fishya mendelik mendengar jawaban suaminya.

"Sudahlah tak usah bahas yang lain. Katakan! dimana cucuku itu? Aku ingin menemuinya."

Stefon yang sedang dalam perjalanan menuju meja makan dengan Adra yang berada di gendongannya mendengus kasar mendengar suara menggelar neneknya.

'nenek tua itu sudah kembali rupanya' Stefon tak menyangka neneknya akan pulang cepat mengingat wanita itu tak akan pulang apapun kondisinya jika sedang melakukan hobinya yaitu  berpetualang di hutan dengan melakukan eksperimen gila terhadap hewan.

Kedua orang itu masih melemparkan tatapan dingin belum menyadari kehadiran Stefon dan Adra.

Stefon mendudukkan Adra di sampingnya dan memberikan cemilan manis untuk mengalihkan perhatian adiknya.

Merasakan sedang di perhatikan Fishya menolehkan kepalanya dan pada saat itu juga matanya bertatapan dengan mata bulat yang menatapnya polos.

Deg

'wajah itu...'



Hallo gays!

Maaf lama up nya, lagi banyak kegiatan soalnya hehe :)

Semoga suka🧡

Adra's Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang