( 21 )

6.9K 659 26
                                    

Selamat membaca ~

°

°

°

Suasana siang yang begitu menyenangkan. Angin sepoi-sepoi bertiup lembut, sementara matahari yang cerah menghangatkan udara.

Semua orang terlihat bahagia dan rileks. Namun, di balik kedamaian yang terasa begitu nikmat itu, ada seorang anak kecil yang tengah menahan kesalnya. Kakinya yang sudah kebas karena sudah empat puluh menit lamanya berdiri hanya pasrah sambil melihat dua orang wanita yang bersukacita bergantian mencocokkan baju untuknya.

"Lihat! Gemasnya anakku!" Seorang wanita dengan mata berbinar mencocokkan baju sekolah yang akan di pakai oleh anak yang sedari tadi diam dengan mulutnya yang dimajukan sembari mendumel.

"Nyonya sepertinya tuan kecil kelelahan." Sera yang pertama menyadari Adra yang mendumel dengan keringat yang membanjiri sekitar wajahnya. Adra itu anaknya mudah sekali berkeringat walaupun di ruangan yang ber AC.

Helen memperhatikan Adra, benar sekali dia melihat wajah Adra yang berkeringat dan jangan lupakan pipinya yang memang sudah merah semakin merah.

"Astaga nak! Maafkan Mama yang teledor ini." Helen mengusap wajah Adra dengan sapu tangannya.

Adra memeluk Sera sambil meronta minta di gendong.

"Sera susu..." Adra menduselkan wajahnya di ceruk leher wanita itu.

Sera yang selalu siap dengan keperluan tuan kecilnya dengan sigap menyumpal mulut Adra dengan nipple.

"Nyonya saya izin untuk menidurkan tuan kecil karena ini sudah masuk jam tidur siangnya." Sera menunduk menuggu respon dari sang empu.

"Ya, selanjutnya kau saja yang urus sisanya." Helen menghampiri Adra dan mencium pelipisnya dengan lembut.

Tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang sejak awal kegiatan yang mereka bertiga lakukan tengah memperhatikannya.

——————________––––

Plop

Nipple yang sedari tadi menemaninya tidur ia lempar sembarang arah.

Adra terbangun dengan kondisi kamar yang kosong tak ada siapa-siapa. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran kosong.

Lama dengan lamunan kosongnya, tiba-tiba berpikir tentang seorang wanita yang menjadi ibu kandungnya itu. Sudah lama ia tak melihat batang hidungnya. Apakah ia masih hidup? Ntahlah.

Adra langkahkan kakinya tak tentu arah, sepanjang kakinya melangkah ia memandangi interior yang setiap incinya ia yakini memiliki nilai harga yang fantastis.

Tiba-tiba kakinya berhenti melangkah ketika sampai di depan pintu besar yang berwarna hitam legam.

Pintu itu tak ada gagang pintunya. Adra yang memang memiliki tingkat ke kepoan yang sangat tinggi meraba-raba pintunya dengan kasar.

Klik

Adra terkejut melihat pintu itu terbelah menjadi dua kala ia tak sengaja memencetnya dengan ibu jarinya.

Adra's Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang